28 kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,81. Kadar abu menunjukkan
terdapat mineral - mineral yang tidak larut dalam asam seperti silika dan pasir pada sampel. Data perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 2,3 dan 4.
4.2. Isolasi Hemiselulosa Sekam Padi HSP
Metode isolasi hemiselulosa sekam padi yang dilakukan adalah metode modifikasi yang dikembangkan oleh Muchlisyam, dkk., 2011. Metode isolasi
terlebih dahulu menggunakan pelarut NaOH di dalam etanol 70, H
2
O
2
umtuk proses delignifikasi. Kemudian digunakan pelarut NaOH dan didiamkan
selama 8 jam untuk melarutkan hemiselulosa kemudian disaring untuk memisahkan ampas yang mengandung selulosa karena selulosa mengendap
pada suasana basa pada pH 11 - 12 Dumitriu, 2005. Penambahan asam dan etanol digunakan untuk mengendapkan hemiselulosa, kemudian ditambahkan
etanol yang akan menyebabkan hemiselulosa mengendap atau menggumpal sehingga mudah dipisahkan.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan didapatkan persen rendemen hemiselulosa hasil isolasi sekam padi sebesar 3,04. Data dapat
dilihat pada Lampiran 5. Hasil ini berbeda yang dikemukakan Richana, et al., 2007, hemiselulosa
yang terdapat pada sekam padi sebesar 6. Hal ini mungkin disebabkan perbedaan tempat tumbuh, varietas dan umur panen padi serta metode isolasi
yang digunakan.
Universitas Sumatera Utara
29
4.3 Karakteristik Hemiselulosa Sekam Padi HSP 4.3.1 Organoleptis meliputi bentuk, warna dan rasa
Dilakukan karakteristik serbuk sekam padi secara organoleptis yang meliputi bentuk, warna dan rasa. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.3
Tabel 4.3 Hasil Organoleptis Hemiselulosa Sekam Padi HSP
Bentuk Serbuk
Warna Putih Kekuningan
Rasa -
Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa warna hemselulosa sekam padi berwarna putih kekuningan, hal ini berbeda dengan literatur yang menyebutkan
hemiselulosa berwarna putih. Hal ini mungkin disebabkan masih terdapat lignin yang mengganggu keputihan hemiselulosa. Dimana proses delignifikasi
lignin tidak sempurna, karena pada proses ini tidak dilakukan terlebih dahulu bilangan kappa Muchlisyam, dkk., 2011.
4.3.2 Kelarutan Kelarutan dari HSP yang didapatkan dapat dilihat pada Tabel 4.4
Tabel 4.4 Uji Kelarutan Hemiselulosa Sekam Padi HSP
Aquades Sukar larut
Aquades 80°C Larut
HCl 1 Tidak Larut
NaOH 1 Larut
Dari Tabel 4.4 dapat dilihat hasil uji kelarutan yang dilakukan memberikan hasil yang sesuai dengan literatur bahwa hemiselulosa mempunyai
kelarutan yang kecil di dalam aquades, mudah larut dalam aquadest panas dan
Universitas Sumatera Utara
30 membentuk larutan yang transparan serta tidak larut dalam asam dan sangat
mudah larut dalam NaOH 1 Carvalheiro, et al., 2008.
4.3.3 Karakteristik HSP dengan Spektrum Inframerah
Hasil uji karakeristik dengan Spektrofotometri Inframerah dianalisis pada rentang bilangan gelombang 4000–500 cm
-1
dan direkam spektrum Inframerahnya. KBr digunakan untuk membantu dalam proses pemadatan
senyawa sampel yang akan dianalisis. KBr merupaka senyawa yang tidak terbaca pada IR sehingga hasil yang terbaca pada IR adalah hanya senyawa
sampel saja. Hasil pengujian karakteristik HSP dengan spektrofotometri inframerah dapat dilihat pada Gambar 4.1
Gambar 4.1 Karakteristik HSP dengan IR
Dari Gambar 4.1 menunjukkan hasil pengujian HSP dengan spektofotometri IR. Penafsiran spektrum inframerah serbuk sekam padi, antara
lain terdapat vibrasi pada bilangan gelombang 3340,72 cm
-1
menunjukkan adanya gugus OH, vibrasi pada bilangan gelombang 2918,32 cm
-1
Universitas Sumatera Utara
31 menunjukkan adanya gugus CH
2
dan CH
3
, vibrasi pada bilangan gelombang 1655,92 cm
-1
menunjukkan adanya gugus karboksil, dan bilangan gelombang 1020,4 cm
-1
dengan intensitas lemah menunjukkan adanya gugus C-OH dan gugus C-O-C Melo, et al., 2012. Data pengamatan dapat dilihat pada
Lampiran 6. Dari penelitian yang dilakukan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa senyawa yang dianlisis merupakan hemiselulosa oleh karena
mengandung gugus OH pada bilangan gelombang 3400 - 2400 cm
-1
dan gugus karboksil pada bilangan gelombang 1820 – 1600 cm
-1
Muchlisyam, dkk., 2011.
