obesitas abdominal yang diperoleh dengan cara menghitung perbandingan antara lingkar pinggang cm dan lingkar panggul cm. World Health Organization 2000
secara garis besar menentukan kriteria obesitas berdasarkan rasio lingkar pinggang panggul jika rasio lingkar pinggang panggul pria 0,90 dan pada wanita 0,80. Nilai
perbandingan antara lingkar pinggang dengan lingkar panggul dapat dilihat pada tabel 2.2.4 berikut:
Tabel 2.2.4. Tabel Perbandingan antara Lingkar Pinggang - Panggul
Pengukuran Pria
Wanita Resiko
meningkat Resiko sangat
meningkat Resiko
meningka t
Resiko sangat
meningkat Lingkar pinggang
94 cm 102 cm
80 cm 88 cm
Perbandingan lingkar
pingganglingkar panggul
0.9 1.0
0.8 0.9
Data yang diambil adalah data primer dengan melakukan wawancara langsung kepada responden. Data primer yang diambil identitas responden, berat badan, tinggi
badan, lingkar pinggang, lingkar panggul dan lingkar leher. Jumlah responden diambil sebanyak 10 orang, wanita dengan usia 18-50 tahun kecuali ibu hamil dan atlet.
2.3. Metode Analytical Hierarchy Process AHP
Pada dasarnya, proses pengambilan keputusan adalah memilih suatu alternatif. Peralatan utama AHP adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya
persepsi manusia. Keberadaan hirarki memungkinkan dipecahkannya masalah kompleks atau terstruktur dalam sub-sub masalah, lalu menyusunnya menjadi suatu
bentuk hirarki. 2.3.1.
Prinsip dasar analytical hierarchy process Dalam menyelesaikan permasalahan dengan AHP ada beberapa prinsip yang
perlu dipahami, diantaranya sebagai berikut: 1.
Decomposition membuat hirarki Sistem yang kompleks bisa dipahami dengan memecahkannya menjadi elemen-
elemen yang lebih kecil dan mudah dipahami.
Universitas Sumatera Utara
2. Comparative judgement penilaian kriteria dan alternatif
Kriteria dan alternatif dilakukan dengan perbandingan berpasangan. Menurut Saaty 1988 untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik untuk
mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat diukur menggunakan tabel analisis seperti pada tabel 2.3.1.
berikut ini:
Tabel 2.3.1. Tabel Analisis
Intensitas Kepentingan
Keterangan 1
Kedua elemen sama pentingnya 3
Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya
5 Elemen yang satu lebih penting daripada elemen launnya
7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya
9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan
Kebalikan Jika aktivitas i mendapat satu angka dibandingkan dengan
aktivitsa j, maka j memiliki nilai kebalikannya dibandingkan dengan i
3. Synthesis of priority menentukan prioritas
Menentukan prioritas dari elemen-elemen kriteria dapat dipandang sebagai bobotkontribusi elemen tersebut terhadap tujuan pengambilan keputusan. AHP
melakukan analisis prioritas elemen dengan metode perbandingan berpasangan antar dua elemen sehingga semua elemen yang ada tercakup. Prioritas ini ditentukan
berdasarkan pandangan para pakar dan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pengambilan keputusan, baik secara langsung diskusi maupun secara tidak langsung
kuisioner. 4.
Logical consistency konsistensi logis Konsistensi memiliki dua makna. Pertama, objek-objek yang serupa bisa
dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Kedua, menyangkut tingkat hubungan antar objek yang didasarkan pada kriteria tertentu.
2.3.2. Prosedur Analytical Hierarchy Process AHP
Menurut Kusrini, secara umum langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan AHP untuk pemecahan suatu masalah adalah sebagai berikut:
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu menyusun
hirarki dari permasalahan yang dihadapi.
Universitas Sumatera Utara
2. Menentukan prioritas elemen
a. Langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen adalah membuat
perbandingan pasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan sesuai kriteria yang diberikan.
b. Matriks perbandingan berpasangan diisi menggunakan bilangan untuk
mempresentasikan kepentingan relatif dari suatu elemen terhadap elemen yang lainnya.
3. Sintesis
Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini
adalah: a.
Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks. b.
Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks.
c. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah
elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata. 4.
Mengukur konsistensi Dalam pembuatan keputusan, penting untuk mengetahui seberapa baik
konsistensi yang ada karena kita tidak menginginkan keputusan berdasarkan pertimbangan dengan konsistensi yang rendah. Hal-hal yang dilakukan dalam
langkah ini adalah: a.
Kalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif elemen pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relatif elemen kedua dan
seterusnya. b.
Jumlahkan setiap baris. c.
Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan elemen prioritas relatif yang bersangkutan.
d. Jumlahkan hasil bagi di atas dengan banyaknya elemen yang ada. Hasilnya di
sebut maks.
5. Hitung Consistency Index CI.
6. Hitung Rasio Konsistensi Consistency Ratio CR.
7. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih dari 10, maka penilaian data
judgement harus diperbaiki, berarti langkah kedua harus diulang kembali. Namun,
Universitas Sumatera Utara
jika rasio konsistensi CIIR kurang atau sama dengan 0,1 maka hasil perhitungan bisa dinyatakan benar. Kosasi Sandy, 2002. Daftar indeks
random konsisten IR dapat dilihat pada tabel 2.3.2. berikut ini: Saaty, 1988.
Tabel 2.3.2. Daftar Ratio Index RI
N 1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15 RI 0 0 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49 1.51 1.48 1.56 1.57 1.59
2.4. Metode Mamdani