Peranan Produksi Usahatani dan Gender dalam Ekonomi Rumahtangga Petani Lahan Sawah Studi Kasus di Kabupaten Bogor

(1)

STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR

SOEPRIATI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006


(2)

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul:

PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER

DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR

merupakan gagasan atau hasil penelitian saya send iri dengan pembimbingan dari Komisi Pembimbing, kecuali dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memeperoleh gelar pada program sejenis pada Perguruan Tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, September 2006

Soepriati


(3)

SOEPRIATI. Peranan Produksi Usahatani dan Gender dalam Ekonomi Rumahtangga Petani Lahan Sawah: Studi Kasus di Kabupaten Bogor (RINA OKTAVIANI sebagai Ketua, SJAFRI MANGKUPRAWIRA dan EKAWATI SRI WAHYUNI sebagai anggota Komisi Pembimbing).

Alokasi waktu anggota rumahtangga dibedakan menjadi dua, yaitu: kegiatan produktif dan domestik. Alokasi waktu produktif meliputi: curahan kerja usahatani dan non usahatani. Hasil analisa deskriptif menunjukkan bahwa peran anggota rumahtangga yang terdiri dari suami, istri, anak laki, dan anak perempuan memberikan kontribusi curahan kerja bagi keluarga pada kegiatan usahatani masing- masing sebesar 65.77 persen, 11.65 persen, 21.43 persen, dan 1.15 persen. Kontribusi curahan kerja istri pada usahatani lebih kecil dibandingkan suami dan anak laki- laki, disebabkan oleh dominasi peran istri sebagian besar melakukan pekerjaan domestik. Curahan kerja non usahatani yang dilakukan oleh anggota rumahtangga yang terdiri dari suami, istri, anak perempuan, dan anak laki, masing- masing sebesar 28.94 persen, 19.07 persen, 36.98 persen, dan 15.01 persen.

Alokasi waktu kerja reproduktif yang dilakukan oleh anggota rumahtangga yang terdiri dari suami, istri, anak laki dan anak perempuan masing- masing sebesar 77.87 persen, 91.64 persen, 84.03 persen dan 95 persen dari total waktu dalam setahun sebesar 8 760 jam. Peran istri dalam kegiatan reproduktif lebih tinggi dari pada suami, karena istri melakukan pekerjaan rumahtangga, kegiatan sosial dan kegiatan pribadi termasuk didalamnya mengurus anak, memasak, pengaturan konsumsi pangan dan non pangan. Hal yang sama juga berlaku bagi anak perempuan dewasa yang dituntut untuk melakukan pekerjaan domestik.Alokasi waktu reproduktif suami dan anak laki lebih banyak untuk kegiatan sosial dan waktu luang.

Besarnya kontribusi pendapatan suami, istri, anak laki, dan anak perempuan sebesar 71.09 persen, 10.19 persen, 18.03 persen, dan 0.67 persen dari total penghasilan keluarga rata-rata dari kegiatan usahatani selama satu tahun sebesar Rp.3 982 880.25. Sedangkan kontribusi pendapatan yang diperoleh suami, istri, anak laki dan anak perempuan dari kegiatan non usahatani masing- masing sebesar 35.42 persen, 15.04 persen, 25.36 persen dan 24.17 persen dari rata-rata pendapatan total rumahtangga sebesar Rp.5 851 208.30 per tahun.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa keterbatasan sumberdaya lahan dapat mempengaruhi produksi yang dilakukan oleh petani lahan sawah dengan sistem usahatani sub sisten. Berdasarkan luas kepemilikan lahan dan pendapatan yang diperoleh masing- masing sebagai berikut: kurang dari 0.25 ha, 0.25–0.50 ha dan lebih dari 0.50 ha dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp. 6 172 000, Rp. 9 191 000, dan Rp. 14 365 000. Kemampuan produksi dan pendapatan yang diperoleh dari usahatani tidak mampu mencukupi kebutuhan konsumsi terutama bagi petani berlahan sempit. Sebagai alternatif peningkatan daya beli ekonomi rumahtangga, petani lahan sawah bekerja diluar usahatani dan usaha ternak.


(4)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2006 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari

Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotocopy, microfilm, dan sebagainya.


(5)

STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR

Oleh :

SOEPRIATI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006


(6)

Nama : Soepriati Nomor Pokok : A 151020461

Program Studi : Ilmu Ekonomi Pertanian

Menyetujui, 1.Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS Ketua

Prof.Dr.Ir.Sjafri Mangkuprawira Dr.Ir.Ekawati Sri Wahyuni, MS Anggota Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi 3. Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Ekonomi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Prof.Dr.Ir.Bonar M. Sinaga, MA Dr.Ir.Khairil Anwar Notodiputro, MS Tanggal ujian : 28 Februari 2006 Tanggal lulus :


(7)

Penulis dilahirkan di Kota Pati, Propinsi Jawa Tengah pada tanggal 10 April 1972. Penulis adalah anak keempat dari empat bersaudara dari Bapak Moestamin, SM dan Ibu Hj.Sudarmisih.

Pada tahun 1984 penulis lulus dari SD Keluarga I Pati, tahun 1987 lulus dari SMP Negeri III Pati dan tahun 1990 lulus dari SMA Negeri I Pati. Pada tahun 1994 Penulis memperoleh gelar Ahli Madya dari Akademi Akuntansi YKPN Yogyakarta, dan pada tahun 1996 Penulis telah menyelesaikan studi Ilmu Akuntansi di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN Yogyakarta.

Pada tahun 1997 penulis bekerja sebagai auditor di Kantor Jasa Audit di Semarang, kemudian tahun 1999 penulis diterima bekerja pada Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian. Pada tahun 2002 penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan pada program Magister Sains di IPB dengan biaya sendiri. Sampai sekarang penulis masih bekerja sebagai staff di Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian RI.


(8)

PRAKATA

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah Subhana Wata’ala atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul : ”Peranan Produksi Usahatani dan Gender dalam Ekonomi Rumahtangga Petani Lahan Sawah Studi Kasus di Kabupaten Bogor.

Penulisan tesis ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bantuan, arahan dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih dan rasa hormat yang mendalam terutama kepada Dr.Ir. Rina Oktaviani, MS selaku ketua, Prof.Dr.Ir. Sjafri Mangkuprawira dan Dr.Ir. Ekawati Sri Wahyuni, MS selaku anggota komisi pembimbing, yang telah memberikan berbagai masukan dan arahan yang sangat konstruktif bagi penyempurnaan tulisan ini. Selain itu, ucapan terima kasih kepada Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MSi selaku penguji luar komisi pada ujian tesis tanggal 28 Februari 2006 yang telah memberikan koreksi dan saran konstruktif untuk kesempurnaan tesis ini.

Selanjutnya pada kesempatan ini, Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian beserta staf yang telah memberikan berbagai kemudahan selama mengikuti kegiatan akademis.

2. Bapak Ir. Djodi Tjahjadi K, MM selaku Kepala Pusat Pemberdayaan Ketahanan Pangan Masyarakat, yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk melanjutkan studi pada Program Pascasarjana IPB.

3. Bapak Dr.Ir. Ardi Jayawinata, MASc, selaku Kepala Bidang Kerawanan Pangan yang telah memberikan dorongan dan motivasi dalam penyelesaian studi.


(9)

4. Yayasan Pengembangan Sumber Daya Manusia Indonesia (Foundation For Indonesian Human Resources Development), selaku penyandang dana Beasiswa Bank of Tokyo Mitsubishi yang telah memberikan bantuan dana untuk penyelesaian tesis.

5. Rekan-rekan Bidang Kerawanan Pangan Badan Ketahanan Pangan dan rekan-rekan Program Studi EPN angkatan 2002 yang telah memberikan motivasi dan pada penulis untuk menyelesaikan tesis ini .

Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih dan rasa hormat yang mendalam kepada Bapak dan Ibu serta kakak-kakakku Naning, Wahyu dan Nunuk yang telah memberikan dukungan, perhatian, kasih sayang dan doa yang tulus ikhlas sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik.

Besar harapan penulis agar berbagai pemikiran yang tertuang dalam tulisan ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan pemerintah, khususnya dalam menyikapi masalah ekonomi rumahtangga petani. Penulis menyadari, sebagai bagian dari suatu proses tentunya dalam menyusun tesis ini masih menemui berbagai kekurangan.

Bogor, September 2006


(10)

x

Halaman

DAFTAR TABEL...

DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR LAMPIRAN... xiii xv xvi I. II. III. IV. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1.2. Perumusan Masalah... 1.3. Tujuan Penelitian... 1.4. Batasan Penelitian...

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan Rumahtangga ... 2.2. Teori Ekonomi Rumahtangga Pertanian... 2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas dan Efisiensi Usahatani 2.4. Konsep Produksi Ekonomi Rumahtangga ... 2.5. Analisis Gender Ekonomi Rumahtangga Petani...

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Teoris... 3.1.1. Curahan Tenaga Kerja ... 3.1.2. Alokasi Waktu ... 3.1.3. Model Ekonomi Rumahtangga ... 3.2. Kerangka Pemikiran Konseptual...

METODE PENELITIAN

4.1. Penentuan Lokasi Penelitian ... 4.2. Penentuan Data dan Sumber Data ... 4.3. Metode Pemilihan Sampel ... 4.4. Model Ekonometrika Ekonomi Rumahtangga Petani... 4.4.1. Blok Produksi ... 4.4.2. Blok Tenaga Kerja ...

1 7 12 13 14 16 17 18 19 23 24 27 30 34 37 37 38 38 39 40


(11)

xi

V.

VI.

VII.

4.4.5. Blok Pengeluaran... 4.5. Identifikasi dan Pendugaan Model ... 4.6. Validasi Model... 4.7. Simulasi Model ... 4.8. Definisi Operasional...

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1. Letak Geografis Lokasi Penelitian... 5.2. Kondisi Lokasi Penelitian dan Kehidupan Sosial Ekonomi... 5.3. Karakteristik Rumahtangga Petani dan Sumberdaya Lahan... 5.4. Faktor Sosial Budaya Masyarakat dengan Pendekatan Gender... ... 5.5. Kondisi Ketahanan Pangan Wilayah...

ALOKASI WAKTU KERJA, KONTIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah ... 6.1.1. Alokasi Waktu Kerja pada Usahatani... 6.1.2. Alokasi Waktu Kerja pada Non Usahatani ... 6.1.3. Alokasi Waktu di Luar Kegiatan Mencari Nafkah... 6.2. Kontribusi Pendapatan Rumahtangga Petani Lahan Sawah... 6.3. Pola Pengeluaran Rumahtangga Petani Lahan Sawah...

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

7.1 Keragaan Umum Hasil Pendugaan Model Ekonomi Rumahtangga Petani Lahan Sawah... 7.2 Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas pada Model Ekonomi Rumahtangga Petani Lahan Sawah ... 7.2.1. Persamaan Produksi... 7.2.1.1. Produksi Usahatani Padi... 7.2.1.2. Produksi Usahatani Ubi Jalar ... 7.2.1.3. Produksi Usahatani Ubi Kayu... 7.2.2. Persamaan Curahan Kerja ...

44 45 46 47 49 51 52 53 54 56 59 59 60 61 64 65 67 70 70 70 72 73 75


(12)

xii

VIII.

IX.

7.2.2.3. Total Curahan Kerja Keluarga pada Usahatani Ubi Kayu.... 7.2.3. Curahan Kerja Luar Keluarga pada Usahatani ... 7.2.4. Curaha n Kerja Keluarga Non Usahatani... 7.2.5. Persamaan Pendapatan... 7.2.6. Persamaan Konsumsi ... 7.2.6.1. Konsumsi Pangan... 7.2.6.2. Konsumsi Non Pangan... 7.2.6.3. Investasi Pendidikan...

DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN HARGA INPUT DAN OUTPUT USAHATANI TERHADAP EKONOMI RUMAH-TANGGA PETANI

8.1. Validasi Model Keputusan Ekonomi Rumahtangga Petani Lahan Sawah.. 8.2. Dampak Perubahan Kebijakan Harga Input dan Output Usahatani Terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Lahan Sawah ... 8.2.1. Penurunan Luas Lahan Pertanian Sebesar 25 Persen... 8.2.2. Perubahan Harga Urea...

8.2.2.1. Penurunan Harga Urea Sebesar 15 Persen... 8.2.2.2. Kenaikan Harga Urea Sebesar 52 Persen... 8.2.3. Peningkatan Harga Jual Padi, Ubi Jalar, dan Ubi Kayu... 8.2.4. Dampak Perubahan Harga Urea, TSP, Padi, Ubi Jalar, dan Ubi Kayu... 8.3. Rekapitulasi Hasil Skenario Kebijakan Terhadap Ekonomi Rumahtangga

Petani Lahan Sawah...

KESIMPULAN DAN SARAN

9.1. Kesimpulan... 9.2. Saran ...

78 79 80 82 83 84 85 86 88 90 90 92 92 93 95 96 97 99 101

DAFTAR PUSTAKA...

LAMP IRAN... 103 108


(13)

xiii

Nomor Halaman

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.

