Non- Blind Adaptive Algorithm

23 Adaptive beamforming dapat dilakukan dengan menggeser fasa dari tiap elemn array sehingga sinyal yang dikirimkan atau diterima dari tiap elemen akan berbeda fasa dalam arah yang berbeda. Fasa antar elemen interelement phase dan amplitudo diatur untuk mengoptimalkan penerimaan sinyal [5]. Dalam beamforming adaptif, berat optimum secara iterasi dihitung dengan algoritma yang kompleks dengan kriteria yang berbeda. Ada dua tipe algoritma yang digunakan untuk adaptive beamforming, yaitu [6]: 1. Non-blind adaptive algorithm, yaitu algoritma yang menggunakan sinyal referensi untuk memodifikasi bobot array secara iteratif. Adapun contoh algoritma ini, yaitu algoritma Least Mean Square LMS. 2. Blind adaptive algorithm, yaitu algoritma yang tidak memerlukan sinyal referensi untuk memodifikasi bobot array. Adapun contoh algoritma ini, yaitu Constant Modulus Algorithm CMA.

2.12.1 Non- Blind Adaptive Algorithm

Non-blind adaptive algorithms adalah algoritma yang menggunakan sinyal referensi desired signal untuk memodifikasi bobot array secara iterasi. Non-blind adaptive algorithm memerlukan training sequence dari desired signal dk untuk mengekstrak informasi dari desired user dari lingkungan sekitar. Adapun contoh non-blind adaptive algorithm adalah algoritma LMS. Algoritma Least Mean Square diperkenalkan oleh Widrow dan Hoff pada tahun 1959. Algoritma LMS menggunakan perkiraan gradient vector dari data yang ada. Berbeda dengan algoritma lainnya, algoritma LMS relatif sederhana dan tidak membutuhkan perhitungan fungsi korelasi. Misalkan Uniform Linear Array ULA dengan N elemen isotropis, maka bagian integral dari sistem adaptive beamforming Universitas Sumatera Utara 24 ini ditunjukkan oleh Gambar 2.15 [5]. Adapun output array antena yt diberikan oleh Persamaan 2.6 [5]. = � Ѳ + ∑ � Ѳ + = 2.6 Gambar 2.15 Sistem adaptive beamforming algoritma LMS St menunjukkan kedatangan sinyal yang diinginkan pada sudut Ѳ dan menunjukkan sinyal intererensi dengan sudut datang sebesar Ѳ secara berturut. � Ѳ dan � Ѳ menunjukkan steering vector untuk sinyal yang diinginkan dan sinyal interferensi. Besar weight vector diberikan oleh Persaman 2.7 [5]. + = + [−∇ { } ] 2.7 dengan adalah parameter step-size dimana µ � � . � merupakan eigenvalue dari matriks korelasi R dan merupakan mean square error antara output yn dan desired signal dn yang diberikan oleh Persamaan 2.8. Gradient vector dapat dihitung dengan Persamaan 2.9. Algoritma LMS menyederhanakan kovarians matriks dan � dalam bentuk Persamaan 2.10 dan Persamaan 2.11 serta Persamaan untuk weight vector w n + ditunjukkan oleh Persamaan 2.12. Universitas Sumatera Utara 25 = [ ∗ − ℎ ] 2.8 ∇ { } = − + � 2.9 � = ℎ 2.10 = ∗ 2.11 + = + 2.12 Mean square error, n merupakan salah satu kriteria adaptive beamforming. Semakin kecil nilai MSE antara desired signal dan output, maka pola lebar sorotan dapat diatur ke null sehingga akan meningkatkan level SIR signal to interference ratio.

2.12.2 Blind Adaptive Algorithm