4.3.4 Karakteristik HSP dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT
Karakteristik kromatogram hemiselulosa sekam padi HSP dengan KCKT dilakukan dengan menggunakan kolom C
18
dengan pelarut aquades laju alir 0,8 mlmenit serta detektor sinar ultra violet pada panjang gelombang 280
nm. Mekanisme dalam mengindentifikasi komponen monomer pendukung
pada hemiselulosa menggunakan kolom ODS oktadesisilan berdasarkan adanya gugus fungsi hidroksi pada hemiselulosa dan kelarutannya dalam alkali,
dalam pengujian kelarutan dengan aquades untuk menunjukkan kepolaran dari hemiselulosa Muchlisyam, dkk., 2011. Hasil menunjukkan bahwa kelarutan
hemiselulosa dalam air dengan kromatogram pada KCKT berarti hemiselulosa mempunyai sifat hidrofilik. Hasil KCKT dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Universitas Sumatera Utara
32
Gambar 4.2 Karakteristik HSP dengan KCKT Dari Gambar 4.2 dapat dilihat hasil KCKT memberikan waktu retensi
2,710 menit, tinggi puncak 6,0841, luas area 0,0912 dan harga simetris sebesar 0,24. Data pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 7. Apabila dibandingkan
dengan Hemiselulosa tongkol jagung yang dilakukan peneliti sebelumnya, waktu retensi yang didapatkan sebesar 1,8 menit oleh karena digunakan
panjang kolom yang berbeda dimana hemiselulosa tongkol jagung menggunakan panjang kolom 15 cm sedangkan hemiselulosa sekam padi
menggunakan panjang kolom 25 cm Muchlisyam, dkk., 2011. Dari hasil KCKT dapat disimpulkan bahwa senyawa yang diisolasi merupakan
hemiselulosa.
4.4 Kapasitas Antioksidan Hemiselulosa Sekam Padi HSP 4.4.1 Panjang Gelombang Maksimum
Penentuan panjang gelombang pada serapan maksimum pengukuran
kompleks Mo V yang berasal dari larutan Vitamin C konsentrasi 120 µgml yang dipipet 0,5 ml dan dicampur dengan 5 ml larutan pereaksi kemudian
Universitas Sumatera Utara
33 diinkubasi selama 90 menit pada suhu 95°C-100°C diukur pada rentang
panjang gelombang 400 - 800 nm. Hal ini dilakukan karena pada panjang gelombang maksimum kepekaanya juga maksimum dan disekitar panjang
gelombang maksimun kurva absorbansi datar dan pada kondisi tersebut hukum Lambert-Beer akan terpenuhi Gandjar dan Rohman, 2007. Kurva serapan
pengukuran Mo V dengan larutan pereaksi dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Kurva Serapan Maksimum Pengukuran Mo V dengan
Larutan Pereaksi
Dari Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa penetapan pengukuran kompleks
fosfomolibdenum dengan larutan pereaksi dilakukan pada panjang gelombang 710 nm. Hal ini sesuai dengan literatur dimana warna hijau kebiruan diserap
pada panjang gelombang 610-750 nm Gandjar dan Rohman, 2007. Data
pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 8. 4.4.2 Waktu Kerja Operating Time
Kurva penentuan waktu kerja dapat dilihat pada Gambar 4.4. Data
pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 9.
Universitas Sumatera Utara
34
Gambar 4.4 Kurva Waktu Kerja Dari Gambar 4.4 menunjukkan penentuan waktu kerja pengukuran
kompleks fosfomolibdenum secara spektrofotometri sinar tampak dilakukan selang waktu satu menit selama 30 menit. Dari kurva di atas terlihat waktu
pengukuran terbaik ialah pada menit ke-26 hingga menit ke-36. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pengukuran kompleks Mo V dengan larutan
peraksi stabil selama 11 menit. 4.4.3 Kurva Kalibrasi Vitamin C
Pembuatan kurva kalibrasi Vitamin C dilakukan dengan membuat seri larutan kerja Vitamin C 1000 µgml dengan berbagai konsentrasi yaitu 7,2727;
9,0909; 10,909; 12,7272; 14,5454 µgml, kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum yang didapat yaitu 710 nm. Linearitas kurva
kalibrasi Vitamin C dapat dilihat pada Gambar 4.5. Data pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 11.