Perubahan Struktur Penyerapan Tenaga Kerja Pedesaan di Jawa Barat, Tahun 1986-2004... Sektor Penyerapan Te naga Kerja Penduduk Berusia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Daerah di Kabupaten Bogor, Tahun 2003... Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga Contoh di Pedesaan Kabupaten Bogor Berdasarkan Luas Penguasaan Lahan, Tahun 2004... ... Pembagian Blok dan Sistem Persamaan Model Ekonomi Rumahtangga Petani Lahan Sawah………... Definisi Variabel- Variabel... Pemanfaatan Lahan di Desa Purwasari dan Desa Ciherang Menurut Mata Pencaharian, Tahun 2002... Komposisi Jumlah Penduduk Desa Purwasari dan Desa Ciherang Menurut Mata Pencaharian, Tahun 2002……... Rata-Rata Karakteristik Rumahtangga Petani………... Aspek Sosial Budaya dengan Pendekatan Gender…………... Komposisi Rata-Rata Produksi, Pendapatan, Biaya, dan Konsumsi... Analisis Biaya dan Keuntungan Usahatani Padi, Ubi Jalar, dan Ubi Kayu Rata-Rata Curahan Kerja Anggota Rumahtangga pada Usahatani... Rata-Rata Curahan Kerja Anggota Rumahtangga pada Non Usahatani... Rata-Rata Alokasi Waktu Suami, Istri, dan Anak………... Kontribusi Pendapatan Anggota Rumahtangga Petani Lahan Sawah dalam Satu Tahun………... Rata–Rata Pola Pengeluran Rumahtangga Petani Lahan Sawah…... Keragaan Umum Hasil Pend ugaan Model Ekonomi Rumahtangga Petani Lahan Sawah………... Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Produksi Padi…... Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Produksi Ubi Jalar... Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Produksi Ubi Kayu... Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Total Curahan Kerja Keluarga pada Usahatani Padi……... Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Total Curahan Kerja Keluarga pada Usahatani Ubi Jalar…………...

3 4 10 39 49 51 52 53 55 57 58 59 60 63 65 66 68 71 72 74 75 77


(14)

xiv 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36.

Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Curahan Kerja Luar Keluarga pada Usahatani………... Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Curahan Kerja Keluarga pada Non Usahatani………... Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Pendapatan Keluarga pada Non Usahatani………... Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas pada Persamaan Konsumsi Pangan………... Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas pada Persamaan Konsumsi Non Pangan. ………... Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Investasi Pendidikan... Hasil Pengujian Validasi Model Analisis Ekonomi Rumahtangga Petani Lahan Sawah……... Dampak Penurunan Luas La han Pertanian Sebesar 25 Persen Terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Lahan Sawah... Dampak Penurunan Harga Urea Sebesar 15 Persen Terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Lahan Sawah……... Dampak Kenaikan Harga Urea Sebesar 52 Persen Terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Lahan Sawah... Dampak Kenaikan Harga Jual Padi Sebesar 33 Persen, Ubi Jalar 20 Persen, dan Ubi Kayu 50 Persen Terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Lahan Sawah…... Dampak Perubahan Harga Urea, TSP, Padi, Ubi Jalar, dan Ubi Kayu Terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Lahan Sawah... Rekapitulasi Hasil Skenario Dampak Perubahan Kebijakan Terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Lahan Sawah...

79 81 83 84 85 86 89 91 93 94 95 97 98


(15)

xv

Nomor Halaman

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Nilai Kepuasan Maksimum... Fungsi Kepuasan, Efek Pendapatan, Efek Substitusi, dan Efek Total... Penawaran Tenaga Kerja ... Kerangka Pikir Konseptual Ekonomi Rumahtangga Petani Lahan Sawah... Proporsi Pekerjaan Responden... Karakteristik Tingkat Pendidikan Anggota Rumahtangga Petani...

24 25 26 35 52 54


(16)

xvi

Nomor Halaman 1.

2.

3.

4.

5. 6. 7. 8.

9.

Program Pendugaan Model Peranan Produksi Usahatani dan Gender dalam Ekonomi Rumahtangga Petani Lahan Sawah... Hasil Pendugaan Parameter Model Peranan Produksi Usahatani dan Gender dalam Ekonomi Rumahtangga Petani Lahan Sawah...

Program Simulasi Dasar dan Validasi Model Peranan Produksi Usahatani dan Gender dalam Ekonomi Rumahtangga Petani Lahan Sawah di Kabupaten Bogor... Hasil Analisis Nilai Simulasi Dasar dan Validasi Model Peranan Produksi Usahatani dan Gender dalam Ekonomi Rumahtangga Petani Lahan Sawah di Kabupaten Bogor... Program Simulasi Penurunan Luas Lahan Sawah Sebesar 25 Persen... Program Simulasi Penurunan Harga Urea Sebesar 15 Persen... Program Simulasi Kenaikan Harga Urea Sebesar 52 Persen... Program Simulasi Kenaikan Harga Kenaikan Harga Jual Padi Naik 33 Persen, Harga Ubi Jalar Naik 20 Persen, dan Harga Ubi Kayu Naik 50 Persen... Program Simulasi Kenaikan Harga Urea, TSP, Padi, Ubi Jalar, dan Ubi Kayu ...

109 111

117

119 121 123 125

127


(17)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Produksi usahatani adalah kegiatan yang dilakukan petani untuk mengelola lahan, sarana produksi yang terdiri dari: benih atau bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja serta modal untuk menghasilkan komoditas pangan. Komoditas pangan yang dihasilkan berupa tanaman pangan, peternakan, perikanan, dan perkebunan. Sebagian besar komoditas yang dihasilkan rumahtangga petani lahan sawah adalah padi, ubi jalar, dan ubi kayu. Kecenderungan untuk memilih tanaman tersebut dipengaruhi oleh biaya produksi, tingkat upah, harga jual, luas lahan, dan permintaan pasar. Selain itu, aktivitas ekonomi rumahtangga petani lahan sawah dipengaruhi oleh alokasi waktu dan curahan kerja untuk memperoleh kepuasan dan pendapatan.

Kegiatan ekonomi rumahtangga petani lahan sawah terdiri dari kegiatan produksi usahatani dan non usahatani. Pilihan kegiatan tersebut dipengaruhi tingkat upah atau pendapatan yang ditawarkan, luas kepemilikan lahan, tingkat pendidikan, usia, pengalaman, dan faktor sosial budaya. Selain itu, adanya fregmentasi lahan dan alih fungsi lahan pertanian untuk perumahan, industri, dan lainnya sangat mempengaruhi pendapatan rumahtangga petani lahan sawah. Lahan yang semakin sempit menyebabkan hasil produksi menurun dan kemampuan daya beli petani menjadi rendah. Rendahnya daya beli petani berpengaruh terhadap kemampuan akses rumahtangga untuk konsumsi pangan dan non pangan.

Kemampuan daya beli unt uk mengakses pangan merupakan indikasi ketahanan pangan rumahtangga. Ketahanan pangan adalah suatu kondisi terpenuhinya pangan di tingkat rumahtangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Indikator


(18)

ketahanan pangan rumahtangga petani lahan sawah dilihat dari aspek ketersediaan dan konsumsi pangan, adalah luas kepemilikan lahan untuk melakukan kegiatan produksi sehingga memperoleh pendapatan yang digunakan untuk konsumsi rumahtangga. Secara konsepsional ketahanan pangan yang telah diterima Sidang Komite Pangan Dunia ke 18 tahun 1993 mencakup tiga aspek penting yaitu: (1) ketersediaan pangan, (2) stabilisasi harga dan penyediaan bahan pangan, dan (3) akses individu dan rumahtangga untuk mendapatkan pangan. Untuk memenuhi ketiga aspek tersebut, arah pengukuran ketahanan pangan tidak hanya pada tingkat agregatif nasional tetapi juga diukur pada tingkat rumahtangga.

Ketahanan pangan rumahtangga petani lahan sawah ditentukan oleh sektor pertanian sebagai sumber pendapatan. Sumber pendapatan tersebut berasal dari hasil produksi usahatani, nilai upah, dan harga jual komoditas yang dihasilkan. Apabila sektor pertanian mampu sebagai penyerap tenaga kerja dan penghasil bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan yang layak maka kecenderungan petani selalu bertumpu pada sektor pertanian sebagai sumber pendapatan.

Menurut data BPS Propinsi Jawa Barat, penyerapan tenaga kerja terutama sektor pertanian lebih tinggi daripada sektor lainnya, namun pada tahun 1996 mengalami penurunan. Hal ini disebabkan adanya perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri, bangunan, perdagangan, transportasi, dan jasa kemasyarakatan. Perpindahan tersebut diakibatkan adanya daya tarik perkotaan yang memberikan tingkat upah lebih tinggi daripada pedesaan. Pada tahun 1997 penyerapan tenaga kerja sektor non pertanian lebih tinggi daripada sektor pertanian karena alasan pendapatan yang diperoleh diluar sektor pertanian lebih tinggi. Penyerapan tenaga kerja terbesar pada sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan. Perkembangan pada tahun 2004, penyerapan tenaga kerja sektor non


(19)

pertanian terus bertambah dan jumlah tenaga kerja pedesaan juga meningkat karean terjadi pergeseran ke sektor bangunan dan sektor lainnya. Perubahan struktur penyerapan tenaga kerja sektor pertanian khususnya di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Perubahan Struktural Penyerapan Tenaga Kerja Pedesaan di Jawa Barat, Tahun 1986-2004

Sektor Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja (orang)

Perekonomian 1986 1991 1996 1997 2002 2004

Pertanian 4 938 5 028 4 245 3 642 3 075 2 202

(55.15) (55.55) (46.63) (41.60) (21.65) (15.10)

Non Pertanian 4 015 4 024 4 858 5 112 11 126 12 379

853 874 1 129 1 177 1 064 1 257

a.Industri

dan Pengolahan (9.53) (9.65) (12.40) (13.45) (7.49) (8.62)

b.Bangunan 274 309 549 599 2 172 2 404

(3.06) (3.41) (6.03) (6.84) (15.29) (16.48)

1 439 1 430 1 718 1 809 912 1 023

c.Perdagangan

(16.07) (15.80) (18.87) (20.67) (6.42) (7.02)

279 360 556 590 668 654

d.Transportasi

dan Komunikasi (3.12) (3.98) (6.11) (6.74) (4.70) (4.48)

818 906 782 774 138 225

e. Jasa

Kemasyarakatan (9.14) (10.01) (8.59) (8.84) (0.01) (1.54)

f. Sektor lain 351 145 124 163 6 172 6 816

(3.92) (1.60) (1.36) (1.86) (43.46) (46.74)

8 953 9 052 9 103 8 754 14 201 14 581

Jumlah Tenaga

Kerja Pedesaan (78.72) (68.35) (60.00) (57.18) (53.59) (56.99)

2 420 4 191 6 074 6 554 9 498 11 001

Jumlah Tenaga

Kerja Perkotaan (21.28) (31.65) (40.02) (42.82) (46.40) (43.00)

Jumlah Tenaga

Kerja Jawa Barat 11 373 13 243 15 177 15 308 23 699 25 582

Sumber : Keadaan Angkatan Kerja Indonesia , BPS 1986, 1991, 1997, 2002, 2004

Keterangan : ( ) adalah proporsi jumlah tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian terhadap jumlah tenaga kerja pedesaan dan proporsi tenaga kerja pedesaan dan perkotaan terhadap jumlah total tenaga kerja di Propinsi Jawa Barat.

Perubahan struktur penyerapan tenaga kerja juga terjadi di Kabupaten Bogor. Hal ini ditunjukkan oleh persentase jenis pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kerja pria dan wanita di perkotaan dan pedesaan. Di perkotaan, jumlah pekerja sektor jasa sebanyak 26.7 persen dilakukan oleh tenaga kerja pria, sedangkan tenaga kerja wanita bergerak di sektor industri pengolahan sebanyak 34.3 persen. Sedangkan di wilayah pedesaan, tenaga kerja pria dan wanita cenderung bekerja pada sektor pertanian


(20)

tanaman pangan, masing- masing sebanyak 21.3 persen dan 16.4 persen (BPS Kabupaten Bogor, 2003). Kondisi ini menunjukkan bahwa curahan kerja pria dan wanita di pedesaan sebagai petani masih cukup besar. Hal ini dipengaruhi kepemilikan sumberdaya berupa lahan pertanian yang merupakan lahan warisan, faktor pengalaman bertani dari orang tua serta keterbatasan tingkat pendidikan masyarakat pedesaan rata-rata berpendidikan sekolah dasar menjadi alasan untuk melakukan kegiatan usahatani. Sektor penyerapan tenaga kerja menurut jenis kelamin di perkotaan dan pedesaan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Sektor Penyerapan Tenaga Kerja Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Wilayah di Kabupaten Bogor, Tahun 2003

Jumlah Tenaga Kerja di Kota Jumlah Tenaga Kerja di Desa

Pria Wanita Pria Wanita

Jenis

Pekerjaan (orang) (%) (orang) (%) (orang) (%) (orang) (%) 1. Pertanian

Tanaman Pangan

30 598 6.0 7 683 4.9 83 768 21.3 31 689 16.4

2.Perkebunan 4 166 0.8 1 440 0.9 6 526 1.7 2 794 1.4

3.Perikanan 1 997 0.4 179 0.1 2 485 0.6 240 0.1

4.Peternakan 3 665 0.7 564 0.4 3 449 0.9 521 0.3

5.Pertanian lainnya

16 760 3.3 2 823 1.8 28 632 7.3 6 716 3.5 6.Industri

pengolahan

108 076 21.2 53 907 34.3 37 511 9.5 10 768 5.6 7.Perdagangan 92 918 18.2 28 020 17.8 71 117 18.1 20 250 10.5 8.Jasa 136 396 26.7 43 601 27.7 71 432 18.2 18 371 9.5 9.Angkutan 27 285 5.3 1 162 0.7 18 203 4.6 1 139 0.6 10.lainnya 88 771 17.4 17 940 11.4 70 324 17.9 100 208 52.0 Total 5 100 632 100 157 319 100 393 447 100 192 696 100

Sumber: Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Bogor, BPS 2003

Masih tingginya penyerapan tenaga kerja di bidang pertanian menunjukkan bahwa pertanian khususnya tanaman pangan masih memberikan sumbangan terbesar untuk me ningkatkan ketahanan pangan masyarakat dan aktivitas ekonomi rumahtangga petani. Untuk itu pengembangan sektor pertanian masih perlu mendapatkan perhatian melalui penerapan kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada kepentingan petani, seperti: kebijakan pertanahan, pembangunan sarana prasarana pertanian, jaminan harga, dan pemasaran di tingkat petani.


