Φ
T
= Φ
m
sin -210 ° = 0,5 Φ
m
c Pada keadaan 3
ωt = 60°, arus pada fasa R dan fasa T memiliki besar yang sama dan arahnya berlawan, oleh karena itu fluks yang diberikan oleh
masing – masing fasa : Φ
R
= Φ
m
sin 60° = 1,5 Φ
m
Φ
S
= Φ
m
sin -60° =-1,5 Φ
m
Φ
T
= Φ
m
sin - 180° = 0 Φ
m
d Pada keadaan 4
ωt = 90°, arus pada fasa R maksimum positif, dan arus pada fasa S dan fasa T = 0,5
Φ
m
, oleh karena itu fluks yang diberikan oleh masing – masing fasa :
Φ
R
= Φ
m
sin 90° = Φ
m
Φ
S
= Φ
m
sin -30° =-0,5 Φ
m
Φ
T
= Φ
m
sin -150° = - 0,5 Φ
m
2.1.3 Prinsip Kerja Motor Induksi Tiga Fasa
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, apabila sumber tegangan tiga fasa dihubungkan pada terminal belitan stator maka akan timbul medan putar dengan
kecepatan : �
�
=
120 �
�
................................................................................. 2.2 Medan putar stator menghasilkan fluksi yang berubah – ubah tiap satuan
waktu. Fluksi tersebut akan memotong belitan konduktor pada rotor. Akibatnya 11
Universitas Sumatera Utara
pada belitan rotor timbul tegangan induksi ggl. Karena belitan rotor adalah rangkaian tertutup, maka ggl E akan menghasilkan arus I. Arus pada rotor
menimbulkan medan magnet pada rotor. Medan magnet pada rotor akan menghasilkan fluksi. Interaksi antara fluksi medan stator dan fluksi medan rotor
menimbulkan gaya putar F yang akan memutar rotor. Bila kopel mula yang dihasilkan gaya F pada rotor yang cukup besar untuk memikul kopel beban,
rotor akan berputar searah dengan medan putar stator [1]. Agar rotor berputar maka diperlukan perbedaan relatif antara kecepatan
medan magnet putar stator n
s
dengan kecepatan putar rotor n
r
. Perbedaan kecepatan antara n
s
dan n
r
disebut slip S dinyatakan dengan : � =
�
�
−�
�
�
�
× 100.......................... ................................... 2.3
Karena belitan rotor merupakan rangkaian tertutup, baik melalui cincin ujung end ring ataupun tahanan luar, maka arus akan mengalir pada konduktor-
konduktor rotor. Karena konduktor-konduktor rotor yang mengalirkan arus ditempatkan di dalam daerah medan magnet yang dihasilkan stator, maka akan
terbentuklah gaya mekanik gaya lorentz pada konduktor-konduktor rotor. Hal ini sesuai dengan hukum gaya lorentz yaitu bila suatu konduktor yang dialiri arus
berada dalam suatu kawasan medan magnet, maka konduktor tersebut akan mendapat gaya elektromagnetik gaya lorentz sebesar :
F = B.i.l.sin θ......................................................................................2.4
dimana, F = gaya yang bekerja pada konduktor Newton
Universitas Sumatera Utara
B = kerapatan fluks magnetik Wbm2 i = besar arus pada konduktor A
l = panjang konduktor m θ = sudut antara konduktor dan vektor kerapatan fluks magnetik
Gaya F ini adalah hal yang sangat penting karena merupakan dasar dari bekerjanya suatu motor listrik.
Arah dari gaya elektromagnetik tersebut dapat dijelaskan oleh kaidah tangan kanan right-hand rule. Kaidah tangan kanan menyatakan, jika jari telunjuk
menyatakan arah dari vektor arus i dan jari tengah menyatakan arah dari vektor kerapatan fluks B, maka ibu jari akan menyatakan arah gaya F yang bekerja pada
konduktor tersebut. Gaya F yang dihasilkan pada konduktor-konduktor rotor tersebut akan
menghasilkan torsi τ. Bila torsi mula yang dihasilkan pada rotor lebih besar daripada torsi beban τ0 τb, maka rotor akan berputar searah dengan putaran
medan putar stator. Bila n
r
= n
s
, tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak akan mengalir pada belitan rotor, dengan demikian tidak dihasilkan kopel. Kopel motor akan
timbul apabila n
r
n
s
[1].
2.1.4 Pengereman Motor Induksi Tiga Fasa