159
Data 5 dimanfaatkan secara intensif oleh Tohari untuk melukiskan keadaan batin Srintil yang sedang sedih yang tercermin melalui wajahnya yang muram dan
mulutnya yang terkatup. Citraan visual ‘Srintil memasuki pasar dengan mendung membayangi wajahnya
‘ itu terasa hidup karena menggunakan majas Personifikasi. Hal yang sama juga terjadi pada data 6 dalam memberikan citraan visual untuk
melukiskan bayi, makhluk kecil yang masih suci dan lucu. Demikian pula gambaran seorang ibu juga dilukiskan dengan citraan visual pada data 7 sebagai berikut.
6 Pesona bayi adalah pesona bunga-bunga, pesona mayang pinang yang terurai dari kelopaknya di pagi hari, atau pesona biru bunga bungur di awal musim
kemarau. hlm. 136
Citraan visual pada data 6 terkesan ekspresif dengan memanfaatkan tumbuh- tumbuhan sebagai bandingan juga menggunakan majas Metafora dalam melukiskannya.
Pada data 6 Tohari dalam melukiskan sosok bayi, makhluk kecil yang masih suci, murni, lugu, dan tingkah lakunya serba menyenangkan bagi orang yang melihatnya
dengan ‘Pesona bayi adalah pesona bunga-bunga, pesona mayang pinang yang terurai dari kelopaknya di pagi hari, atau pesona biru bunga bungur di awal musim kemarau
‘. Tohari melukiskan keadaan bayi dengan memanfaatkan citraan visual dan
menyejajarkan keindahan bayi dengan pesona bunga-bunga. Citraan visual ini sama sekali baru, hasil kreasi Tohari sendiri.
Kajian di atas menunjukkan bahwa citran visual pada RDP dimanfaatkan oleh Tohari untuk melukiskan berbagai hal secara dramatis dan teatrikal. Bahkan, Tohari
memvisualisasikan lukisannya dengan menggunakan majas Metafora, Simile, Personifikasi, dan Paralelisme.
2. Citraan Pendengaran Auditory Imagery
Pemanfaatan citraan pendengaran audio dapat dilihat pada kutipan berikut. 7 Layang-layang yang terbuat dari daun gadung meluncur naik. Kicau
beranjangan mendaulat langit di atas Dukuh Paruk. halaman 10 Kutipan di atas merupakan pengimajian yang mendasarkan pada pengalaman
indra pendengaran. Citraan audio pada data 7 melukiskan keadaan alam Dukuh Paruk yang masih asri, alami, dengan berhiaskan suara burung dan anak-anak yang bermain
layang-layang. Citraan audio itu lebih intens lagi karena dipadukan dengan citraan
160
visual ‘Layang-layang yang terbuat dari daun gadung meluncur naik. Bahkan, citraan audio tersebut menggunakan majas Personifikasi pada ungkapan ‘Kicau beranjangan
mendaulat langit di atas Dukuh Paruk ‘.
Kutipan berikut juga merupakan contoh citraan pendengaran. 8 Mulut Rasus dan kedua temannya pegal sudah. Namun Srintil tetap
melenggang dan melenggok. Alunan tembangnya terus mengalir seperti pancuran di musim hujan. hlm. 13
Data 8 melukiskan keadaan alam pedesaan Dukuh Paruk yang indah dan nyaman. Kali ini Tohari melukiskannya melalui citraan audio dengan mengusung tradisi
dolanan bermain yang biasa terjadi pada kalangan anak-anak pedesaan. Dalam hal ini anak-
anak bermain musik dengan menggunakan instrumen ‖orisinal‖ yang ada pada tubuh manusia yakni mulut. Citraan audio pada data 8 terasa indah lukisannya dengan
pemanfaatan m ajas Simile pada ungkapan ‘Alunan tembangnya terus mengalir seperti
pancuran di musim hujan ‘. Keunggulan bahasa Tohari dalam melukiskan alam pedesaan
tampaknya merupakan kekhasan dan keunikan tersendiri dalam karyanya. Citraan audio pada data 9 melukiskan suasana sedih dan duka di kalangan
warga pedukuhan kecil itu ketika terjadi malapetaka akibat keracunan tempe bongkrek. Kutipan berikut melukiskan citraan audio tersebut.
9 Sesunguhnya gendang telinganya menangkap suara celoteh Srintil yang lucu menawan. Tetapi Santayib mendengarnya sebagai hiruk pikuk suara ribuan
monyet di pekuburan Dukuh Paruk. hlm. 28
Data 13 m9upakan citraan audio yang melukiskan peristiwa malapetaka yang menimpa warga Dukuh Paruk akibat keracunan tempe bongkrek. Melalui citraan audio
tersebut pengarang berhasil mengusik imajinasi pembaca sehingga pembaca mendapat gambaran tentang peristiwa malapetaka tempe bongkrek yang merenggut belasan warga
Dukuh Paruk termasuk orang tua Srintil, Santayib. Citraan audio terebut terasa indah dan semakin intens dengan dimanfaatkanya dua majas sekaligus yakni Personifikasi
pada ‘Sesunguhnya gendang telinganya menangkap suara celoteh Srintil yang lucu
menawan‘ dan majas Simile pada ‘Santayib mendengarnya sebagai hiruk pikuk suara ribuan monyet di pekuburan Dukuh Paruk
‘. Citraan audio itu terasa makin indah dengan dipadukannya dengan unsur permainan bunyi vokal a, u, dan i juga konsonan m,
161
n, dan k, asonansi dan aliterasi, sehingga menimbulkan efoni dan kakafoni yang indah.
Perpaduan citraan audio dengan majas Metafora dan gaya bahasa dalam melukiskan sesuatu juga terdapat pada data 10 berikut ini.
10 Bunyinya akan mampu menerjemahkan suara puluhan blentung,
iramanya bisa padu dengan curah hujan di atas atap ilalang, dan semangatnya adalah detak jantung yang bergairah. halaman 129
Tidak kalah menariknya, data 10 merupakan citraan audio yang dimanfaatkan Tohari untuk menggugah pengalaman indra pendengaran pembaca guna melukiskan
peran musik calung bagi warga Dukuh Paruk. Lukisan itu terasa hidup dan plastis dengan timbulnya efoni dan kakafoni yakni unsur permainan bunyi vokal a, u, dan
i serta konsonan ng, m, dan ny, asonansi dan aliterasi. Hal itu tampak pada ungkapan berikut. ‘Bunyinya akan mampu menerjemahkan suara puluhan blentung,
iramanya bisa padu dengan curah hujan di atas atap ilalang, dan semangatnya adalah detak jantung yang bergairah
‘. Citraan audio tersebut menjadi ekspresif karena dipadukan dengan gaya bahasa Personifikasi, Metafora dan Paralelisme yang orisinal
kreasi Tohari. Citraan audio pada RDP sengaja diciptakan oleh Tohari sesuai dengan latar
belakangnya sebagai orang yang hidup dan dibesarkan dalam lingkungan alam pedesaan yang ralatif masih asri. Citraan audio yang diciptakan terasa orisinal kreasi Tohari
dengan banyak menggunakan idiom-idiom alam flora dan fauna dan beberapa majas seperti Personifikasi, Simile, dan Metafora.
3. Citraan Perabaan Tactile Imagery