113
tidak berlebihan Jawa: sak madya agar tidak menghadapi akibat yang tidak diinginkan. Gaya kalimat Antitesis jarang ditemukan dibanding kalimat Paralelisme dan Repetisi.
f. Kalimat Hiperbola
Gaya kalimat Hiperbola juga dimanfaatkan Tohari untuk menunangkan gagasannya agar lebih mengesankan pembaca. Hiperbola adalah semacam gaya bahasa
yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal Keraf, 1991: 135. Berikut data kalimat Hiperbola.
12 Ini cukup untuk kukatakan bahwa yang terjadi pada dirinya seribu kali
lebih hebat daripada kematian karena kematian itu sendiri adalah anak kandung kehidupan manusia. hlm. 386
13 Aku bisa mendengar semua bisik hati yang paling lirih sekali pun.
hlm. 394 14
Aku dapat melihat mutiara-mutiara jiwa dalam lubuk yang paling pingit. hlm. 394
Dengan gaya kalimat Hiperbola yang terlihat pada data 12, 13, dan 14 gagasan yang dikemukakan menjadi lebih intens dan menarik perhatian pembaca
sehingga dapat mencapai efek estetik. Bentuk‘seribu kali lebih hebat daripada kematian‘ pada data 12 merupakan ungkapan yang Hiperbola. Demikian pula Hiperbola terlihat
pada kalimat data 13 dan 14. Dalam pikiran pembaca terbayang sesuatu yang lebih mendalam dan mengesankan mengenai lukisan yang hiperbol tersebut.
g. Kalimat Koreksio
Tohari juga menggunakan gaya kalimat Koreksio, sebuah gaya bahasa yang berwujud, mula-mula menegaskan sesuatu tetapi kemudian memperbaikinya Keraf,
1991: 135. Berikut kutipan gaya kalimat Koreksio dalam RDP. 15
‖Sedang menunggu, Bu?‖ ‖Ya, Pak. Ah tidak, Pak. Tidak.‖ hlm. 270 Data 15 tersebut merupakan gaya kalimat Koreksio yang sengaja dimanfaatkan
oleh Tohari dalam RDP untuk menarik perhatian pembaca. Dengan gaya kalimat Koreksio itu pembaca menjadi lebih terkesan sehingga menimbulkan efek makna
tertentu. Jika hanya dengan kalimat biasa tentu efek maknanya kurang mengesankan.
h. Kalimat Paradoks
114
Ditemukan pula dalam RDP gaya kalimat Paradoks yakni semacam gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada Keraf, 1991:
136. Gaya kalimat Paradoks terlihat pada data berikut. 16
Dalam kebimbangan hati Srintil sadar bahwa tanpa sengaja telah tercipta jarak tertentu antara dirinya dengan Rasus justru ketika keduanya sangat
berdekatan. hlm. 338 17
Sebuah rapat akbar yang penuh makna tetapi berlangsung bisu. hlm. 339
18 Di sana hanya ada lingkaran hitam tanpa ekspresi rasa dan cita, sebentuk
kematian dalam hidup. hlm. 377 Tohari memanfaatkan gaya kalimat Paradoks pada data 16, 17, dan 18
agaknya untuk menimbulkan kesan mendalam kepada pembaca. Pada data 16 ungkapan ‖tercipta jarak tertentu antara dirinya dengan Rasus justru ketika keduanya
sangat berdekatan‘ merupakan sesuatu yang Paradoksal. Ungkapan ‘rapat akbar ... tetapi berlangsung bisu‘ pada data 17, sungguh Paradoksal. Demikian pula ungkapan
Paradoks terlihat dalam ‘sebentuk kematian dalam hidup‘ pada data 18. Dengan gaya
kalimat Paradoks, sarana bahasa yang dimanfaatkan untuk mengekspresikan gagasan lebih menarik perhatian pembaca. Timbullah perhatian dalam diri pembaca dan kesan
yang mendalam.
i. Kalimat Aliterasi