(21)

Teori ekonomi mengungkapkan bahwa perubahan struktur tenaga kerja diikuti oleh peningkatan luas penguasaan lahan pertanian per tenaga kerja. Sehingga dimungkinkan penggunaan teknologi modern akan memberikan kenaikan pada total produksi pertanian, akan tetapi luas penguasaan lahan pertanian per tenaga kerja pertanian terdapat kecenderungan menurun. Penurunan luas lahan disebabkan oleh alih fungsi lahan dan perubahan kepemilikan lahan dari pemilik dan penggarap menjadi buruhtani.

Petani pemilik lahan sawah akan berusaha memaksimumkan sumberdaya yang dimilikinya dengan mengusahakan tanaman pangan sebagai produksi utama. Hasil panen dari produksi tersebut sebagian dijual dan sebagian lainnya untuk konsumsi rumahtangga. Akibat menyempitnya lahan berpengaruh terhadap hasil panen, produktivitas sektor pertanian dan menurunnya pendapatan. Tingkat produktivitas pertanian berpengaruh terhadap ekonomi rumahtangga petani. Selain luas kepemilikan lahan, produktivitas ekonomi rumahtangga juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, umur, jumlah angkatan kerja rumahtangga, harga input, harga output, serta faktor sosial budaya lainnya yang tidak dapat terukur.

Kondisi ekonomi rumahtangga petani lahan sawah mempunyai karakteristik spesifik. Karakteristik rumahtangga petani lahan sawah antara lain: tingkat pendapatannya rendah, alokasi curahan tenga kerja anggota rumahtangga lebih besar, tingkat pendidikannya rata-rata lulusan SD dan SLTP, sehingga kemampuan penyerapan teknologi masih rendah. Keterbatasan kemampuan SDM menyebabkan daya tawar pekerjaan di luar sektor pertanian yang menuntut ketrampilan lebih tidak dapat terpenuhi. Oleh karena itu, sebagian besar rumahtangga petani di pedesaan masih mengandalkan sektor pertanian sebagai sumber pendapatan. Sebagian tenaga kerja yang mempunyai pendidikan tinggi, rata-rata tamatan SLTA dan Perguruan


(22)

Tinggi semakin mengurangi jam kerja di sawah dan melakukan migrasi untuk mendapatkan upah dan hasilnya ditransfer ke rumah untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga.

Rumahtangga petani lahan sawah dalam mengalokasikan waktu berbagai kegiatan dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar keluarga serta pembagian peran dalam rumahtangga. Faktor dalam keluarga adalah usia, pengalaman, jenis kelamin, pengetahuan, ketrampilan, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan kepala keluarga, lahan, dan aset lainnya. Faktor di luar keluarga adalah tingkat upah, harga barang, jenis pekerjaan, teknologi, dan struktur sosial. Faktor dalam dan luar keluarga tidak saja mempengaruhi jenis kegiatan yang akan dipilih tetapi juga mempengaruhi hasil yang diperoleh.

Untuk memperoleh pendapatan rumahtangga yang maksimum, perlu adanya pembagia n peran dalam pekerjaan domistik dan pekerjaan di luar rumah dalam melakukan aktivitas ekonomi. Pembagian kerja antar anggota keluarga tidak saja ditentukan oleh investasi sumber insani dan produksi, tetapi juga oleh gender. Secara biologis, hakekatnya kaum wanita tidak hanya berperan dalam fungsi reproduksi saja tetapi juga dalam produksi. Jika wanita mempunyai keuntungan komparatif lebih besar daripada pria dalam pekerjaan rumahtangga, dibandingkan dengan investasi serupa dalam kapital sosial maka alokasi waktu digunakan untuk pekerjaan keluarga, sedangkan pria sebagai pencari nafkah keluarga. Jika substitusi waktu terjadi dalam keadaan sempurna, misalnya karena opportunity cost tidak sama dengan nol (positif) dan terdapat anggota lain yang mampu mengambil alih pekerjaan keluarga maka kaum wanita berkontribusi secara langsung dalam pendapatan keluarga sebagai pencari nafkah (The Farm Household Peasant, 1988).


(23)

1.2. Perumusan Masalah

Produksi usahatani yang dihasilkan petani di lokasi penelitian berupa: padi, ubi jalar, dan ubi kayu. Hasil produksi tersebut, sebagian dikonsumsi dan sebagian dijual untuk melakukan aktivitas ekonomi rumahtangga. Aktivitas ekonomi rumahtangga petani antara lain: aktivitas yang menghasilkan pendapatan, memenuhi kepuasan, konsumsi pangan, dan non pangan. Konsumsi pangan merupakan aktivitas ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi kelangsungan hidup manusia sekaligus merupakan unsur penting dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Sedangkan konsumsi non pangan merupakan aktivitas penunjang seperti: kesehatan, sandang, perumahan, dan pendidikan.

Dalam melakukan aktivitas ekonomi rumahtangga petani lahan sawah, terdapat banyak permasalahan, antara lain dipengaruhi: tingkat pendidikan anggota rumahtangga perempuan rata-rata lebih rendah dibandingkan laki- laki, faktor sosial budaya dan gender yang berpengaruh terhadap pembagian peran. Serta adanya penyempitan luas lahan untuk usaha pertanian yang kurang didukung oleh peningkatan teknologi menyebabkan rendahnya produksi yang dihasilkan, dan harga jual komoditas pertanian di tingkat petani yang kurang layak karena tidak seimbang dengan tingginya harga input produksi.

Faktor perbedaan peran antara perempuan dan laki- laki menyebabkan kurangnya pengetahuan perempuan dalam hal kegiatan produksi dan pemasaran karena tidak dilibatkan dalam aktivitas tersebut. Keterlibatan peran perempuan dalam usahatani terbatas pada kegiatan tanam dan panen. Masalah lain akibat dari penyempitan lahan dan harga jual komoditas pertanian yang kurang layak menyebabkan motivasi bagi petani lahan sawah menjadi berkurang untuk bertanam padi, ubi jalar, dan ubi kayu. Kurangnya motivasi petani menyebabkan curahan kerja


(24)

pada aktivitas pertanian menurun sehingga produksi berkurang. Bagi sebagian petani pemilik modal yang berpengalaman akan melakukan alih fungsi lahan pertanian untuk usaha kolam perikanan atau berusahatani diluar tanaman pangan. Namun petani yang kurang memiliki modal akan beralih menjadi buruh bangunan atau bekerja di sektor jasa. Perubahan struktur tenaga kerja di pedesaan yang tidak diikuti peningkatan ketrampilan menyebabkan kesempatan berusaha di sektor pertanian berkurang dan menimbulkan pengangguran di pedesaan, sehingga daya beli petani rendah dan dapat menimbulkan kemiskinan di pedesaan.

Kemiskinan ditunjukkan oleh lemahnya daya beli untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga. Jumlah penduduk miskin yang telah menurun hingga sebelum krisis ekonomi, telah meningkat lagi sejak tahun 1998. Pada tahun 1996 proporsi penduduk miskin sebesar 17.7 persen (34.5 juta jiwa), pada Desember 1998 yang merupakan puncak krisis naik menjadi 24.2 persen (49.5 juta jiwa). Pembangunan nasional pasca krisis telah menampakkan hasilnya dengan berkurangnya penduduk miskin menjadi 23.5 persen pada 1999, jauh semakin berkurang menjadi 18.1 persen setara 37.9 juta jiwa pada tahun 2001. Namun data terakhir menurut BPS, jumlah penduduk miskin pada tahun 2005 meningkat menjadi 40 juta jiwa. Tingginya angka kemiskinan tersebut berdampak terhadap kegiatan ekonomi rumahtangga untuk mewujudkan ketahanan pangan karena rendahnya daya beli masyarakat untuk konsumsi pangan yang merupakan kebutuhan pokok.

Berdasarkan hasil analisis tingkat ketahanan pangan di Propinsi Jawa Barat khususnya Kabupaten Bogor termasuk salah satu wilayah yang dikategorikan kurang tahan pangan (Khomsan, 1999). Data yang digunakan untuk melakukan analisis ketahanan pangan wilayah dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani padi, jagung, ubi kayu, dan ubi jalar terhadap ketersediaan pangan


(25)

wilayah dan konsumsi pangan penduduk. Ukuran ketersediaan pangan penduduk, berasal dari hasil produksi padi dibandingkan konsumsi penduduk rata-rata adalah beras. Kebutuhan beras dicukupi dari luar daerah, karena sebagian besar produksi petani di Bogor adalah ubi jalar dan ubi kayu. Rendahnya harga jual ubi jalar dan ubi kayu kurang dapat memenuhi kebutuhan konsumsi. Hal tersebut menyebabkan rendahnya kemampuan daya beli petani dan dapat menimbulkan ketidaktahanan pangan rumahtangga, karena masih sering ditemui seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk miskin yang menunjukkan adanya hambatan terhadap akses pangan dan kegiatan ekonomi rumahtangga.

Kemampuan akses pangan rumahtangga petani dilakukan melalui produksi sendiri atau membeli pangan dengan harga yang dapat terjangkau oleh kemampuan daya beli. Kemampuan daya beli untuk melakukan akses pangan dan memenuhi kebutuhan konsumsi merupakan bagian dari aktivitas ekonomi rumahtangga. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi aktivitas ekonomi rumahtangga petani lahan sawah adalah curahan waktu kerja, luas kepemilikan lahan, harga input (berupa biaya upah tenaga kerja, biaya sarana produksi, pupuk, dan benih) serta sumber-sumber pendapatan anggota rumahtangga. Faktor lainnya adalah sumberdaya rumahtangga dengan karakteristik seperti: tingkat pendidikan, tingkat usia, dan jumlah anggota rumahtangga yang menjadi tanggungan keluarga.

Salah satu faktor input produksi usahatani adalah kepemilikan lahan. Kondisi petani di Kabupaten Bogor adalah petani berlahan sempit dengan rata-rata skala penguasaan usahatani padi hanya 0.3 hektar. Terdapat sekitar 70 persen petani padi terutama buruh tani dan petani skala kecil termasuk golongan masyarakat miskin dan berpendapatan rendah. Berdasarkan data Susenas maupun Patanas menunjukkan bahwa pengeluaran pangan per kapita di pedesaan sekitar 70 persen dari total


(26)

pengeluaran konsumsi. Proporsi pengeluaran pangan untuk padi-padian, ikan, dan daging masing- masing sebesar 36.9 persen, 9.5 persen dan 3.1 persen (BKP, 2003). Perbedaan pengeluaran jenis pangan tersebut disebabkan adanya kekhasan agroekosistem dengan ciri dominan usahatani padi. Sebagian besar petani menghasilkan dan mengkonsumsi beras yang diproduksinya.

Achmad (1988), menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pengeluaran konsumsi makanan adalah luas lahan, kehadiran anak, kualitas irigasi sawah, dan jarak tempat tinggal ke pusat perekonomian, berpengaruh nyata pada taraf nyata 1 persen. Variabel- variabel yang berkaitan dengan karakteristik rumahtangga petani ditunjukkan oleh tingkat pendidikan istri berpengaruh nyata pada taraf 5 persen, sedangkan umur istri secara statistik tidak berpengaruh nyata. Luas lahan berpengaruh positif terhadap besarnya pengeluaran untuk makanan jadi. Artinya semakin luas pengusahaan lahan suatu rumahtangga semakin tinggi pengeluaran untuk makanan jadi. Luas lahan dimaksudkan sebagai proksi terhadap pendapatan rumahtangga. Asumsi ini didukung bukti empiris dalam Tabel 3, baik dari pendekatan pendapatan maupun pengeluaran. Dengan demikian peningkatan pendapatan keluarga akan menyebabkan peningkatan pengeluaran pangan.

Tabel 3. Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga Contoh di Pedesaan Kabupaten Bogor Berdasarkan Luas Penguasaan Lahan, Tahun 2004

Pendapatan Pertanian

Total Pengeluaran

Pangan

Total Kelas

Penguasaan Lahan

Rp. (000) (%) Rp.(000) Rp.(000) (%) Rp.(000)

Kurang dari 0.25 ha 949 0.15 6 172 1 855 0.35 5 261

0.25 ha – 0.50 ha 2 864 0.31 9 191 3 534 0.48 7 385

Lebih dari 0.5 ha 7 597 0.53 14 365 4 691 0.51 9 159

Sumber: data diolah

Apabila ditelaah lebih lanjut berdasarkan subsektor pertanian, maka pertanian tanaman pangan merupakan subsektor yang paling besar angka kemiskinannya dengan tingkat kemiskinan yang lebih buruk dibanding subsektor lain (perkebunan,


(27)

peternakan, perikanan, dan kehutanan). Pendapatan rata-rata kelompok miskin subsektor tanaman pangan berada dibawah garis kemiskinan relatif yaitu sebesar Rp. 95 003 per kapita/bulan dibanding pendapatan per kapita kelompok miskin subsektor lainnya (Ikhsan, 2001). Data lain dari BPS memperlihatkan bahwa secara agregat penduduk miskin mempunyai pendidikan formal yang lebih rendah. Rendahnya pendidikan formal menyebabkan daya kompetitif petani dan angka partisipasi di pasar tenaga kerja rendah.

