Wilayah Peri-urban Usahatani Tinjauan Pustaka

terutama tikus dan kerusakan tanaman karena binatang peliharaan Yunus, 2008. Berdasarkan hasil penelitian Kurniangsih Rudiarto 2014, diketahui selama proses transformasi antara 2002-2012 WPU kecamatan Kartasura mengalami perkembangan menuju pertumbuhan sifat perkotaan pada wilayahnya, dengan masih adanya pergeseran aktifitas pertanian ke arah non- pertanian dan perubahan aktivitas sosial ekonomi masyarakatnya, serta ditambah dengan adanya persebaran laju transformasi yang tidak merata. Penelitian Manangkot 2012 di pinggiran kota Tondano Manado menemukan bahwa pekerjaan sampingan petani di pinggiran kota tersebut antara lain di bidang jasa, kepegawaianPNS Pegawai Negeri Sipil serta perdagangan. Pendapatan keluarga masyarakat didaerah pinggiran kota Tondano 62,36 berasal dari sektor non-usahatani dan dari sektor pertanian 37,64 . Dengan lebih besarnya pendapatan yang berasal dari sektor non- usahatani, sehingga perlahan-lahan masyarakat mulai beralih pekerjaan dari sektor pertanian ke sektor non-usahatani baik sektor jasa maupun industri.

2. Usahatani

Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik- baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif mungkin dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin. Pada dasarnya usahatani berkembang terus dari awal hanya bertujuan menghasilkan bahan pangan untuk keluarga sehingga hanya merupakan usahatani-swasembada atau subsistence. Usahatani pada mulanya hanya mengelola tanaman pangan kemudian berkembang meliputi berbagai komoditi sehingga bukan usahatani murni tetapi usahatani campuran. Secara garis besar ada dua bentuk usahatani yang telah dikenal yaitu usahatani keluarga dan perusahaan pertanian. Tujuan akhir dari usahatani keluarga adalah pendapatan keluarga petani yang terdiri atas laba, upah tenaga kerja keluarga dan bunga modal sendiri. Pendapatan yang dimaksud adalah selisih antara nilai produksi dikurangi dengan biaya yang betul-betul dikeluarkan oleh petani Suratiyah, 2009. a. Biaya Produksi Dalam ilmu ekonomi, biaya adalah nilai dari faktor-faktor produksi yang dipergunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Dalam hal penggunaan faktor- faltor produksi, perusahaan memerlukan pengeluaran yang disebut dengan biaya produksi sebagai pengorbanan untuk mendapatkan output yang diinginkan. Biaya produksi yang dikeluarkan dapat dibedakan menjadi biaya eksplisit dan implisit. Menurut T. Gilarso dalam Nurdin 2010 yang dimaksud dengan biaya implisit adalah biaya yang secara ekonomis harus ikut diperhitungkan sebagai biaya produksi meskipun tidak dibayar dalam bentuk uang. Misalnya upah tenaga kerja sendiri. Sedangkan biaya eksplisit adalah semua pengeluaran yang dipergunakan untuk membayar faktor produksi. Misalnya benih dan sebagainya. b. Pendapatan Petani Pendapatan rumah tangga petani dapat bersumber dari usahatani dan non-usahatani. Menurut Suratiyah 2009 usahatani keluarga bertujuan akhir pada pendapatan keluarga petani yang terdiri atas laba, upah tenaga kerja dan bunga modal sendiri. Pendapatan yang dimaksud adalah selisih antara nilai produksi dikurangi dengan biaya yang betul-betul dikeluarkan oleh petani. Pendapatan petani yaitu selisih antara penerimaan dengan total biaya per usahatani. Pendekatan nominal tanpa memperhitungkan nilai uang menurut waktu tetapi yang dipakai adalah harga yang berlaku, sehingga dapat langsung dihitung jumlah pengeluaran dan jumlah penerimaan dalam suatu proses produksi. Formula menghitung pendapatan nominal adalah sebagai berikut. Penerimaan – Biaya Total = Pendapatan Penerimaan = Py.Y Py = Harga Produksi Rp.Kg Y= Jumlah Produksi Kg Biaya Total TC = Biaya Tetap FC + Biaya Variabel VC. Menurut Kasim dalam Norlaila, untuk menghitung pendapatan digunakan rumus: I = TR – TCe TR = Py.Y Keterangan: I = Pendapatan. TR= Total Revenue Penerimaan. TCe= Total Cost Eksplisit. Py= Harga Produksi. P= Produksi. Nurmanaf 2004 dalam penelitiannya di daerah dataran tinggi dan dataran rendah Kabupaten Bogor menyatakan bahwa Pendapatan sektor pertanian di wilayah dataran tinggi lebih dominan yang berasal dari kegiatan- kegiatan usahatani, peternakan dan buruh tani. Walaupun jenis-jenis kegiatan di sektor luar pertanian lebih beragam, sumbangannya terhadap pendapatan sangatlah sedikit. Sebaliknya di wilayah dataran rendah, sektor luar pertanian,dengan keragaman jenis kegiatan yang sedikit, tapi ternyata lebih berperan terhadap pendapatan petani berlahan sempit sumber-sumber pendapatan dari sektor ini meliputi kegiatan perdagangan, buruh non-pertanian dan kiriman. Suryantini dkk 2015 pada penelitiannya di desa Umbulrejo Gunungkidul menemukan bahwa kontribusi pendapatan non-usahatani lebih kecil dari kontribusi pendapatan usahatani pada pendapatan rumah tangga petani. Pendapatan non-usahatani memiliki peran dalam memperbaiki ketimpangan pendapatan dan mengentaskan kemiskinan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan non-usahatani adalah pendidikan, pendapatan usahatani dan jenis pekerjaan. Meningkatkannya pendidikan akan meningkatkan pendapatan non-usahatani, meningkatnya pendapatan usahatani akan menurunkan pendapatan non-usahatani, dan pendapatan non-usahatani dari PNS, TNI dan berdagang lebih besar dari pekerjaan non-usahatani lain. Hasil penelitian Lestari dkk 2015 dalam penelitiannya di Desa Umbulrejo Gunungkidul juga menyatakan bahwa Usahatani padi tidak hanya memberikan pengaruh pada ekonomi rumah tangga tani saja, namun juga pada konsumsi pangan rumah tangga tani. Kontribusi pendapatan usahatani padi termasuk sedang pada total pendapatan rumah tangga.

