Hubungan Positif dengan Orang Lain Menentukan Tindakan Sendiri Penguasaan Lingkungan Tujuan Hidup Pertumbuhan Pribadi

4 penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner terbuka yang berisi 9 pertanyaan. Informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan menentukan kriteria informan yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penelitian. Menurut Sugiyono 2013, purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Kriteria dari informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menjadi anggota KSR PMI Kota Surakarta minimal selama 1 tahun 2. Pernah menangani bencana Informan penelitian ini juga menggunakan quota sampling dan insidental yang berjumlah 50 orang dengan rentang usia yang sesuai dengan syarat masuk anggota KSR PMI yaitu 18 – 35 tahun. Peneliti menggunakan analisis tematik sebagai salah satu teknik dalam analisis kualitatif yang memilah dan mengkode informasi dari responden dalam bentuk tema-tema khusus. Tema tersebut dapat berupa daftar tema, model tema, atau kualifikasi yang berkaitan dengan tema tersebut. dengan menggunakan teori dan penelitian sebelumnya. 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kesejahteraan Psikologis psychological well-being memiliki 6 dimensi yang secara umum akan diuraikan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dan kesejahteraan psikologis yang dirasakan KSR PMI secara umum adalah senang karena dapat bersosialisasi dengan individu yang berbeda-beda.

1. PenerimaanDiri

Para informan memiliki penerimaan diri dari perbedaan yang dirasakan setelah menjadi anggota KSR PMI adalah lebih memiliki rasa sosial, menjadi mempunyai skill, dan adanya pengembangan diri dibandingkan sebelumnya dan proses penerimaan diri yang dilakukan yaitu dengan mengembangkan karakter, belajar berorganisasi, dan berusaha membagi waktu untuk bias menerima diri bahwa sudah menjadi anggota KSR PMI.

2. Hubungan Positif dengan Orang Lain

Perasaan yang dimiliki sebagian besar informan kepada rekan-rekan sesama anggota KSR PMI adalah senang dan memiliki alasan dari perasaan menjalin hubungan dengan sesama anggota KSR PMI adalah menjadi bias bersosialisasi dan mendapat pengalaman.

3. Menentukan Tindakan Sendiri

Sebagian besar informan dalam menentukan antara 2 kegiatan yang juga terkait dengan pelaksanaan tugas sebagai anggota KSR PMI adalah memilih memprioritaskan 1 kegiatan dahulu. 5

4. Penguasaan Lingkungan

Dalam penguasaan lingkungan, cara yang dilakukan informanuntuk beradaptasi dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan PMI adalah dengan mengenal organisasi KSR PMI dan menyesuaikan sikap personal. Sedangkan cara beradaptasi di medan bencana yang dilakukan oleh anggota KSR PMI adalah banyak berkomunikasi dan menggunakan SOP untuk bertugas. Para informan memiliki hambatan saat melaksanakan tugas menjadi anggota KSR PMI adalah dalam menyesuaikan waktu dengan kegiatan lain, ketidaksesuaian dengan rekan KSR dan dalam pengorganisasian tim. Sedangkan cara menghadapi hambatan saat melaksanakan tugas sebagai anggota KSR PMI adalah dengan memanajemen waktu, berkomunikasi, dan terus belajar.

5. Tujuan Hidup

Alasan sebagian besar informan ingin menjadi anggota KSR PMI adalah tertarik di bidang kemanusiaan dan untuk mengembangkan diri, dengan adanya alasan tersebut memiliki kesesuaian dengan tujuan hidupnya yaitu ingin bermanfaat untuk orang lain.