Rendahnya daya kompetitif masyarakat pedesaan menimbulkan banyak pengangguran. Menurut data BPS, 2002 menunjukkan bahwa angka partisipasi angkatan kerja di Bogor sebesar 62.9 persen dan angka pengangguran terbuka sebanyak 13.3 persen. Tingginya pengangguran disebabkan oleh keterbatasan lapangan kerja dan belum optimalnya memanfaatkan waktu untuk kegiatan produktif. Sehingga banyak waktu luang yang tidak digunakan untuk meningkatkan pendapatan. Selain itu pembagian kerja dalam aktivitas ekonomi rumahtangga masih dipengaruhi oleh budaya setempat dan adanya perbedaan peran antara pria dan wanita. Sehingga aktivitas wanita dalam kegiatan domistik tidak dihitung sebagai waktu produktif untuk menghasilkan pendapatan. Pengambilan keputusan yang berkaitan dengan aktivitas usahatani menjadi mayoritas suami sedangkan istri hanya mengelola sumber pendapatan yang diperoleh. Keterbatasan pengetahuan istri mengenai harga jual dan pemasaran menyebabkan istri tidak punya peran dalam pengambilan keputusan dalam aktivitas usahatani.

Menurut data BPS kabupaten Bogor, tenaga kerja produktif di wilayah pedesaaan masih tinggi, namun kurang didukung oleh ketersediaan lapangan kerja yang sesuai dan kemampuan sumberdaya manusia terbatas. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap kemampuan pengelolaan ekonomi rumahtangga petani.


(28)

Kegiatan ekonomi rumahtangga petani menjadi menarik untuk diteliti dengan mengkaitkan unsur perilaku rumahtangga petani lahan sawah dalam melakukan kegiatan produksi berdasarkan curahan waktu, cara perolehan pendapatan, dan pengeluaran atau konsumsi yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, karakteristik rumahtangga petani serta pengaruh kebijakan harga input dan output produksi.

Berdasarkan uraian di atas permasalahannya adalah:

1. Bagaimana alokasi waktu yang dilakukan rumahtangga petani lahan sawah? 2. Bagaimana pengaruh produksi, curahan kerja, pendapatan dan pengeluaran

rumahtangga petani lahan sawah untuk mencukupi konsumsi pangan dan non pangan?

3. Kontribusi peran gender antara suami dan istri dalam pengambilan keputusan produksi dan penge lolaan ekonomi rumahtangga petani lahan sawah.

4. Dampak perubahan harga input dan output usahatani petani terhadap ekonomi rumahtangga petani lahan sawah.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian dilakukan pada dasarnya bertujuan untuk :

1. Menganalisis alokasi waktu, kontribusi pendapatan dan pola pengeluaran rumahtangga petani lahan sawah.

2. Menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi produksi, curahan tenaga kerja, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga petani untuk konsumsi pangan dan non pangan.

3. Menganalisis peran gender dalam pengambilan keputusan produksi dan pengeluaran konsumsi rumahtangga petani lahan sawah.

4. Menganalisis dampak perubahan perubahan harga input dan output usahatani terhadap konsumsi pangan dan non pangan.


(29)

1.4. Batasan Penelitian

Penelitian ini memberikan gambaran mengenai fenomena ekonomi rumahtangga yang berkaitan dengan alokasi waktu anggota rumahtangga, kegiatan produksi dan konsumsi yang dilakukan petani lahan sawah sebagai upaya mencukupi kebutuhan pangan dan non pangan. Variabel-variabel ekonomi diklasifikasikan menjadi aktivitas usahatani rumahtangga petani lahan sawah, pendapatan dari usahatani dan diluar usahatani yang digunakan untuk konsumsi pangan dan non pangan, serta pengaruh kebijakan harga input berupa subsidi pupuk dan kebijakan harga output berupa pembelian Harga Dasar Gabah (HDG) dan komoditas pangan lainnya khususnya ubi jalar dan ubi kayu.

Lingkup penelitian ini terbatas pada perilaku anggota rumahtangga petani pada kegiatan produksi pada lahan sawah yang berpengaruh terhadap perolehan pendapatan untuk konsumsi pangan dan non pangan. Rumahtangga yang dimaksud adalah rumahtangga yang memiliki luas garapan untuk usahatani padi monokultur maupun untuk usahatani ubi jalar dan ubi kayu. Penelitian ini berdasarkan data primer serta dukungan data sekunder untuk mengetahui karakteristik rumahtangga petani lahan sawah di Kabupaten Bogor. Karakteristik rumahtangga petani lahan sawah akan mempengaruhi aktivitas ekonomi rumahtangga untuk mewujudkan ketahanan pangan dengan melihat sisi produksi, faktor input diantaranya kepemilikan lahan, sumberdaya manusia, dan alokasi waktu. Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat keterlibatan peran wanita dalam aktivitas produksi dan pengeloaan ekonomi rumahtangga. Faktor lainnya adalah dampak perubaha n harga input dan output produksi terhadap pola konsumsi pangan dan non pangan rumahtangga serta curahan kerja untuk meningkatkan pendapatan rumahtangga petani.


(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Aktivitas ekonomi rumahtangga petani lahan sawah erat kaitannya denga n upaya meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga. Ketahanan pangan rumahtangga sebagaimana hasil rumusan Internasional Congres of Nutrition (ICN) yang diselenggarakan di Roma tahun 1992 mendefinisikan bahwa ketahanan pangan rumahtangga (household food security) adalah kemampuan rumahtangga untuk memenuhi kecukupan pangan anggotanya dari waktu ke waktu agar dapat hidup sehat dan mampu melakukan kegiatan sehari-hari. Dalam sidang Committee on World Food Security 1995, didefinisi tersebut diperluas dengan menambah persyaratan harus diterima budaya setempat (acceptable within given culture). Hal tersebut dinyatakan Hasan (1995), bahwa ketahanan pangan sampai pada tingkat rumahtangga antara lain tercermin oleh tersedianya pangan yang cukup dan merata pada setiap waktu dan terjangkau oleh masyarakat baik fisik maupun ekonomi serta tercapainya konsumsi pangan yang beragam dan memenuhi syarat-syarat gizi yang diterima budaya setempat.

2.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan Rumahtangga Menurut Soetrisno (1995), dua komponen penting dalam ketahanan pangan adalah ketersediaan dan kemampuan akses terhadap pangan. Tingkat ketahanan pangan suatu negara/wilayah dapat bersumber dari kemampuan produksi, kemampuan ekonomi untuk menyediakan pangan, dan kondisi yang membedakan tingkat kesulitan dan hambatan untuk akses pangan. Sawit dan Ariani (1997), menyatakan bahwa penentu ketahanan pangan di tingkat rumahtangga adalah akses terhadap pangan, ketersediaan pangan, dan resiko yang terkait dengan akses dan


(31)

ketersediaan pangan. Ketahanan pangan rumahtangga dapat dicapai dengan peningkatan daya beli dan produksi pangan yang cukup. Resiko ketidaktahanan pangan tingkat rumahtangga timbul karena faktor rendahnya pendapatan atau rendahnya produksi dan ketersediaan pangan maupun faktor geografis. Sedangkan menurut Susanto (1996), kondisi ketahanan pangan rumahtangga dipengaruhi tidak hanya oleh ketersediaan pangan dan kemampuan daya beli tetapi oleh faktor sosial budaya.

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi ketahanan pangan rumahtangga dibedakan menjadi 3 macam: faktor produksi, daya beli, dan karakteristik rumahtangga tani. Kapasitas bahan pangan dapat bertambah dengan meningkatkan produksi pangan sendiri. Namun sebaliknya, jika kebutuhan pangan lebih banyak tergantung pada apa yang dibelinya, maka penghasilan (daya beli) harus dapat digunakan untuk membeli bahan makanan yang mencukupi baik kuantitas maupun kualitasnya. Daya beli merupakan indikator tingkat sosial ekonomi seseorang atau rumahtangga untuk membeli panga n dan non pangan. Pembelian merupakan fungsi dari faktor kemampuan dan kemauan membeli yang saling berkaitan. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi IV (LIPI, 1988) kurangnya ketersediaan pangan keluarga mempunyai hubungan positif dengan pendapatan keluarga, ukuran keluarga, dan potensi desa. Rendahnya pendapatan menyebabkan orang tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan. Sedangkan besarnya porsi makanan yang dimakan berkurang sejalan dengan meningkatnya biaya untuk mendapatkan makanan. Sementara Purwaka (1994), menyatakan walaupun pendapatan per kapita rata-rata meningkat, harga akan tetap menjadi kendala bagi masyarakat berpenghasilan rendah untuk dapat mengkonsumsi pangan sumber hayati laut. Menurut Sen (1982), pada masyarakat kurang mampu upaya mempertahankan hidup (coping mechanism) pada


(32)

kondisi rawan pangan dapat bersifat intelektual, biologi/fisik maupun material yang dapat digunakan sebagai alat tukar (exchange properties) sebagai upaya mendapatkan pangan (food entitlement).

2.2. Teori Ekonomi Rumahtangga Pertanian

Hingga saat ini penelitian perilaku rumahtangga petani dalam mengkonsumsi pangan ataupun dalam memproduksi telah banyak dilakukan, namun sebagian besar dari penelitian tersebut dilakukan secara partial yaitu melihat rumahtangga petani sebagai unit konsumen murni atau produsen murni. Hasil penelitian Rachman dan Suryana (1988), menganggap rumahtangga tani sebagai konsumen murni. Subsidi input, tingkat upah, luas tanah pertanian, dan kapital tidak pernah dikaitkan memiliki pengaruh langsung pada konsumsi rumahtangga pedesaan.

Penelitian mengenai perilaku rumahtangga petani dilakukan oleh Barnum dan Squire (1978) dalam Ellis (1988) dengan menggunakan model ekonometrika mencoba mengkaitkan perilaku produksi usahatani, konsumsi, dan suplai tenaga kerja untuk menelaah pertanian semi komersial pada situasi pasar tenaga kerja yang bersaing. Tujuannya menganalisis dampak migrasi, intervensi harga, dan perubahan teknologi sektor pertanian. Kesimpulan penting penelitian ini, adanya saling keterkaitan yang erat antara keputusan produksi dan konsumsi dalam rumahtangga petani.

Hardono (2002), menggunakan model ekonomi rumahtangga untuk menganalisis ketahanan pangan rumahtangga pertanian di pedesaan. Penelitiannya lebih difokuskan pada perilaku rumahtangga pertanian dalam memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki dan merespon berbagai perubahan faktor ekonomi. Data yang dipergunakan adalah data Patanas (Panel Petani Nasional) tahun 1999. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor- faktor yang menentukan ketahanan pangan


(33)

rumahtangga adalah indikator- indikator: produksi usahatani, pendapatan, ketersediaan dan pengeluaran pangan. Hasil penelitian ini menunjukakan bahwa ketersediaan pangan akan meningkat seiring dengan kenaikan harga padi dan pendapatan yang semakin tinggi. Sedangkan kenaikan harga pupuk dan upah buruh tani akan menurunkan ketahanan pangan.

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas dan Efisiensi Usahatani

Ishikawa (1975) dalam Ellis (1988), menyatakan bahwa rendahnya tingkat upah dan produktivitas sektor pertanian antara lain disebabkan terbatasnya penguasaan lahan dan terbatasnya kesempatan kerja diluar sektor pertanian. Dalam sejarah pertumbuhan ekonomi, perkembangan yang cepat berasal dari sektor non pertanian dan peningkatan penguasaan aset produktif pertanian per tenaga kerja. Kondisi ini akan meningkatkan efisiensi sistem produksi pertanian. Dengan demikian pendapatan dan kualitas hidup masyarakat pedesaan akan meningkat secara berimbang. Peningkatan pendapatan dan kualitas hidup tenaga kerja pertanian ditentukan oleh: (1) kesempatan kerja dan kesempatan berusaha diluar sektor pertanian, (2) kepadatan agraris, (3) pertambahan penduduk, (4) tingkat perkembangan teknologi, (5) produktivitas lahan, (6) distribusi penguasaan lahan, serta (7) intensitas pola tanam. Selama upah tenaga kerja pedesaan relatif rendah, maka petani berlahan sempit akan berusaha meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahataninya dibandingkan dengan petani berlahan luas, melalui proses transformasi struktural tenaga kerja pedesaan. Tingkat upah di pedesaan meningkat seiring dengan tercapainya tingkat full employment di pedesaan, maka penggunaan tenaga kerja, tabungan, modal dan intensif teknologi dapat meningkatkan efisiensi usahatani.


(34)

2.4. Konsep Produksi Ekonomi Rumahtangga

Konsep produksi dalam ekonomi rumahtangga telah diperkenalkan secara formal pertama kali oleh Reid (1934) dalam Goldschmidt dan Clermont (2000), dengan istilah jasa ibu rumahtangga (housewives services). Reid menjelaskan bahwa produksi dalam rumahtangga merupakan aktivitas atau pekerjaan yang tidak dibayar (unpaid work) yang dilakukan untuk anggota rumahtangga. Aktivitas tersebut dapat digantikan dengan barang pasar atau jasa yang dibayar jika pendapatan yang diperole h dapat menutupi biaya produksi atau penggunaan waktu yang dilakukan.

Goldschmidt dan Clermont (2000), mengutip beberapa paragraf tentang aktivitas yang didefinisikan Reid, produksi ekonomi didefinisikan sebagai aktivitas yang menggunakan input tenaga kerja, modal, barang, dan jasa untuk menghasilkan output barang dan jasa. Aktivitas tersebut meliputi: mencuci, menyiapkan hidangan, perawatan anak, merawat orang sakit atau lanjut usia yang sepenuhnya dalam batasan produksi. Batasan produksi secara umum adalah semua barang yang dihasilkan oleh rumahtangga untuk konsumsi sendiri dengan mengabaikan semua jasa, kecuali jasa perumahan dimana pemilik sebagai pekerja untuk memenuhi keperluannya sendiri yang dihasilkan oleh anggota rumahtangga yang dibayar.