0.444 0.445
0.446 0.447
0.448 0.449
0.45 0.451
10 20
30 40
50
A bs
or ban
si
Waktu menit
Universitas Sumatera Utara
35
Gambar 4.5 Kurva Kalibrasi Vitamin C pada Panjang Gelombang 710 nm Dari Gambar 4.5 menunjukkan dari kurva kalibrasi di atas diperoleh
hubungan yang linear antara konsentrasi dengan absorbansi.Persamaan garis yang diperoleh adalah Y = 0,0423x - 0,0017, dengan koefisien kolerasi r
sebesar 0,9994. Dari hasil tersebut, dapat dikatakan terdapat korelasi yang positif antara kadar dengan serapan, artinya dengan meningkatnya konsentrasi
maka absorbansi juga akan meningkat. Besar hubungannya ditentukan oleh koefisien kolerasi r yakni 0,9994 99,94. Hal ini berarti terdapat 99,94
data yang memiliki hubungan linear Sudjana, 2005. Data pengukuran dapat dilihat pada Lampiran 12.
4.4.4 Penetapan Kapasitas Antioksidan dari Hemiselulosa Sekam Padi HSP
Hasil pengukuran kapasitas antioksidan dari hemiselulosa hasil isolasi sekam padi didasarkan atas pembentukan kompleks fosfomolibdat. Metode ini
didasarkan terjadi reduksi dari Mo VI menjadi Mo V oleh senyawa antioksidan Melo, et al., 2012. Pemeriksaan secara kulitatif menunjukkan
adanya aktivitas antioksidan pada HSP yang ditunjukkan dengan terbentuknya y = 0.0423x - 0.0017
R² = 0.999 0.000
0.200 0.400
0.600 0.800
0.0000 5.0000
10.0000 15.0000
20.0000
A bs
or ban
si
Konsentrasi
Kurva Kalibrasi
Universitas Sumatera Utara
36 warna hijau oleh kompleks fosfomolibdat pada suasana asam. Secara
kuantitatif, kapasitas antioksidan dari HSP didapatkan sebesar 9,71 ± 2,7092 mg vitamin Cgram sampel. Artinya kapasitas antioksidan 1 gram sampel HSP
setara dengan 9,71 ± 2,7092 mg vitamin C. Data dapat dilihat pada Lampiran 15. Hemiselulosa merupakan salah satu karbohidrat yang dilaporkan memiliki
aktivitas antioksidan. Hemiselulosa mengandung gula pereduksi pada rantai cabang seperti D-mannosa, D-galaktosa, D-fruktosa, dan pentosa-pentosa
seperti D-xilosa dan L-arabinosa sehingga mempunyai aktivitas antioksidan Melo, et al., 2012.
4.5 Validasi Metode Validasi metode yang dilakukan yaitu uji akurasi dengan parameter
persen perolehan kembali recovery dan uji presisi dengan parameter standar deviasi SD, relative standar deviasi RSD, batas deteksi dan batas
kuantitasi. Uji akurasi dan presisi dilakukan pada sampel. Hasil persen perolehan
kembali recovery didapatkan sebesar 88,74. Data perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 18. Persen perolehan kembali recovery ini dapat
diterima karena memenuhi syarat akurasi dengan rentang rata-rata hasil pesen perolehan kembali recovery 80 - 110 Harmita, 2004. Hasil SD yaitu
0,0566 dan hasil RSD yaitu 0,58. Data perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 17.
Universitas Sumatera Utara
37 Syarat dari RSD tidak boleh lebih dari 16 untuk ppm part per
million dan 32 untuk ppb part per billion Harmita, 2004. Batas deteksi dan kuantitasi yang diperoleh pada penelitian ini yaitu 0,6099 µgml dan 2,033
µgml. Data perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 16. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian ini
memiliki akurasi dan presisi yang baik.
Universitas Sumatera Utara
38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Isolasi hemiselulosa dari sekam padi dengan menggunakan metode
yang dipakai dapat dilakukan dan didapatkan persen rendemen sebesar 3,04.
b. Pemeriksaan kualitatif antioksidan dari hemiselulosa sekam padi
dengan pereaksi fosfomolibdat memberikan warna hijau di mana reduksi dari Mo VI menjadi Mo V oleh antioksidan membentuk
kompleks fosfat dengan Mo V yang berwarna hijau pada suasana asam.
c. Kapasitas antioksidan dari HSP berbeda dengan kapasitas antioksidan
vitamin C dimana didapatkan kapasitas antioksidan 1 gram sampel setara dengan 9,71 ± 2,7092 mg vitamin C.
5.2 Saran
a. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan isolasi
hemiselulosa dari sampel yang berbeda. b.
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk mengembangkan pemanfaatan hemiselulosa sebagai antioksidan sehingga akan
mendorong pemanfaatan lebih lanjut bahan tersebut dalam bidang farmasi.
Universitas Sumatera Utara