6. Pertumbuhan Pribadi

Sebagian besar informan melakukan cara untuk mengembangkan potensi diri dengan menjadi anggota KSR PMI yaitu dengan bersosialisasi dan banyak berlatih. Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan bagaimana kesejahteraan psikologis pada KSR PMI Kota Surakarta dalam menangani bencana dengan menggunakan teori 6 dimensi menurut teori Ryff. Kesejahteraan psikologis yang dirasakan KSR adalah senang karena bisa bersosialisasi dengan individu yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil penelitian, dalam dimensi penerimaan diri, perbedaan yang dirasakan setelah menjadi anggota KSR PMI adalah lebih memiliki rasa sosial, menjadi mempunyai skill , dan adanya pengembangan diri dibandingkan sebelumnya Hal ini sesuai dengan teori volunteer motivation models yang menjelaskan bahwa individu memberikan pelayanannya dalam kegiatan sukarelawan karena beberapa alasan, salah satunya adalah untuk mengembangkan diri Omoto Snyder dkk, dalam Thoits Hewitt, 2001. Proses penerimaan diri sesaat setelah menjadi anggota KSR PMI, para informan melakukan cara dengan mengembangkan karakternya, belajar berorganisasi, dan berusaha membagi waktu untuk bisa menerima diri bahwa sudah bergabung menjadi anggota KSR PMI. Hal ini sesuai dengan teori Ryff 1989 bahwa penerimaan diri yang baik ditandai dengan kemampuan menerima diri apa adanya yang kemampuan tersebut memungkinkan seseorang untuk bersikap positif terhadap diri sendiri dan kehidupan yang dijalani. 6 Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam hubungan positif dengan orang lain, dengan adanya teman-teman dari organisasi KSR, tiap individu merasa senang yang hal ini sesuai dengan pendapat Menurut Bradburn 1989 kebahagiaan merupakan hasil dari kesejahteraan psikologis dan merupakan suatu tujuan tertinggi yang ingin dicapai oleh setiap individu. Sedangkan alasan dari rasa senang tersebut merupakan hal yang juga mempengaruhi hubungan positif dengan orang lain yaitu bisa bersosialisasi dengan teman-teman dari organisasi KSR yang berbeda-beda tiap individunya. Sesuai dengan teori dari Ryff dan Singer 1996 menyebutkan bahwa tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi menunjukkan individu memiliki hubungan yang baik dengan lingkungan disekitarnya, memiliki kepercayaan diri yang baik, dapat membangun hubungan personal yang baik dengan orang lain. Dimensi menentukan tindakan sendiri otonomi dalam hal memilih 2 kegiatan yang juga berkaitan dengan tugas sebagai anggota KSR PMI, hasil dari penelitian menunjukkan bahwa mayoritas informan memilih untuk memprioritaskan 1 kegiatan dan hal ini sesuai dengan pendapat Ryff 1995 bahwa individu yang memiliki skor tinggi pada dimensi otonomi digambarkan cenderung bebas dan dapat menentukan nasibnya serta mampu berpikir dan bertindak sesuai dengan cara yang tepat. Dimensi penguasaan lingkungan, baik dalam berkegiatan yang dilaksanakan oleh PMI ataupun ketika berada di lokasi medan bencana, anggota KSR PMI dituntut bisa beradaptasi. Untuk beradaptasi di dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan PMI, mengenal organisasi KSR dan menyesuaikan sikap personal adalah cara yang dilakukan oleh para informan. Sedangkan cara beradaptasi ketika berada di lokasi medan bencana adalah dengan banyak berkomunikasi dan menggunakan SOP saat bertugas. Hal ini sesuai dengan pendapat Harimukhti dan Dewi 2014 bahwa penguasaan lingkungan yang baik ditandai oleh perasaan kompeten menguasai lingkungan serta dapat memilih atau menciptakan lingkungan yang cocok dengan dirinya. Selain itu, para anggota KSR PMI juga memiliki hambatan ketika melaksanakan tugas-tugasnya yaitu untuk menyesuaikan waktu dengan kegiatan yang lain, ketidaksesuaian dengan rekan KSR, dan dalam pengorganisasian tim. Dengan hal itu, walaupun memiliki hambatan, para informan bisa menghadapi hambatan tersebut dengan cara memanajemen waktu, berkomunikasi, dan terus belajar. Hal ini sesuai dengan teori dari Ryff 1989 bahwa individu mampu mengontrol lingkungannya sesuai dengan kondisi psikologisnya dan mamou memanfaatkan kesemoatan yang ada di lingkungan secara efektif. 7 Tujuan hidup para informan bisa dilihat dari keinginan untuk menjadi anggota KSR PMI dengan kesesuaian tujuan hidupnya. Sebagian besar informan tertarik di bidang kemanusiaan dan untuk mengembangkan diri sehingga ingin masuk dalam anggota KSR PMI. Sedangkan untuk tujuan hidupnya, para informan ingin bisa bermanfaat untuk orang lain. Hasil penelitian tersebut senada dengan pendapat Nugroho 2011 yaitu bahwa motif yang menyebabkan orang ingin terlibat menjadi relawan adalah motif sosial. Hal ini lebih disebabkan karena tujuan utama mereka adalah dapat memberdayakan masyarakat dan membantu orang lain. Berdasarkan data yang telah di himpun dari informan, dalam pertumbuhan pribadi, para informan mengembangkan potensi dirinya dengan banyak bersosialisasi dan banyak berlatih. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Sheer 2008 bahwa relawan yang mengikuti pelatihan lebih berpeluang mendapatkan kepuasan dibanding yang tidak.

4. PENUTUP