Becker (1965), telah memperkenalkan The New Household Economics, dalam teori ini rumahtangga dianggap sebagai sektor produksi dengan bentuk aktivitas menyerupai serangkaian aktivitas di pabrik. Rumahtangga memproduksi komoditas dengan tujuan untuk memuaskan sebagian keinginan seperti rasa haus, lapar, perlindungan, kebutuhan emosi, relaksasi, dan lainnya. Ciri atau keinginan untuk memuaskan kualitas komoditas yang dihasilkan dan digunakan, dikenal dengan istilah teknologi produksi dan konsumsi rumahtangga. Apabila terjadi perubahan


(35)

pendapatan dan harga maka rumahtangga masih mempunyai pilihan terhadap pengeluaran. Dalam teori ini rumahtangga penting untuk mengatur perilaku cara mereka menghasilkan komoditas dan manfaatnya dalam proses produksi rumahtangga.

2.5. Analisis Gender Ekonomi Rumahtangga Petani

Terdapat beberapa pengertian atau definisi mengenai gender, diantaranya menurut Women’s Studies Encyclopedia menjelaskan bahwa gender merupakan suatu konsep kultural yang berupaya membuat perbedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas dan karakteristik emosional antara pria dan wanita yang berkembang dalam masyarakat. Sementara Donnel (1986) dan Eviota (1992) dalam Mugniesyah (2001), menyatakan gender adalah dikotomi sifat wanita dan pria yang tidak berdasarkan pada perbedaan biologis, tetapi berdasarkan pada hubungan atau relasi sosial budaya antara wanita dan pria yang dipengaruhi oleh struktur masyarakatnya yang lebih luas dan negara.

Pengertian gender mengidentifikasi perbedaan pria dan wanita dari segi sosial budaya sementara seks secara umum digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan pria dan wanita dari segi anatomi biologi (Mugniesyah, 2001). Lebih lanjut dinyatakan adanya tiga peranan gender yang dilakukan wanita dan pria sesuai status, lingkungan, budaya dan struktur masyarakat. Peranan-peranan tersebut meliputi: (1) peranan produktif, yaitu peranan yang dikerjakan wanita dan pria untuk memperoleh bayaran/upah secara tunai atau sejenisnya, termasuk produksi pasar dengan suatu nilai tukar dan produksi rumahtangga/sistem dengan nilai guna, tetapi juga suatu nilai tukar potensial, (2) peranan reproduktif, yaitu peranan yang berhubungan dengan tanggungjawab pengasuhan anak dan tugas-tugas domistik yang dibutuhkan untuk menjamin pemeliharaan dan reproduksi tenaga kerja menyangkut kelangsungan hidup


(36)

keluarga, dan (3) peranan pengelolaan masyarakat dan politik, dibagi menjadi: (1) kegiatan sosial yang meliputi: semua aktivitas yang dilakukan pada komunitas sebagai peranan reproduktif, volunter dan tanpa upah, dan (2) kegiatan masyarakat politik, yaitu peranan yang dilakukan pada tingkat pengorganisasian komunitas pada tingkat formal secara politik Moser dan Caroline (1993) dalam Mugniesyah (2001).

Untuk mengetahui bagaimana ketidakadilan gender, maka harus dipahami definisi dan perbedaan antara kesetaraan gender (gender equality) dengan keadilan gender (gender equity). Kesetaraan gender menyatakan bahwa pria dan wanita keduanya memiliki kebebasan untuk mengembangkan kemampuan personal mereka dan membuat pilihan-pilihan tanpa pembatasan oleh seperangkat stereotip, prasangka dan peranan gender yang kaku. Adapun keadilan gender adalah keadilan perlakuan bagi pria dan wanita berdasarkan pada kebutuhan mereka, mencakup perlakukan setara atau perlakuan yang berbeda akan tetapi dalam koridor pertimbangan kesamaan dalam hak-hak, kewajiban, kesempatan dan manfaat ILO (2000) dalam Mugniessyah (2001).

Fakih (1996), menjelaskan lima wujud ketidakadilan gender, yaitu: marginalisasi, subordinasi, stereotip, tindak kekerasan dan beban kerja. Dinyatakan bahwa marginalisasi terjadi karena adanya diskriminasi terhadap pembagian kerja secara gender, sementara subordinasi terjadi karena adanya anggapan bahwa wanita mempunyai sifat emosional sehingga dianggap tidak bisa memimpin, karena itu ditempatkan pada posisi yang tidak penting. Pengertian stereotip adalah pelabelan negatif terhadap suatu kelompok atau jenis pekerjaan tertentu, sementara tindak kekerasan adalah tindakan kekerasan terhadap wanita baik secara fisik maupun mental psikologis seseorang, yang terkahir yaitu beban kerja terjadi karena adanya anggapan bahwa kaum wanita bersifat memelihara dan rajin, serat tidak akan menjadi


(37)

kepala rumahtangga akibatnya semua pekerjaan domistik menjadi tanggung jawab wanita.

Pendapat Cott (1987) dalam Grijns (1999), dalam membahas wanita perlu mengidentifikasi empat dimensi utama, yaitu: (1) penyingkiran dari pekerjaan produktif, (2) pemusatan wanita kepada pinggiran-pinggiran pasar tenaga kerja, wanita dalam hal ini dilihat bekerja di sektor informal dengan status rendah, (3) pemisahan kegiatan tertentu atas dasar jenis kelamin di sektor-sektor produktif diukur dengan peningkatan atau penurunan rasio wanita pada setiap jabatan dan (4) pelebaran ketimpangan ekonomi antara laki- laki dan wanita yang dinilai dari perbedaan upah dan tidaksamaan akses terhadap fasilitas-fasilitas atau sumberdaya.

Mugniesyah (1995), mengacu pada Bergen Conference on Gender Training and Development Planning mengemukakan adanya beberapa pertanyaan penting dalam analisis gender yaitu: (1) siapa melakukan apa ? pertanyaan ini diajukan untuk mempelajari pembagian kerja (kualitatif) dan curahan waktu (kuantitatif), serta beban kerja, (2) siapa mempunyai apa? pertanyaan ini untuk mempelajari sejauh mana akses pria dan wanita terhadap kekayaan, pemilikan benda-benda berharga, dan hak-hak dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan sumberdaya pribadi dan publik dalam masyarakat, (3) faktor- faktor apa yang mempengaruhi pengaturan gender tersebut? pertanyaan ini ditujukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor budaya, hukum, kebijaksanaan ekonomi dan politik yang akan mempengaruhi konstruksi gender dan bagaimana hal- hal tersebut bisa berubah serta yang mana yang dapat dimanipulasi, dan (4) bagaimana sumberdaya pribadi dan publik didistribusikan dan siapa yang memperoleh apa dari pendistribusian? pertanyaan ini memusatkan perhatian untuk memperoleh informasi struktur-struktur kelembagaan yang


(38)

digunakan, tingkat efisiensi, keadilannya, serta bagaimana membuat kelembagaan tersebut responsif terhadap wanita dan pria.

Analisis gender perlu dilakukan pada tiga tingkatan, yaitu: keluarga atau rumahtangga, masyarakat, dan negara. Pada tingkat keluarga atau rumahtangga analisis gender dilakukan untuk mempelajari pembagian kerja dan curahan waktu antara wanita dan pria dalam beragam peranan baik reproduktif, produktif, pengelolaan masyarakat, akses, dan kontrol anggota keluarga antara pria dan wanita terhadap beragam sumberdaya seperti: aset produksi, pendidikan, harta, dan lainnya. Pada tingkat masyarakat analisis gender digunakan untuk mengetahui akses dan kontrol anggota rumahtangga terhadap beragam sumberdaya seperti: informasi, kredit, pendidikan, pelatihan, penyuluhan, teknologi, sumberdaya alam, peluang bekerja dan berusaha, serta program pembangunan lainnya. Adapun pada tingkat negara, dilakukan dengan mempelajari kebijaksanaan yang melatarbelakangi semua program atau intervensi pembangunan (Mugniesyah, 2001).

Dalam konteks pembangunan untuk mengidentifikasi ada tidaknya kesenjangan gender, terdapat empat faktor utama yaitu: (1) akses, (2) kontrol, (3) partisipasi, dan (4) manfaat. Akses adalah apakah wanita dan pria memperoleh, melaksanakan, menikmati beragam sumberdaya yang sama dalam pembangunan, kontrol adalah apakah wanita dan pria mampu menentukan, bertanggungjawab, mengambil keputusan, dan memiliki penguasaan yang sama terhadap sumberdaya pembangunan, partisipasi adalah bagaimana wanita dan pria berpartisipasi dalam program-program pembangunan, dan manfaat adalah apakah wanita dan pria menikmati manfaat yang sama dari hasil pembangunan (Mugniesyah, 2001).


(39)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Teoritis

Becker (1965), mengembangkan teori yang mempelajari tentang perilaku rumahtangga (household behavior). Teori tersebut memandang rumahtangga sebagai pengambil keputusan dalam kegiatan produksi dan konsumsi, serta hubungannya dengan alokasi waktu dan pendapatan rumahtangga yang dianalisis secara simultan. Asumsi yang digunakan adalah konsumsi kepuasan rumahtangga bukan hanya dari barang dan jasa yang dapat diperoleh di pasar, tetapi juga dari berbagai komoditas yang dihasilkan rumahtangga. Selain itu ada beberapa asumsi yang dipakai dalam

agriculture household model yaitu: (1) waktu, barang atau jasa merupakan unsur kepuasan, (2) waktu, barang atau jasa dapat dipakai sebagai input dalam fungsi produksi rumahtangga, dan (3) rumahtangga bertindak sebagai produsen dan sebagai konsumen. Becker pertama kali mengembangkan dan menerapkan fungsi utilitas sederhana dari konsumsi barang-barang ke dalam New Household Economics dan menyatakan bahwa ada dua proses dalam perilaku rumahtangga yaitu proses produksi yang digambarkan oleh fungsi produksi dan proses konsumsi yang merupakan pemilihan terhadap barang dan waktu yang akan dikonsumsi.

Konsep pemikiran ekonomi rumahtangga berdasarkan alokasi curahan waktu dan pendapatan anggota rumahtangga untuk melakukan kegiatan produksi, konsumsi pangan, dan non pangan. Alokasi waktu kegiatan produktif anggota rumahtangga untuk memenuhi kebutuhan pangan dan non pangan dengan memaksimalkan waktu luang guna meningkatkan pendapatan. Hal ini berkaitan dengan faktor pilihan utilitas antara waktu santai dan substitusi pendapatan. Alokasi pemanfaatan waktu untuk aktivitas publik atau aktivitas domestik.


(40)

3.1.1. Curahan Tenaga Kerja

Analisis tentang curahan waktu tenaga kerja merupakan analisis tentang penawaran tenaga kerja yang pada prinsipnya membahas keputusan anggota rumahtangga dalam pilihan jam kerjanya. Anggota rumahtangga dalam mengalokasikan jam kerja bertindak rasional, yaitu memaksimalkan utilitasnya. Maksimisasi utilitas anggota rumahtangga dilakukan dengan mengkombinasikan waktu santai dan barang konsumsi untuk memaksimumkan kepuasan. Tiap angkatan kerja anggota rumahtangga dihadapkan pada pilihan bekerja atau tidak. Apabila memilih bekerja akan memberikan nilai guna pendapatan yang lebih tinggi, sebaliknya jika tidak bekerja yang dipilih, maka waktu santai akan mempunyai nilai guna lebih tinggi daripada pendapatan (Mangkuprawira, 1985). Adanya kedua pilihan tersebut akan menghasilkan kombinasi untuk menghasilkan berbagai kombinasi untuk mencapai kepuasan maksimum (Gambar 1). Anggota rumahtangga akan mengkonsumsi Bo dan Wo untuk mendapatkan tingkat kepuasan Uo. Jika makin banyak B dan W yang dikonsumsi, makin tinggi tingkat kepuasan U yang dicapai (U2>U1>U0).

Sumber: Simanjuntak, 2001

Gambar 1. Nilai Kepuasan Maksimum

U2

U1

U0

W0 W1 W2

B0

B1

B2

W = waktu santai B= Nilai Barang


(41)

D3 D1 D2

E2

E1

E3

Kesempatan mengkonsumsi barang dan waktu santai bagi anggota rumahtangga menghadapi dua kendala, yaitu kendala pertama adalah waktu yang jumlahnya terbatas 24 jam per hari dan kendala kedua adalah keterbatasan anggaran. Agar diperoleh kombinasi maksimum dengan mempertimbangkan kendala yang ada, maka kombinasi optimum terletak pada garis anggaran dan menyinggung kurva indeference. Bila terjadi kenaikan tingkat upah berarti terdapat tambahan pendapatan. Seseorang yang mempunyai status ekonomi lebih tinggi cenderung meningkatkan konsumsi dan menikmati waktu santai lebih banyak yang berarti pengurangan jam kerja (efek pendapatan). Dilain pihak kenaikan tingkat upah berarti harga waktu santai menjadi lebih mahal dan mendorong keluarga mensubstitusi waktu santai dengan lebih banyak bekerja untuk menambah konsumsi barang (efek substitusi). Efek total dari perubahan tingkat upah adalah selisih dari efek pendapatan dan efek substitusi. Jelasnya dikemukakan pada Gambar 2.

