Pemodelan Sistem ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

22 R7 = IF Indek Massa Tubuh tinggi and Lingkar Pinggang tinggi and Lingkar Panggul tinggi and Lingkar Leher normal then prediksi rendah. R8 = IF Indek Massa Tubuh normal and Lingkar Pinggang normal and Lingkar Panggul normal and Lingkar Leher normal then prediksi rendah. R9 = IF Indek Massa Tubuh normal and Lingkar Pinggang tinggi and Lingkar Panggul tinggi and Lingkar Leher normal then prediksi tinggi. R10 = IF Indek Massa Tubuh normal and Lingkar Pinggang normal and Lingkar Panggul tinggi and Lingkar Leher normal then prediksi rendah. 5. Menentukan nilai minimum dari fungsi keanggotaan dengan menggunakan fungsi implikasi 6. Menentukan α predikat. Mencari α predikat untuk setiap aturan sebelum melakukan inferensi, yaitu: Nilai prediksi: Rendah = 50 Tinggi = 100 7. Defuzzifikasi penegasan. Inputan dari proses defuzzifikasi adalah suatu himpunan fuzzy yang diperoleh dari komposisi aturan-aturan fuzzy, sedangkan output yang dihasilkan adalah suatu bilangan pada domain himpunan fuzzy tersebut. Sehingga jika diberikan suatu himpunan fuzzy dalam range tertentu, maka harus dapat diambil suatu nilai crisp tertentu sebagai output.

3.4. Pemodelan Sistem

Pemodelan sistem yang dirancang bertujuan untuk menggambarkan kondisi dan bagian-bagian yang berperan dalam sistem yang dirancang. Pemodelan sistem dilakukan dengan membuat use case diagram, activity diagram dan sequence diagram. 3.4.1. Use case diagram Diagram use case biasanya disebut sebagai diagram perilaku yang digunakan untuk menggambarkan serangkaian tindakan bahwa beberapa sistem atau sistem subjek harus atau dapat melakukan kerjasama dengan satu atau lebih pengguna eksternal dari sistem actor. Use case diagram dapat dilihat pada gambar 3.4.1. Universitas Sumatera Utara 23 Gambar 3.4.1. Use Case Diagram 3.4.2. Activity diagram Diagram aktivitas adalah diagram perilaku yang menunjukkan aliran control atau objek aliran dengan penekanan pada urutan dan kondisi arus. Tindakan dikoordinasikan oleh model kegiatan dapat dimulai karena tindakan lain selesai mengeksekusi, karena objek dan data menjadi tersedia atau karena beberapa peristiwa eksternal untuk terjadi aliran. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar 3.4.2. activity diagram untuk metode AHP, pada gambar 3.4.3. activity diagram untuk metode Fuzzy Mamdani dan pada gambar 3.4.4. untuk activity diagram perbandingan. Universitas Sumatera Utara 24 Gambar 3.4.2. Activity diagram metode AHP Gambar 3.4.3. Activity diagram metode Fuzzy Mamdani Universitas Sumatera Utara 25 Gambar 3.4.4. Activity diagram perbandingan 3.4.3. Sequence diagram Sequence diagram adalah jenis yang paling umum dari diagram interaksi, yang berfokus pada pertukaran pesan antara sejumlah jalur pesan. Sequence diagram menggambarkan interaksi dengan berfokus pada urutan pesan yang dipertukarkan, bersama dengan spesifikasinya. Pada gambar 3.4.5. adalah sequence diagram metode AHP, gambar 3.4.6. adalah sequence diagram metode Fuzzy Mamdani dan pada gambar 3.4.7. adalah sequence diagram perbandingan. Gambar 3.4.5. Sequence diagram metode AHP Universitas Sumatera Utara 26 Gambar 3.4.6. Sequence diagram metode Fuzzy Mamdani Gambar 3.4.7. Sequence diagram perbandingan 3.5. Perancangan Sistem 3.5.1. Pembuatan algoritma program Pembuatan algoritma program yaitu proses penerjemahan langkah-langkah metode AHP dan metode Fuzzy Mamdani ke dalam sebuah bahasa pemrograman. Tahapan yang dilalui dalam pembuatan algoritma program,yaitu: 1. Pembuatan alur proses sistem secara umum. 2. Pembuatan alur proses sistem pendukung keputusan menggunakan metode AHP dan Fuzzy Mamdani ke dalam bahasa pemrogram VB 2012. Universitas Sumatera Utara 27 3.5.2 Alur proses sistem secara umum Alur proses dalam penentuan peringkat obesitas dengan metode Fuzzy Mamdani dan AHP divisualisasikan dengan flowchart seperti pada gambar 3.5.1. dan gambar 3.5.2. berikut ini: defuzzifikasi mulai masukkan variabel menentukan derajat keanggotaan menentukan aturan fuzzy komposisi aturan fuzzy hasil perhitungan selesai Gambar 3.5.1. Flowchart metode Fuzzy Mamdani Sukandy et al., 2014 Universitas Sumatera Utara 28 mulai masukkan bobot nilai menentukan matriks perbandingan berpasangan normalisasi masukkan kriteri, sub kriteria jumlahkan setiap elemen kolom matriks berpasangan bagikan nilai setiap kolom matriks berpasangan dengan hasil penjumlahan kolom jumlahkan setiap elemen baris matriks berpasangan menghitung nilai Eigen Vektor menghitung maks menghitung indeks konsistensi CR 0,100 selesai menghitung rasio konsistensi Gambar 3.5.2. Flowchart metode AHP Manurung, 2010 No Yes  Universitas Sumatera Utara 29

3.6. Perancangan Antarmuka Sistem Interface