3. Curahan Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usahatani keluarga khususnya tenaga kerja petani beserta anggota keluarganya. Rumah tangga tani yang umumnya sangat terbatas kemampuannya dari segi modal, peranan tenaga kerja keluarga sangat menentukan. Jika masih dapat diselesaikan oleh tenaga kerja keluarga maka tidak perlu mengupah tenaga luar yang berarti menghemat biaya. Menurut Suratiyah 2009 curahan tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni 1 faktor alam yang meliputi curah hujan, iklim, kesuburan, jenis tanah dan topografi, 2 faktor jenis lahan yang meliputi sawah, tegal, dan pekarangan, serta 3 luas, letak, dan penyebarannya. Faktor- faktor tersebut menyebabkan adanya perbedaan kesibukan tenaga kerja, misalnya yang terjadi pada usahatani lahan kering yang benar-benar hanya mengandalkan air hujan maka petani akan sibuk hanya pada waktu musim hujan. Sebaliknya, pada musim kemarau akan mempunyai waktu luang sangat banyak karena lahannya tidak dapat ditanami. Pada lahan sawah beririgasi, petani akan sibuk sepanjang tahun karena air bukan merupakan kendala bagi usahataninya. Maka dengan keadaan-keadaan tersebut maka petani harus dapat memanfaatkan tenaga kerja keluarga sebaik-baiknya. Disaat sibuk petani mengutamakan tenaga kerja keluarga sedangkan disaat yang lain petani harus dapat mencari peluang di luar off farming activities agar pendapatanya tetap terjaga. Darwis Nurmanaf 2004 dalam penelitiannya di Kabupaten Bojonegoro mendapati bahwa walaupun sektor pertanian memberikan pendapatan yang kecil, tetapi curahan waktu kerja justru di sektor ini yang paling besar. Hal ini membuktikan bahwa upah di sektor pertanian lebih kecil dibandingkan di sektor non-usahatani. Dengan lahan yang sempit dan pendapatan yang tidak mencukupi dari lahan tersebut, anggota keluarga mencoba melakukan usaha lain yang bisa menambah pendapatan. Jenis pekerjaan yang dilakukan dikelompokan kedalam buruh tani, usaha dagang, usaha industri, usaha jasa buruh non-usahatani dan kegiatan lainnya. Pekerjaan yang tersedia dan paling diminati oleh keluarga responden akan terlihat dari banyaknya curahan waktu mereka. Dari rataan curahan waktu yang paling banyak adalah pada pekerjaan buruh non-usahatani, yaitu 62,12 hari dalam satu tahun, terutama Bulan Agustus dan September. Berbeda dengan hasil Penelitian Darwis dan Nurmanaf 2004, Hasil penelitian Nursamsu 2006 di desa Surusunda, Cilacap menyatakan Curahan kerja untuk sektor non-usahatani sebesar 33,07 HKO dalam sebulan dan 10,97 HKO untuk sektor non-usahatani. Dengan kata lain curahan kerja untuk sektor