Sumber: Simanjuntak, 2001

Gambar 2 . Fungsi Kepuasan, Efek Pendapatan, Efek Substitusi dan Efek Total 0

A C1

C” C2

Upah

H B B” U1

U2


(42)

E4

E3

E2

E1

Misalkan tingkat upah naik sehingga garis anggaran berubah dari BC1 menjadi

BC2. Perubahan tingkat upah menghasilkan pertambahan pendapatan yang dilukiskan

dengan garis B”C” yang sejajar dengan BC1. Pertambahan pendapatan mendorong

keluarga untuk mengurangi jumlah jam kerja dari HD1 menjadi HD2 atau dari titik E1

ke titik E2 (efek pendapatan). Kenaikan tingkat upah berarti harga waktu menjadi

lebih mahal. Nilai waktu yang lebih tinggi mendorong keluarga mensubstitusi waktu santai untuk lebih banyak bekerja guna menambah konsumsi barang. Penambahan waktu bekerja tersebut dinamakan efek substitusi, yang ditunjukkan oleh penambahan jam kerja dari HD2 ke HD3 atau dari titik E2 ke titik E3. Efek total dari perubahan

tingkat upah adalah selisih dari efek pendapatan dengan efek subsitusi.

Sebaliknya kenaikan tingkat upah akan mengakibatkan pengurangan waktu bekerja, apabila efek substitusi lebih kecil dari efek pendapatan. Hal ini ditunjukkan oleh perubahan upah dari BC3 menjadi BC4 yang mengakibatkan waktu bekerja

berkurang dari HD3 menjadi HD4 (Gambar 3). Besarnya penyediaan waktu bekerja

sehubungan dengan perubahan tingkat upah seperti ditunjukkan oleh grafik BE1E2E3E4En yang disebut fungsi penawaran (Simanjuntak, 2001).

Sumber: Layard and Walters (1987) dalam Simanjuntak (2001) Gambar 3. Penawaran Tenaga Kerja

En

B

H D1

D2 D4

D3 0

A C1

C2 C3 C4

Waktu santai upah


(43)

3.1.2. Alokasi Waktu

Pendekatan analisis perilaku ekonomi rumahtangga menggunakan teori alokasi waktu. Peningkatan produktivitas ekonomi rumahtangga dipengaruhi oleh peran anggota rumahtangga dalam melakukan curahan waktu bekerja yang optimum. Dalam suatu rumahtangga kegiatan produksi dan konsumsi berkaitan erat. Menurut Becker (1965), memandang rumahtangga sebagai pengambil keputusan dalam kegiatan produksi dan konsumsi serta berhubungan dengan alokasi waktu dan pendapatan rumahtangga yang dianalisis secara simultan. Asumsi yang digunakan yaitu: (1) waktu dan barang atau jasa merupakan unsur kepuasan, (2) waktu dan barang atau jasa dapat dipakai sebagai input dalam fungsi produksi rumahtangga dan rumahtangga bertindak sebagai produsen dan konsumen. Fungsi kepuasan rumahtangga pada teori ekonomi rumahtangga yang dikemukakan oleh Becker adalah:

U = U (Z1, Z2,…Zm)... (3.1)

dimana: Z1 = produk yang dihasilkan rumahtangga (i = 1,2,…m)

Setiap komoditas yang dihasilkan menurut fungsi produksi sebagai berikut Z = Zi (Xi, Thi) ... (3.2) dimana:

Xi = barang dan jasa

Th = jumlah waktu yang dipakai untuk memproduksi barang Z ke i i = 1,2, ...n

Pada dasarnya Zi adalah barang abstrak atau tidak dijual oleh karena itu barang tersebut dinilai dalam bentuk harga bayangan (? i) yang sama dengan biaya produksi yang dirumuskan sebagai berikut:

Zi wThi Zi

PiXi

i= +


(44)

Dengan menggunakan (? i) maka dinyatakan kendala pendapatan penuh sebagai berikut:

S iZi Thi

w

PiXi+ Σ =ΣΠ =

Σ ... (3.4) Bila fungsi kepuasan (3.1) dimaksimumkan dengan kendala penuh (3.4) maka kondisi keseimbangan terjadi bila rasio utilitas marginal dari komoditas yang berbeda sama dengan rasio harga bayangan masing- masing komoditas tersebut.

Gronau (1977), menyempurnakan formula Becker, sebab dalam formula Becker tidak memperlihatkan perbedaan waktu luang dan waktu bekerja di rumah. Gronau berpendapatan bahwa Becker mempunyai asumsi perilaku rumahtangga untuk aktivitas rumahtangga dan waktu luang bereaksi sama terhadap perubahan lingkungan, sehingga terhapusnya waktu kerja di rumah dalam formulasi Becker dikarenakan kesulitan dalam membedakan secara eksplisit antara waktu kerja di rumah dan waktu luang dalam aktivitas lingkungan sosial ekonomi.

Gronau (1977), fungsi kepuasan terhadap komoditas Z merupakan kombinasi barang dan jasa (X) serta waktu luang (L). Formulanya sebagai berikut:

Z = z (X,L) ... (3.5) Total barang dan jasa (X) terbagi atas barang dan jasa yang dibeli di pasar (Xm) dan barang dan jasa yang diproduksi di rumah (Xh). Rumahtangga dalam hal ini tidak hanya bertindak sebagai konsumen, tetapi juga sebagai produsen, sehingga Xh dihasilkan dari bekerja di rumah (H) dengan persamaan sebagai berikut :

X = Xm + Xh ... (3.6) Xh = f(H) ... (3.7)


(45)

Dalam memaksimumkan kepuasan (Z), rumahtangga dibatasi dua kendala yaitu kendala angggaran dan kendala waktu, sehingga persamaannya dapat ditulis sebagai berikut:

Xm = wN +V ... (3.8) T = L + H + N ... (3.9) dimana:

Xm= Barang dan jasa yang dibeli dipasar w = Tingkat upah

N = Waktu bekerja di pasar V = Sumber pendapatan lain T = Total waktu yang tersedia L = Waktu luang

H = Waktu berproduksi dalam rumahtangga

Persamaan kendala anggaran (3.8) menunjukkan bahwa barang dan jasa yang dibeli di pasar (Xm) sama dengan penghasilan dari sumber lain (V) ditambah penghasilan dari bekerja sebesar N jam, sedangkan persamaan kendala waktu (3.9) menunjukkan total waktu yang tersedia (T) sama dengan waktu luang (L), waktu untuk berproduksi dalam rumahtangga (H) dan waktu untuk bekerja di pasar (N).

Rumahtangga sebagai produsen dan konsumen diasumsikan bersifat rasional dalam memaksimumkan kepuasannya. Sebagai produsen, rumahtangga akan memproduksi lebih banyak barang yang harganya relatif lebih mahal. Sebaliknya sebagai konsumen, rumahtangga akan mengkonsumsi lebih banyak barang yang harganya relatif lebih murah dan mengkonsumsi lebih sedikit barang yang harganya relatif mahal.


(1)

BPUPD = BSPPD + BTKPD + TAX; BPUUJ = BSPUJ + BTKUJ + TAX; BPUUK = BSPUK + BTKUK + TAX; BPU = BPUPD + BPUUJ + BPUUK; BTKPD = TUTKPPD + TUTKWPD; BTKUJ = TUTKPUJ + TUTKWUJ ; BTKUK = TUTKPUK + TUTKWUK; BTKPD = TUTKPPD + TUTKWPD; BTKUJ = TUTKPUJ + TUTKWUJ ; BTKUK = TUTKPUK + TUTKWUK; BTK = BTKPD + BTKUJ + BTKUK; PTPUPD = PTPUPPD + PTPUWPD; PTPUUJ = PTPUPUJ + PTPUWUJ ;

PTPUUK = PTPUPUK + PTPUWUK;

PTPUW = PTPUWPD + PTPUWUJ + PTPUWUK; PTPUP = PTPUPPD + PTPUPUJ + PTPUPUK; PNKU = PNKUPD + PNKUUJ + PNKUUK; PDKUPD = PNKUPD - BPUPD;

PDKUUJ = PNKUUJ - BPUUJ ; PDKUUK = PNKUUK- BPUUK;

PDKU = PDKUPD + PDKUUJ +PDKUUK;

PDKN = PDSN + PDI N + PDANLN + PDANPN; PDTK = PDKU + PDKN;

KT = KP + KN + I PD;

KN = SAND + KES + RMH + SOS; TAB = PDTK - KT;

TI TLE SI MULASI DASAR;

PROC SI MNLI N DATA=UPI K STAT SI MULATE OUTPREDI CT THEI L OUT=HASI L;

ENDOGEN PRODPD PRODUJ PRODUK TCKKPD TCKKUJ TCKKUK TCKK CKLK CKKN BPU BSP PDKU PDKN PDTK I PD KP KN KT TAB ;

I NSTRUMENTS BPSPD BTK CKLKPPD CKLKPUJ CKLKPUK EAL EAP EI ES HJ PD HJ UJ HJ UK HOKP J AR J AS J BPD J BUJ J BUK J PPD J PUJ J PUK J TSPPD J TSPUJ J TSPUK J UREAPD J UREAUJ J UREAUK J ZAPD LH LT LTPD LTUJ LTUK PBPD PBUJ PBUK PDSN PDSU PPD PTPUUJ PTSP PUJ PUK PUREA PZA TAX UI US PTPUP PTPUPPD PTPUPUJ P TPUPUK PTPUW PTPUWPD PTPUWUJ PTPUWUK UTKP UTKW;

Lampiran 6. Lanjutan

PARMS

a 0 - 28. 848219 a 1 0. 242514 a 2 23. 749080 a 3 4. 270593 a 4 0. 197184 b 0 - 12. 553643 b1 2. 968034 b2 26. 109519 b3 1. 787551

c 0 - 4. 970727 c 1 6. 969033 c 2 45. 021439 c 3 1. 520830

d 0 - 5045. 706568 d1 5. 798864 d2 0. 124137 d3 - 0 . 0 0 3 9 0 2 d 4 - 0. 753323 e 0 1. 199934 e 1 0. 001661 e 2 0. 080751 e 3 - 0. 000394 e 4 - 1 . 3 2 5 2 7 0 f 0 1. 009741 f 1 0. 004665 f 2 0. 005834 f 3 - 0. 000456 f 4 - 0. 164544

g 0 - 906. 620513 g1 - 0. 085434 g2 0. 009759 g3 1. 052737 g4 9. 189270 g5 2 6 . 1 0 0 4 6 2 h 0 - 1035. 292993 h1 - 0. 155980 h2 28. 968875 h3 143. 794965 h4 109. 677754 h5 99. 256881 h 6 0 . 0 0 0 1 7 5

i 0 - 2163491 i 1 - 0. 307592 i 2 617. 252375 i 3 0. 482846 i 4 1. 146824 i 5 0. 954324 j 0 - 1343797 j 1 0. 472912 j 2 289546 j 3 - 0. 557843 j 4 - 0. 485031 j 5 65813 k 0 6937. 068448 k1 0. 063645 k2 0. 124631 k3 - 4 8 4 2 9 5 k 4 9 9 7 4 0 5 k 5 - 0. 542477 l 0 515365 l 1 0. 044223 l 2 0. 080740 l 3 27312 l 4 11943 l 5 403440

;

PRODPD = a 0 + a 1*CKLKPPD + a 2*J BPD + a 3*J PPD + a 4*LTPD; PRODUJ = b0 + b1*CKLKPUJ + b2*J PUJ + b3*LTUJ ;

PRODUK = c 0 + c 1*TCKKUK + c 2*J PUK + c 3*LTUK;

TCKKPD = d0 + d1*PPD + d2*LTPD + d3*CKKN + d4*CKLKPPD; TCKKUJ = e 0 + e 1*PRODUJ + e 2*PUJ + e 3*CKKN + e 4*PTPUUJ ; TCKKUK = f 0 + f 1*PRODUK + f 2*PUK + f 3*CKKN + f 4*CKLKPUK; TCKK = TCKKPD + TCKKUJ + TCKKUK;

CKLK = g0 + g1*TCKK + g2*LT + g3*US + g4*UI + g5*HOKP;

CKKN = h0 + h1*LH + h2*US + h3*EI + h4*EAL + h5*EAP + h6*PDKN;

BPU = J BPD*PBPD + J UREAPD*PUREA + J ZAPD*PZA + J TSPPD*PTSP + BPSPD + J BUJ *PBUJ + J UREAUJ *PUREA + J TSPUJ *PTSP + J BUK*PBUK + J UREAUK*PUREA + J TSPUK*PTSP + PTPUP*UTKP + PTPUW*UTKW + TAX;

PDKU = PRODPD*HJ PD + PRODUJ *HJ UJ + PRODUK*HJ UK + BPU; PDKN = i 0 + i 1*PDKU + i 2*CKKN + i 3*I PD + i 4*KP + i 5*KN; PDTK = PDKU + PDKN;

I PD = j 0 + j 1*PDTK + j 2*J AS + j 3*KP + j 4*TAB + j 5*ES; KP = k0 + k1*PDKU + k2*PDKN + k3*J AS + k4*J AR + k5*KN; KN = l 0 + l 1*PDSU + l 2*PDSN + l 3*EAL + l 4*EAP + l 5*J AR; KT = KP + KN + I PD;

TAB = PDTK - KT; RUN;


(2)

Lampiran 7. Program Simulasi Kenaikan Harga Urea Sebesar 52 Persen

OPTI ONS NODATE NONUMBER ;

DATA UPI K ; SET ANALI SI S;

/ * NAMA- NAMA VARI ABEL BARU* / PUREA = 1 . 5 2 * PUREA; LTPD = FTPD*LH; LTUJ = FTUJ *LH; LTUK = FTUK*LH;

