Q
s
= Kapasitas tahanan kulit. ton q
b
= Kapasitas daya dukung di ujung tiang persatuan luas. tonm
2
A
b
= Luas di ujung tiang. m
2
f = Satuan tahanan kulit persatuan luas. tonm
2
A
s
= Luas kulit tiang pancang. m
2
Perencanaan pondasi tiang pancang dengan sondir diklasifikasikan atas beberapa metode diantaranya :
II.4.1.1. Metode Aoki dan De Alencar
Aoki dan Alencar mengusulkan untuk memperkirakan kapasitas dukung ultimit dari data sondir. Kapasitas dukung ujung persatuan luas q
b
diperoleh sebagai berikut :
q
b
= q
ca
base F
b
2.2 dimana :
q
ca
base = Perlawanan konus rata-rata 1,5D diatas ujung tiang, 1,5D dibawah ujung tiang dan F
b
adalah faktor empirik tahanan ujung tiang tergantung pada tipe tiang. kgcm
2
Tahanan kulit per satuan luas f diprediksi sebagai berikut : f = q
c
side
α
s
F
s
2.3
dimana : q
c
side = Perlawanan konus rata-rata pada masing-masing lapisan sepanjang tiang. kgcm
2
Universitas Sumatera Utara
F
s
= Faktor empirik tahanan kulit yang tergantung pada tipe tiang. F
b
= Faktor empirik tahan ujung tiang yang tergantung pada tipe tiang. Faktor F
b
dan F
s
diberikan pada Tabel 2.5 dan nilai-nilai faktor empirik
α
s
diberikan pada Tabel 2.6. Tabel 2.5 Faktor empirik F
b
dan F
s
Tipe Tiang Pancang F
b
F
s
Tiang Bor 3,5
7,0 Baja
1,75 3,5
Beton Pratekan 1,75
3,5 Sumber : Titi Farsakh, 1999
Tabel 2.6 Nilai faktor empirik untuk tipe tanah
Tipe Tanah α
s
Tipe Tanah α
s
Tipe Tanah α
s
Pasir 1,4
Pasir berlanau 2,2
Lempung berpasir 2,4
Pasir kelanauan 2,0
Pasir berlanau dengan lempung
2,8 Lempung berpasir
dengan lanau 2,8
Pasir kelanauan dengan lempung
2,4 Lanau
3,0 Lempung berlanau
dengan pasir 3,0
Pasir berlempung dengan lanau
2,8 Lanau berlempung
dengan pasir 3,0
Lempung berlanau 4,0
Pasir berlempung 3,0
Lanau berlempung 3,4
Lempung 6,0
Sumber : Titi Farsakh, 1999 Pada umumnya , nilai
α
s
untuk pasir = 1,4 , nilai
α
s
untuk lanau = 3,0 , dan nilai
α
s
untuk lempung = 1,4 .
II.4.1.2. Metode Langsung
Metode langsung ini dikemukakan oleh beberapa ahli diantaranya Meyerhoff, Tomlinson, dan Begemann. Daya dukung pondasi tiang dinyatakan
dalam rumus sebagai berikut : Q
u
= q
c
x A
p
+ JHL x K 2.4
dimana : Q
u
= Kapasitas daya dukung tiang pancang ton
Universitas Sumatera Utara
q
c
= Tahanan ujung sondir Perlawanan penetrasi konus pada kedalaman yang ditinjau. tonm
2
Dapat digunakan faktor koreksi Meyerhoff. q
c
1 = Rata-rata PPK q
c
8D di atas ujung tiang q
c
2 = Rata-rata PPK q
c
4D di atas ujung tiang JHL = Jumlah hambatan lekat tonm
K = Keliling tiang pancang m A
p
= Luas penampang tiang pancang m
2
Adapun daya dukung ijin pondasi tiang pancang adalah : Q
u
ijin = q
c
x A
p
+ JHL x K 3
5 2.5
dimana :
Q
u
ijin = Kapasitas daya dukung ijin tiang pancang ton q
c
= Tahanan ujung sondir tonm
2
JHL = Jumlah hambatan lekat tonm
K = Keliling tiang pancang m
A
p
= Luas penampang tiang pancang m
2
3 dan 5 merupakan faktor keamanan untuk daya dukung dan gesekan selimut pada tiang pancang.
Dari hasil uji sondir ditunjukkan bahwa tahanan ujung sondir harga tekan konus bervariasi terhadap kedalaman. Oleh sebab itu pengambilan harga q
c
untuk daya dukung di ujung tiang kurang tepat. Suatu rentang di sekitar ujung tiang
perlu dipertimbangkan dalam menentukan daya dukungnya. Menurut Meyerhoff : q
p
= q
c
untuk keperluan praktis
Universitas Sumatera Utara
q
p
= 23 – 32 q
c
2.6 dimana :
q
p
= Tahanan ujung ultimate tonm
2
q
c
= Harga rata – rata tahanan ujung konus 2D dibawah ujung tiang tonm
2
II.4.2. Analisis Daya Dukung Tiang Pancang dari Hasil SPT II.4.2.1. Daya Dukung Tiang Pancang pada Tanah Non-Kohesif
a. Daya dukung ujung tiang pancang pada tanah non-kohesif
Q
p
= 40 x N-SPT x L
b
D x A
p
400 x N-SPT x A
p
2.7 dimana :
Q
p
= Tahanan ujung ultimate ton A
p
= Luas penampang tiang pancang m
2
L
b
= Kedalaman penyelidikan tanah di lapangan m D = Diameter tiang pancang m
b. Tahanan geser selimut pada tanah non-kohesif
Q
s
= 2 x N-SPT x p x Li 2.8
dimana : Li = Panjang lapisan tanah m
p = Keliling tiang m
Universitas Sumatera Utara
II.4.2.2. Daya Dukung Tiang Pancang pada Tanah Kohesif