Iklim dan Pertanian KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Turi yaitu 6.610 ton GKG. Berikut ini merupakan sebaran produksi padi sawah di Kabupaten Sleman beserta jumlah produksinya selama tahun 2010-2012. Tabel 8. Sebaran produksi padi sawah di Kabupaten Sleman. Kecamatan Luas Panen Ha Produksi Ton GKG Rata-rata produksi KwHa Moyudan 3.223 21.464 66,60 Minggir 2.988 19.813 66,31 Seyegan 3.424 22.981 67,12 Godean 3.436 23.492 68,37 Gamping 2.805 19.077 68,01 Mlati 2.544 17.661 69,42 Depok 1.179 8.164 69,24 Berbah 1.956 13.342 68,21 Prambanan 2.595 18.183 70,07 Kalasan 3.246 22.627 69,71 Ngemplak 2.945 18.035 61,24 Ngaglik 3.040 20.628 67,86 Sleman 2.921 19.797 67,78 Tempel 3.160 23.366 73,94 Turi 959 6.610 68,93 Pakem 2.745 18.643 67,91 Cangkringan 2.666 17.495 65,62 Jumlah 45.832 311.378 1.156,34 Sumber: Badan Pusat Statistik 2013. Selain menghasilkan padi, Kabupaten Sleman juga merupakan penghasil salak terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta. Salak pun dijadikan sebagai flora khas Kabupaten Sleman. Produksi salak di Sleman banyak ditemui di kecamatan Turi. Pertanian di kecamatan ini lebih banyak menghasilkan buah salak daripada padi. Adapun produksi padi sawah berdasarkan lokasi penelitian disajikan secara ringkas dalam tabel berikut: Tabel 9. Produksi padi sawah masing-masing desa di WPU Kabupaten Sleman. No KecamatanDesa Produksi padi sawah kwgkg Gamping: 1 Balecatur 63.196 2 Ambarketawang 29.856 3 Banyuraden 26.781 4 Trihanggo 48.849 Godean: 5 Sidoarum 20.130 Mlati: 6 Sinduadi 2.239 Jumlah 191.051 Sumber: Badan Pusat Statistik 2013 Produksi padi tertinggi di wilayah peri-urban Kabupaten Sleman terletak di desa Balecatur dan paling sedikit di desa Sinduadi. Meskipun luas areal persawahan di desa Sinduadi lebih luas dari Banyuraden dan Sidoarum, namun padi yang dihasilkan dalam bentuk gabah kering lebih sedikit dibandingkan dua desa tersebut. Hal ini bisa saja terjadi karena letak sawah yang dekat dengan pemukiman, jalan atau bangunan tinggi lainnya yang menyebabkan sinar matahari kurang, polusi air serta udara yang dapat mengganggu pertumbuhan padi. Umumnya petani yang mengusahakan padi tergabung dalam kelompok tani. Jumlah kelompok tani di WPU Kabupaten Sleman dijelaskan dalam tabel berikut; Tabel 10. Jumlah kelompok tani masing-masing desa di WPU Kabupaten Sleman. No KecamatanDesa Jumlah kelompok tani Gamping: 1 Balecatur 36 2 Ambarketawang 25 3 Banyuraden 15 4 Trihanggo 21 Godean 5 Sidoarum 11 Mlati 6 Sinduadi 10 Sumber: Balai Penyuluh Pertanian, Perkebunan dan Perikanan 2013. Jumlah kelompok tani yang paling sedikit terletak di desa Sinduadi. Hal ini dikarenakan mayoritas penduduk di desa Sinduadi memiliki pekerjaan di sektor non-usahatani padi sawah serta memiliki luas lahan sawah cukup sedikit.Jumlah kelompok tani terbanyak terdapat di desa Balecatur yang letaknya cukup jauh dari perkotaan. Di desa Balecatur masih cukup banyak penduduk yang berprofesi sebagai petani maupun buruh tani. Selain itu, luas lahan persawahan dan produksi padi sawah tertinggi di WPU Kabupaten Sleman juga terdapat di Balecatur. 42

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Petani

Identitas petani merupakan gambaran umum petani di wilayah peri-urban Kabupaten Sleman. Identitas petani yang dimaksud meliputi usia, tingkat pendidikan terakhir, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman bertani serta jumlah pekerjaan yang digeluti. Gambaran identitas tersebut dapat menentukan dan mempengaruhi petani dalam mengusahakan pendapatan rumah tangganya.

1. Usia

Usahatani khususnya di pedesaan dan negara berkembang, memerlukan kekuatan fisik manusia sebagai pelaksana kegiatan budidaya. Pada usahatani padi sawah, kekuatan fisik lebih mendominasi daripada penggunaan mesin. Penggun aan mesin pada budidaya padi sawah masih sebatas “membantu” yang artinya mesin tersebut masih dioperasikan oleh manusia dan tenaganya. Tenaga manusia secara umum berkaitan dengan usia. Usia petani di wilayah peri-urban Kabupaten Sleman disajikan dalam tabel berikut: Tabel 1. Usia petani di WPU Kabupaten Sleman tahun 2013-2014. Usia tahun Jumlah orang Persentase 20-34 1 3,3 35-49 5 16,7 50-64 20 66,7 64 4 13,3 Jumlah 30 100 Rata-rata usia 54,9 Sumber : Data primer yang diolah Dari tabel diatas, diketahui bahwa 90 petani di WPU Kabupaten Sleman berada pada usia produktif yaitu usia 15-64 tahun. Pada usia produktif, kekuatan fisik manusia pada umumnya masih sangat baik. Dengan kekuatan fisik tersebut, petani dinilai mampu mengelola usahataninya dengan baik. Dengan kekuatan fisik itu pula, petani berpeluang untuk memiliki pekerjaan atau sumber pendapatan dari sektor non-usahatani padi sawah. Pekerjaan non-usahatani yang umumnya digeluti oleh petani di WPU Kabupaten Sleman adalah pekerjaan yang membutuhkan kekuatan fisik dan usia yang produktif. Petani dengan usia yang masih produktif mayoritas memiliki pekerjaan sebagai buruh dan karyawan. Jumlah petani yang sudah berada pada usia tidak produktif hanya sebagian kecil saja, yaitu 13,3 atau 4 orang dari total responden 30 orang. Petani di usia ini juga masih terdiri dari petani yang tidak lagi mengelola usahataninya sendiri, petani yang dapat mengelola usahataninya dengan curahan kerja yang lebih sedikit, dan masih ada juga yang memberikan curahan kerja yang cukup besar. Berdasarkan hasil penelitian, petani yang usianya sudah tidak produktif lagi dan tidak mengelola usahataninya sendiri adalah pensiunan guru PNS dan pensiunan TNI AD. Petani di WPU Kabupaten Sleman yang tertua berusia 73 tahun. Petani tersebut memberikan curahan kerja sebesar 4 HKO selama satu musim tanam 4 bulan atau satu HKObulan pada usahatani padi sawah. Selain memberikan curahan kerja pada sektor usahatani padi sawah, petani yang telah berusia lanjut ini memberikan curahan kerjanya pada sektor non-usahatani padi sawah berupa ternak kambing. Meskipun curahan kerja sebagai peternak kambing lebih besar, namun pekerjaan ini tidak memerlukan tenaga yang besar karena hanya