Antenna Array Circular Array dan Planar Array

11 mode memancarkan, sinyal-sinyal digital baseband diubah ke RF dengan menggunakan Digital to Analog Converters DACs. Perubahan ke bawah dari RF ke baseband atau perubahan ke atas dari baseband ke RF dapat melibatkan penggunaan sinyal-sinyal IF. Sinyal-sinyal baseband yang diterima dari masing- masing antena kemudian digabungkan menggunakan algoritma-algoritma smart pada bagian pengolahan digital. Karena itu, masing-masing elemen antena mempunyai sebuah rantai RF mulai dari elemen antena ke front end RF ke konversi digital untuk penerima dan sebaliknya untuk pengirim. Bagian pengolahan digital dapat diimplementasikan pada sebuah mikroprosesor atau sebuah DSP Digital Signal Processor atau FPGA Field Programmable Gate Array. Oleh karena itu, implementasi algoritma smart biasanya adalah sebuah kode perangkat lunak software jika tidak diimplementasikan dalam sebuah ASIC Application Specific Integrated Circuit atau FPGA.

2.4 Antenna Array

Salah satu cara untuk meningkatkan direktivitas antena adalah dengan memperbesar ukuran fisik antena. Adapun cara lainya adalah yaitu dengan mengubah konfigurasi antena tanpa memperbesar ukurannya. Dalam beberapa penggunaan sangat penting untuk mendesain sebuah antena dengan direktivitas yang baik gain yang tinggi untuk kebutuhan telekomunikasi jarak jauh. Salah satu cara efektif untuk membentuk elemen peradiasi secara geometris dan rangkaian listrik tanpa memperbesar ukuran masing-masing elemen yaitu dengan menggunakan antenna array. Susunan dari beberapa elemen antena disebut sebagai antenna array [3]. Universitas Sumatera Utara 12 Adapun tujuan membuat susunan antena, yaitu untuk mendapatkan diagram arah dengan pola tertentu beamforming dan mendapatkan diagram arah dengan pengendalian arah tertentu beamsteering. Adapun konfigurasi dari sebuah antena array linier sepanjang sumbu x ditunjukkan oleh Gambar 2.6. Gambar 2.6 Antena array linier Medan listrik total dari sebuah array ditentukan oleh penjumlahan vektor medan listrik dari masing-masing elemen sesuai Persamaan 2.1 [3]. = + = �̅ � ƞ � 4� { − [ � − �⁄ ] � + − [ � + �⁄ ] � } 2.1 dimana � adalah beda fasa antar elemen. Medan listrik sebuah antenna array dapat berbentuk 2 dimensi atau 3 dimensi. Untuk array yang sama, ada beberapa degrees of freedom yang dapat digunakan untuk membentuk pola sorotan sebuah antena, yaitu [3] : 1. Konfigurasi array secara geometris linear, circular, planar dan spherical. 2. Amplitude excitation dari tiap elemen. 3. Phase excitation dari tiap elemen. 4. Pancaran relatif dari tiap elemen. Universitas Sumatera Utara 13

2.5 Linear Array

Linear array merupakan konfigurasi antena susun array yang paling sederhana. Adapun contoh linear array yaitu dua elemen array dan N-elemen linear array. Berikut uraian beberapa jenis linear array.

2.5.1 Dua Elemen Array

Adapun bentuk antena array yang paling mudah untuk dianalisis yaitu antena array dengan dua elemen array. Gambar 2.7 menunjukkan antena dipole yang disusun secara vertikal sepanjang sumbu y dengan jarak sebesar d [3]. Gambar 2.7 Dua elemen array Field point terletak pada jarak r dari titik awal origin dimana ≫ . Misalkan vektor r, r 1 , dan r 2 paralel antara satu sama lainnya yang diberikan oleh Persamaan 2.2 dan Persamaan 2.3. Maka, persamaan untuk medan listrik total diberikan oleh Persamaan 2.4 [3]. ≈ + sin � 2.2 ≈ − sin � 2.3 = ƞ� − � 4� sin � . cos sin �+ � 2.4 dimana : Universitas Sumatera Utara 14 � = beda fasa antar dua elemen yang berdekatan L = panjang antena � = sudut yang diukur dari sumbu z pada spherical coordinates d = jarak antar elemen

2.5.2 N – Elemen Linear Array

Adapun contoh linear array yang paling umum yaitu linear array dengan N elemen array. Misalkan tiap elemen mempunyai jarak antar elemen yang sama dan amplituda yang sama. Gambar 2.8 menunjukkan N – elemen linear array yang terdiri atas beberapa elemen isotropis [3]. Gambar 2.8 N – elemen linear array Misalkan pada kondisi medan jauh dimana ≫ , maka array factor dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan 2.5 [3]. � = + sin �+ � + sin �+ � + ⋯ . . + − sin �+ � 2.5 dimana � adalah beda fasa antar elemen. Karena elemen isotropis mempunyai amplituda yang tetap, maka setiap perilaku dari array ditentukan oleh beda fasa antar elemen. Beda fasa tersebut sebanding dengan jarak antar elemen dalam panjang gelombang. Universitas Sumatera Utara 15

2.6 Circular Array dan Planar Array

Adapun contoh konfigurasi antena array lainnya yang dapat digunakan untuk membentuk pola sorotan antena yaitu uniform circular dan uniform planar circular array. Gambar 2.9 menunjukkan konfigurasi uniform circular array dan Gambar 2.10 menunjukkan konfigurasi uniform planar circular array [3]. Gambar 2.9 Uniform circular array Gambar 2.10 Uniform planar circular array Universitas Sumatera Utara 16

2.7 Konsep Adaptive Array