LT = LTPD + LTUJ + LTUK; J PPD = J UREAPD + J ZAPD + J TSPPD; J PUJ = J UREAUJ + J TSPUJ ;

J PUK = J UREAUK + J TSPUK; BPS = BPSPD ;

TCKKPD = CKSUPD+CKI UPD+CKALUPD+CKAPUPD; CKLKPD = CKLKPPD + CKLKWPD;

TCKKUJ = CKSUUJ + CKI UUJ ; CKLKUJ = CKLKPUJ + CKLKWUJ ; TCKKUK = CKSUUK + CKALUUK ; CKLKUK = CKLKPUK + CKLKWUK;

CKSU = CKSUPD + CKSUUJ + CKSUUK; CKI U = CKI UPD + CKI UUJ ;

CKANLU = CKALUPD + CKALUUK; CKANPU = CKAPUPD ;

TCKK = CKSU + CKI U + CKALU + CKAPU; CKKN = CKSN + CKI N + CKALN + CKAPN; CKKT = TCKK + CKKN;

TCKK = TCKKPD + TCKKUJ + TCKKUK; CKLK = CKLKPD + CKLKUJ + CKLKUK; CKUP = CKLKPPD + CKLKPUJ + CKLKPUK; CKUW = CKLKWPD + CKLKWUJ + CKLKWUK; BB = BBPD + BBUJ + BBUK;

BPPD = BUREAPD + BTSPPD + BZAPD; BPUJ = BUREAUJ + BTSPUJ ;

BPUK = BUREAUK + BTSPUK; BP = BPPD + BPUJ + BPUK;

BSPPD = BBPD + BPPD + BPSPD; BSPUJ = BBUJ + BPUJ ;

BSPUK = BBUK + BPUK;

BSP = BSPPD + BSPUJ + BSPUK; BPUPD = BSPPD + BTKPD + TAX; BPUUJ = BSPUJ + BTKUJ + TAX; BPUUK = BSPUK + BTKUK + TAX; BPU = BPUPD + BPUUJ + BPUUK; BTKPD = TUTKPPD + TUTKWPD; BTKUJ = TUTKPUJ + TUTKWUJ ; BTKUK = TUTKPUK + TUTKWUK; BTKPD = TUTKPPD + TUTKWPD; BTKUJ = TUTKPUJ + TUTKWUJ ; BTKUK = TUTKPUK + TUTKWUK; BTK = BTKPD + BTKUJ + BTKUK; PTPUPD = PTPUPPD + PTPUWPD; PTPUUJ = PTPUPUJ + PTPUWUJ ; PTPUUK = PTPUPUK + PTPUWUK;

PTPUW = PTPUWPD + PTPUWUJ + PTPUWUK; PTPUP = PTPUPPD + PTPUPUJ + PTPUPUK; PNKU = PNKUPD + PNKUUJ + PNKUUK; PDKUPD = PNKUPD - BPUPD;

PDKUUJ = PNKUUJ - BPUUJ ; PDKUUK = PNKUUK- BPUUK;

PDKU = PDKUPD + PDKUUJ +PDKUUK;

PDKN = PDSN + PDI N + PDANLN + PDANPN; PDTK = PDKU + PDKN;

KT = KP + KN + I PD;

KN = SAND + KES + RMH + SOS; TAB = PDTK - KT;

TI TLE SI MULASI DASAR;

PROC SI MNLI N DATA=UPI K STAT SI MULATE OUTPREDI CT THEI L OUT=HASI L;

ENDOGEN PRODPD PRODUJ PRODUK TCKKPD TCKKUJ TCKKUK TCKK CKLK CKKN BPU PDKU PDKN PDTK I PD KP KN KT TAB ;

I NS TRUMENTS BPSPD BTK CKLKPPD CKLKPUJ CKLKPUK EAL EAP EI ES HJ PD HJ UJ HJ UK HOKP J AR J AS J BPD J BUJ J BUK J PPD J PUJ J PUK J TSPPD J TSPUJ J TSPUK J UREAPD J UREAUJ J UREAUK J ZAPD LH LT LTPD LTUJ LTUK PBPD PBUJ PBUK PDSN PDSU PPD PTPUUJ PTSP PUJ PUK PUREA PZA TAX UI US PTPUP PTPUPPD PTPUPUJ PTPUPUK PTPUW PTPUWPD PTPUWUJ PTPUWUK UTKP UTKW;

Lampiran 7. Lanjutan

PARMS

a 0 - 28. 848219 a 1 0. 242514 a 2 23. 749080 a 3 4. 270593 a 4 0. 197184 b 0 - 12. 553643 b1 2. 968034 b2 26. 109519 b3 1. 787551

c 0 - 4. 970727 c 1 6. 969033 c 2 45. 021439 c 3 1. 520830

d 0 - 5045. 706568 d1 5. 798864 d2 0. 124137 d3 - 0 . 0 0 3 9 0 2 d 4 - 0. 753323 e 0 1. 199934 e 1 0. 001661 e 2 0. 080751 e 3 - 0. 000394 e 4 - 1 . 3 2 5 2 7 0 f 0 1. 009741 f 1 0. 004665 f 2 0. 005834 f 3 - 0. 000456 f 4 - 0. 164544


(3)

h 0 - 1035. 292993 h1 - 0. 155980 h2 28. 968875 h3 143. 794965 h4 109. 677754 h5 99. 256881 h 6 0 . 0 0 0 1 7 5

i 0 - 2163491 i 1 - 0. 307592 i 2 617. 252375 i 3 0. 482846 i 4 1. 146824 i 5 0. 954324 j 0 - 1343797 j 1 0. 472912 j 2 2 8 9 5 4 6 j 3 - 0. 557843 j 4 - 0. 485031 j 5 65813 k0 6937. 068448 k1 0. 063645 k2 0. 124631 k3 - 4 8 4 2 9 5 k 4 9 9 7 4 0 5 k 5 - 0. 542477 l 0 515365 l 1 0. 044223 l 2 0. 080740 l 3 27312 l 4 11943 l 5 403440

;

PRODPD = a 0 + a 1*CKLKPPD + a 2*J BPD + a 3*J PPD + a 4*LTPD; PRODUJ = b0 + b1*CKLKPUJ + b2*J PUJ + b3*LTUJ ;

PRODUK = c 0 + c 1*TCKKUK + c 2*J PUK + c 3*LTUK;

TCKKPD = d0 + d1*PPD + d2*LTPD + d3*CKKN + d4*CKLKPPD; TCKKUJ = e 0 + e 1*PRODUJ + e 2*PUJ + e 3*CKKN + e 4*PTPUUJ ; TCKKUK = f 0 + f 1*PRODUK + f 2*PUK + f 3*CKKN + f 4*CKLKPUK; TCKK = TCKKPD + TCKKUJ + TCKKUK;

CKLK = g0 + g1*TCKK + g2*LT + g3*US + g4*UI + g5*HOKP;

CKKN = h0 + h1*LH + h2*US + h3*EI + h4*EAL + h5*EAP + h6*PDKN;

BPU = J BPD*PBPD + J UREAPD*PUREA + J ZAPD*PZA + J TSPPD*PTSP + BPSPD + J BUJ *PBUJ + J UREAUJ *PUREA + J TSPUJ *PTSP + J BUK*PBUK + J UREAUK*PUREA + J TSPUK*PTSP + PTPUP*UTKP + PTPUW*UTKW + TAX;

PDKU = PRODPD*HJ PD + PRODUJ *HJ UJ + PRODUK*HJ UK + BPU; PDKN = i 0 + i 1*PDKU + i 2*CKKN + i 3*I PD + i 4*KP + i 5*KN; PDTK = PDKU + PDKN;

I PD = j 0 + j 1*PDTK + j 2*J AS + j 3 *KP + j 4*TAB + j 5*ES; KP = k0 + k1*PDKU + k2*PDKN + k3*J AS + k4*J AR + k5*KN; KN = l 0 + l 1*PDSU + l 2*PDSN + l 3*EAL + l 4*EAP + l 5*J AR; KT = KP + KN + I PD;

TAB = PDTK - KT; RUN;

Lampiran 8. Program Simulasi Kenaikan Harga Jual Padi Naik 33 Persen,

Harga Ubi Jalar Naik 20 Persen, dan Harga Ubi Kayu Naik 50

Persen

OPTI ONS NODATE NONUMBER ; DATA UPI K ;

SET ANALI SI S;

/ * NAMA- NAMA VARI ABEL BARU* / PPD =1. 33*PPD;

PUJ =1. 20*PUJ ; PUK =1. 50*PUK; LTPD = FTPD*LH; LTUJ = FTUJ *LH; LTUK = FTUK*LH;

LT = LTPD + LTUJ + LTUK; J PPD = J UREAPD + J ZAPD + J TSPPD; J PUJ = J UREAUJ + J TSPUJ ;

J PUK = J UREAUK + J TSPUK; BPS = BPSPD ;

TCKKPD = CKSUPD+CKI UPD+CKALUPD+CKAPUPD; CKLKPD = CKLKPPD + CKLKWPD;

TCKKUJ = CKSUUJ + CKI UUJ ; CKLKUJ = CKLKPUJ + CKLKWUJ ; TCKKUK = CKSUUK + CKALUUK ; CKLKUK = CKLKPUK + CKLKWUK;

CKSU = CKSUPD + CKSUUJ + CKSUUK; CKI U = CKI UPD + CKI UUJ ;

CKANLU = CKALUPD + CKALUUK; CKANPU = CKAPUPD ;

TCKK = CKSU + CKI U + CKALU + CKAPU; CKKN = CKSN + CKI N + CKALN + CKAPN; CKKT = TCKK + CKKN;

TCKK = TCKKPD + TCKKUJ + TCKKUK;

CKLK = CKLKPD + CKLKUJ + CKLKUK; CKUP = CKLKPPD + CKLKPUJ + CKLKPUK; CKUW = CKLKWPD + CKLKWUJ + CKLKWUK; BB = BBPD + BBUJ + BBUK;

BPPD = BUREAPD + BTSPPD + BZAPD; BPUJ = BUREAUJ + BTSPUJ ;

BPUK = BUREAUK + BTSPUK;

BP = BPPD + BPUJ + BPUK; BSPPD = BBPD + BPPD + BPSPD; BSPUJ = BBUJ + BPUJ ;

BSPUK = BBUK + BPUK;

BSP = BSPPD + BSPUJ + BSPUK; BPUPD = BSPPD + BTKPD + TAX; BPUUJ = BSPUJ + BTKUJ + TAX; BPUUK = BSPUK + BTKUK + TAX; BPU = BPUPD + BPUUJ + BPUUK; BTKPD = TUTKPPD + TUTKWPD; BTKUJ = TUTKPUJ + TUTKWUJ ; BTKUK = TUTKPUK + TUTKWUK; BTKPD = TUTKPPD + TUTKWPD; BTKUJ = TUTKPUJ + TUTKWUJ ; BTKUK = TUTKPUK + TUTKWUK; BTK = BTKPD + BTKUJ + BTKUK;


(4)

PTPUP D = PTPUPPD + PTPUWPD; PTPUUJ = PTPUPUJ + PTPUWUJ ; PTPUUK = PTPUPUK + PTPUWUK;

PTPUW = PTPUWPD + PTPUWUJ + PTPUWUK; PTPUP = PTPUPPD + PTPUPUJ + PTPUPUK; PNKU = PNKUPD + PNKUUJ + PNKUUK; PDKUPD = PNKUPD - BPUPD;

PDKUUJ = PNKUUJ - BPUUJ ;

PDKUUK = PNKUUK- BPUUK;

PDKU = PDKUPD + PDKUUJ + PDKUUK; PDKN = PDSN + PDI N + PDANLN + PDANPN; PDTK = PDKU + PDKN;

KT = KP + KN + I PD;

KN = SAND + KES + RMH + SOS; TAB = PDTK – KT;

TI TLE SI MULASI DASAR;

PROC SI MNLI N DATA=UPI K STAT SI MULATE OUTPREDI CT THEI L OUT=HASI L;

ENDOGEN PRODPD PRODUJ PRODUK TCKKPD TCKKUJ TCKKUK TCKK CKLK CKKN BPU BSP PDKU PDKN PDTK I PD KP KN KT TAB ;

I NSTRUMENTS BPSPD BTK CKLKPPD CKLKPUJ CKLKPUK EAL EAP EI ES HJ PD HJ UJ HJ UK HOKP J AR J AS J BPD J BUJ J BUK J PPD J PUJ J PUK J TSPPD J TSPUJ J TSPUK J UREAPD J UREAUJ J UREAUK J ZAPD LH LT LTPD LTUJ LTUK PBPD PBUJ PBUK PDSN PDSU PPD PTPUUJ PTSP PUJ PUK PUREA PZA TAX UI US PTPUP PTPUPPD PTPUPUJ PTPUPUK PTPUW PTPUWPD PTPUWUJ PTPUWUK UTKP UTKW;

Lampiran 8. Lanjutan

PARMS

a 0 - 28. 848219 a 1 0. 242514 a 2 23. 749080 a 3 4. 270593 a 4 0. 197184 b 0 - 12. 553643 b1 2. 968034 b2 26. 109519 b3 1. 787551

c 0 - 4. 970727 c 1 6. 969033 c 2 45. 021439 c 3 1. 520830

d 0 - 5045. 706568 d1 5. 798864 d2 0. 124137 d3 - 0 . 0 0 3 9 0 2 d 4 - 0. 75 3323 e 0 1. 199934 e 1 0. 001661 e 2 0. 080751 e 3 - 0. 000394 e 4 - 1 . 3 2 5 2 7 0 f 0 1. 009741 f 1 0. 004665 f 2 0. 005834 f 3 - 0. 000456 f 4 - 0. 164544

g 0 - 906. 620513 g1 - 0. 085434 g2 0. 009759 g3 1. 052737 g4 9. 189270 g5 26. 100462 h 0 - 1035. 292993 h1 - 0. 155980 h2 28. 968875 h3 143. 794965 h4 109. 677754 h5 99. 256881 h 6 0 . 0 0 0 1 7 5

i 0 - 2163491 i 1 - 0. 307592 i 2 617. 252375 i 3 0. 482846 i 4 1. 146824 i 5 0. 954324 j 0 - 1343797 j 1 0. 472912 j 2 289546 j 3 - 0. 557843 j 4 - 0. 485031 j 5 65813 k0 6937. 068448 k1 0. 063645 k2 0. 124631 k3 - 4 8 4 2 9 5 k 4 9 9 7 4 0 5 k 5 - 0. 542477 l 0 515365 l 1 0. 044223 l 2 0. 080740 l 3 27312 l 4 11943 l 5 403440

;

PRODPD = a 0 + a 1*CKLKPPD + a 2*J BPD + a 3*J PPD + a 4*LTPD; PRODUJ = b0 + b1*CKLKPUJ + b2*J PUJ + b3*LTUJ ;

PRODUK = c 0 + c 1*TCKKUK + c 2*J PUK + c 3*LTUK;

TCKKPD = d0 + d1*PPD + d2*LTPD + d 3 * CKKN + d 4 * CKLKPPD; TCKKUJ = e 0 + e 1*PRODUJ + e 2*PUJ + e 3*CKKN + e 4*PTPUUJ ; TCKKUK = f 0 + f 1*PRODUK + f 2*PUK + f 3*CKKN + f 4*CKLKPUK; TCKK = TCKKPD + TCKKUJ + TCKKUK;

CKLK = g0 + g1*TCKK + g2*LT + g3*US + g4*UI + g5*HOKP;

CKKN = h0 + h1*LH + h2*US + h3*EI + h4*EAL + h5*EAP + h6*PDKN;

BPU = J BPD*PBPD + J UREAPD*PUREA + J ZAPD*PZA + J TSPPD*PTSP + BPSPD + J BUJ *PBUJ + J UREAUJ *PUREA + J TSPUJ *PTSP + J BUK*PBUK + J UREAUK*PUREA + J TSPUK*PTSP + PTPUP*UTKP + PTPUW*UTKW + TAX;

PDKU = PRODPD*HJ PD + PRODUJ *HJ UJ + PRODUK*HJ UK + BPU; PDKN = i 0 + i 1*PDKU + i 2*CKKN + i 3*I PD + i 4*KP + i 5*KN; PDTK = PDKU + PDKN;

I PD = j 0 + j 1*PDTK + j 2*J AS + j 3*KP + j 4*TAB + j 5*ES; KP = k0 + k1*PDKU + k2*PDKN + k3*J AS + k4*J AR + k5*KN; KN = l 0 + l 1*PDSU + l 2*PDSN + l 3*EAL + l 4*EAP + l 5*J AR; KT = KP + KN + I PD;

TAB = PDTK - KT; RUN;


(5)

Lampiran 9. Program Simulasi Kenaikan Harga Urea, TSP, Padi, Ubi Jalar,

dan Ubi Kayu

OPTI ONS NODATE NONUMBER ; DATA UPI K ;

SET ANALI SI S;

/ * NAMA- NAMA VARI ABEL BARU* / PUREA =1. 15*PUREA;

PTSP =1 . 1 4 * PTSP; PPD =1. 33*PPD; PUJ =1. 20*PUJ ; PUK =1. 50*PUK; LTPD = FTPD*LH; LTUJ = FTUJ *LH; LTUK = FTUK*LH;

LT = LTPD + LTUJ + LTUK; J PPD = J UREAPD + J ZAPD + J TSPPD; J PUJ = J UREAUJ + J TSPUJ ;

J PUK = J UREAUK + J TSPUK; BPS = BPSPD ;

TCKKPD = CKSUPD+CKI UPD+CKALUPD+CKAPUPD; CKLKPD = CKLKPPD + CKLKWPD;

TCKKUJ = CKSUUJ + CKI UUJ ; CKLKUJ = CKLKPUJ + CKLKWUJ ; TCKKUK = CKSUUK + CKALUUK ; CKLKUK = CKLKPUK + CKLKWUK;

CKSU = CKSUPD + CKSUUJ + CKSUUK; CKI U = CKI UPD + CKI UUJ ;

CKANLU = CKALUPD + CKALUUK; CKANPU = CKAPUPD ;

TCKK = CKSU + CKI U + CKALU + CKAPU; CKKN = CKSN + CKI N + CKALN + CKAPN; CKKT = TCKK + CKKN;

TCKK = TCKKPD + TCKKUJ + TCKKUK; CKLK = CKLKPD + CKLKUJ + CKLKUK; CKUP = CKLKPPD + CKLKPUJ + CKLKPUK; CKUW = CKLKWPD + CKLKWUJ + CKLKWUK; BB = BBPD + BBUJ + BBUK;

BPPD = BUREAPD + BTSPPD + BZAPD; BPUJ = BUREAUJ + BTSPUJ ;

BPUK = BUREAUK + BTSPUK; BP = BPPD + BPUJ + BPUK; BSPPD = BBPD + BPPD + BPSPD; BSPUJ = BBUJ + BPUJ ;

BSPUK = BBUK + BPUK;

BSP = BSPPD + BSPUJ + BSPUK; BPUPD = BSPPD + BTKPD + TAX; BPUUJ = BSPUJ + BTKUJ + TAX; BPUUK = BSPUK + BTKUK + TAX; BPU = BPUPD + BPUUJ + BPUUK; BTKPD = TUTKPPD + TUTKWPD; BTKUJ = TUTKPUJ + TUTKWUJ ; BTKUK = TUTKPUK + TUTKWUK; BTKPD = TUTKPPD + TUTKWPD; BTKUJ = TUTKPUJ + TUTKWUJ ; BTKUK = TUTKPUK + TUTKWUK; BTK = BTKPD + BTKUJ + BTKUK; PTPUPD = PTPUPPD + PTPUWPD; PTPUUJ = PTPUPUJ + PTPUWUJ ; PTPUUK = PTPUPUK + PTPUWUK;

PTPUW = PTPUWPD + PTPUWUJ + PTPUWUK; PTPUP = PTPUPPD + PTPUPUJ + PTPUPUK; PNKU = PNKUPD + PNKUUJ + PNKUUK; PDKUPD = PNKUPD - BPUPD;

PDKUUJ = PNKUUJ - BPUUJ ; PDKUUK = PNKUUK- BPUUK;

PDKU = PDKUPD + PDKUUJ + PDKUUK; PDKN = PDSN + PDI N + PDANLN + PDANPN; PDTK = PDKU + P DKN;

KT = KP + KN + I PD;

KN = SAND + KES + RMH + SOS; TAB = PDTK - KT;

TI TLE SI MULASI DASAR;

PROC SI MNLI N DATA=UPI K STAT SI MULATE OUTPREDI CT THEI L OUT=HASI L;

ENDOGEN PRODPD PRODUJ PRODUK TCKKPD TCKKUJ TCKKUK TCKK CKLK CKKN BPU BSP PDKU PDKN PDTK I PD KP KN KT TAB ;

I NSTRUMENTS BPSPD BTK CKLKPPD CKLKPUJ CKLKPUK EAL EAP EI ES HJ PD HJ UJ HJ UK HOKP J AR J AS J BPD J BUJ J BUK J PPD J PUJ J PUK J TSPPD J TSPUJ J TSPUK J UREAPD J UREAUJ J UREAUK J ZAPD LH LT LTPD LTUJ LTUK PBPD PBUJ PBUK PDSN PDSU PPD PTPUUJ PTSP PUJ PUK PUREA PZA TAX UI US PTPUP PTPUPPD PTPUPUJ PTPUPUK PTPUW PTPUWPD PTPUWUJ PTPUWUK UTKP UTKW;

Lampiran 9. Lanjutan

PARMS

a 0 - 28. 848219 a 1 0. 242514 a 2 23. 749080 a 3 4. 270593 a 4 0. 197184 b 0 - 12. 553643 b1 2. 968034 b2 26. 109519 b3 1. 787551

c 0 - 4. 970727 c 1 6. 969033 c 2 45. 021439 c 3 1. 520830

d 0 - 5045. 706568 d1 5. 798864 d2 0. 124137 d3 - 0 . 0 0 3 9 0 2 d 4 - 0. 753323 e 0 1. 199934 e 1 0. 001661 e 2 0. 080751 e 3 - 0. 000394 e 4 - 1 . 3 2 5 2 7 0 f 0 1. 009741 f 1 0. 004665 f 2 0. 005834 f 3 - 0. 000456 f 4 - 0. 164544

g 0 - 906. 620513 g1 - 0. 085434 g2 0. 009759 g3 1. 052737 g4 9. 189270 g5 26. 100462 h 0 - 1035. 292993 h1 - 0. 155980 h2 28. 968875 h3 143. 794965 h4 109. 677754 h5 99. 256881 h 6 0 . 0 0 0 1 7 5

i 0 - 2163491 i 1 - 0. 307592 i 2 617. 252375 i 3 0. 48284 6 i 4 1. 146824 i 5 0. 954324 j 0 - 1343797 j 1 0. 472912 j 2 289546 j 3 - 0. 557843 j 4 - 0. 485031 j 5 65813 k0 6937. 068448 k1 0. 063645 k2 0. 124631 k3 - 4 8 4 2 9 5 k 4 9 9 7 4 0 5 k 5 - 0. 542477 l 0 515365 l 1 0. 044223 l 2 0. 080740 l 3 27312 l 4 11943 l 5 403440

;

PRODPD = a 0 + a 1*CKLKPPD + a 2*J BPD + a 3*J PPD + a 4*LTPD; PRODUJ = b0 + b1*CKLKPUJ + b2*J PUJ + b3*LTUJ ;

PRODUK = c 0 + c 1*TCKKUK + c 2*J PUK + c 3*LTUK;

TCKKPD = d0 + d1*PPD + d2*LTPD + d3*CKKN + d4*CKLKPPD; TCKKUJ = e 0 + e 1*PRODUJ + e 2*PUJ + e 3*CKKN + e 4*PTPUUJ ;


(6)

TCKKUK = f 0 + f 1 * PRODUK + f 2 * PUK + f 3 * CKKN + f 4 * CKLKPUK; TCKK = TCKKPD + TCKKUJ + TCKKUK;

CKLK = g0 + g1*TCKK + g2*LT + g3*US + g4*UI + g5*HOKP;

CKKN = h0 + h1*LH + h2*US + h3*EI + h4*EAL + h5*EAP + h6*PDKN;

BPU = J BPD*PBPD + J UREAPD*PUREA + J ZAPD*PZA + J TSP PD*PTSP + BPSPD + J BUJ *PBUJ + J UREAUJ *PUREA + J TSPUJ *PTSP + J BUK*PBUK + J UREAUK*PUREA + J TSPUK*PTSP + PTPUP*UTKP + PTPUW*UTKW + TAX;

PDKU = PRODPD*HJ PD + PRODUJ *HJ UJ + PRODUK*HJ UK + BPU; PDKN = i 0 + i 1*PDKU + i 2*CKKN + i 3*I PD + i 4*KP + i 5*KN; PDTK = PDKU + PDKN;

I PD = j 0 + j 1*PDTK + j 2*J AS + j 3*KP + j 4*TAB + j 5*ES; KP = k0 + k1*PDKU + k2*PDKN + k3*J AS + k4*J AR + k5*KN; KN = l 0 + l 1*PDSU + l 2*PDSN + l 3*EAL + l 4*EAP + l 5*J AR; KT = KP + KN + I PD;

TAB = PDTK - KT; RUN;


Dokumen yang terkait

Analisis Perhitutungan Biaya Sumberdaya Domestik Komoditi Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

2 102 247

Analisis Model Pengelolaan Usaha Padi Sawah Berdasarkan Kepemilikan Lahan ( Studi Kasus: Desa Sukamandi Hilir,Kec.Pagar Merbau,Kab.Deli Serdang )

0 58 112

Hubungan Tingkat Kosmopolitan Dengan Sikap Petani Padi Sawah Terhadap Kelompok Tani Di Kabupaten Deli Serdang. (Studi Hasil : Kelompok Tani Kampung Baru, Tani Jaya, Hotma Jaya, Desa Pasar Melintang, Kecamatan Lubuk Pakam)

3 44 87

Tinjauan Mengenai Peranan Perempuan dalam Ekonomi Rumahtangga di Sekitar Kawasan Industri (Studi Kasus : Desa Puspanegara Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor)

0 3 93

Faktor - faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Pemilihan Bentuk Produksi dan Analisis Ekonomi Rumahtangga Petani Tembakau, Studi Kasus : Petani Tembakau Kabupaten Temanggung

0 12 177

Dampak Program Prima Tani Terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Pada Agroekosistem Lahan Sawah Berbasis Padi:

0 6 378

Analisis curahan kerja rumahtangga petani lahan sawah di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah

1 12 302

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI LAHAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP SISTEM PENGHIDUPAN RUMAHTANGGA PETANI (STUDI KASUS: KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR).

0 0 12

PENGARUH PRODUKSI LAHAN SAWAH TERHADAP PERAN ISTRI PETANI DALAM PEREKONOMIAN RUMAHTANGGA (Kasus Desa Sendangmulyo Kecamatan Minggir Sleman)

0 0 10

ANALISIS DAYA DUKUNG USAHATANI PADI LAHAN IRIGASI TERHADAP KESEJAHTERAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI DI KABUPATEN LOMBOK BARAT JURNAL

0 0 15