Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
sekitar mulut untuk mengoreksi hubungan rahang atas dan rahang bawah. Periode pasif, merupakan periode setelah periode aktif selesai, dengan tujuan
untuk mempertahankan kedudukan gigi-gigi yang telah dikoreksi agar tidak terjadi
relaps kembali
seperti kedudukan
semula dengan
menggunakan retainer Sulandjari, 2008. Menurut British Standard Institute, relaps adalah kembalinya gigi ke
bentuk awal maloklusi setelah dikoreksi. Pengertian untuk masyarakat, relaps diartikan sebagai perubahan apapun dari posisi akhir gigi setelah perawatan.
Ada beberapa penyebab terjadinya relaps yaitu relaps karena perubahan pertumbuhan, tekanan otot, kegagalan menghilangkan faktor penyebab dan
faktor tidak memakai retainer Bhalajhi, 2001. Untuk menstabilisasi koreksi dan menahan gigi pada posisi yang sudah dicapai baik dari segi estetik
maupun fungsional maka digunakan suatu alat yaitu retainer Profit, 2007. Retainer adalah alat ortodontik pasif yang digunakan setelah tahap aktif
dalam perawatan ortodontik Profit, 2007, dimana alat ini akan menstabilisasi gigi dengan memberikan kesempatan reorganisasi struktur-struktur pendukung
setelah tahap aktif dalam perawatan ortodontik. Terdapat berbagai macam jenis retainer dengan kelemahan dan kelebihan masing-masing. Retainer yang
rumit, sulit pemakaiannya dan tidak nyaman akan menyebabkan hilangnya kooperatif pasien dalam memakainnya Alawiyah dkk., 2012.
Sebagai salah satu cara untuk mengetahui seberapa besar keberhasilan perawatan ortodontik adalah dengan menggunakan indeks. Macam-macam
Indeks tersebut antara lain handicapping malocclusion index HMA, index of
treatment need IOTN, dan indeks PAR. Indeks PAR merupakan indeks yang memiliki kelebihan dibandingkan indeks yang lain karena memiliki validitas
dan reliabilitas yang sudah teruji serta mempunyai keseragaman dalam intepretasi dan kriteria yang diteliti Richmond, 1992. Skor Indeks PAR
merupakan skor yang digunakan untuk mengetahui suatu peningkatan maloklusi berupa perbaikan saat perawatan serta untuk mengevaluasi stabilitas
dan relaps pada pasien ortodontik. Penggunaan indeks PAR juga dapat digunakan untuk mengevaluasi stabilitas dan relaps pada pasien ortodontik.
Hasil penelitian Irwansyah 2011 menggunakan indeks PAR di RSGMP Unhas diperoleh hasil pasien yang telah menyelesaikan perawatan ortodontik
lepasan mengalami penurunan indeks PAR sebesar 35 yang berarti ada perubahan kondisi gigi sebelum dan sesudah perawatan. Penelitian Yami dkk.,
1999 yang dilakukan menggunakan indeks PAR menunjukkan 50 relaps terlihat pada 2 tahun pasca penggunaan retainer, 28 relaps terlihat pada 2-5
tahun pasca penggunaan retainer, dan 12 relaps terlihat pada 5-10 tahun pasca penggunaan retainer. Sarah 2005 memiliki data kejadian penurunan
nilai PAR indeks sebesar 62 pada 78 pasien. Penelitian terakhir oleh G.Edman Tynelius 2010 dalam mengevaluasi dan membandingkan tiga
metode retensi yang berbeda yaitu 1. Removeble vacuum, terdiri dari retainer yang menutupi palatum dan gigi anterior maksila dari C-C dan retainer yang
direkatkan dari C-C di lengkung yang lebih rendah, 2. Identical maxillary vacuum, terdiri dari retainer grup vtc yang digabungkan dengan kepingan dari
gigi anterior yang lebih rendah, 3. Prefabricated posterior, menutupi semua
gigi erupsi di maksila dan mandibula dengan menggunakan metologi randomaized controlled trial, hasil menujukan terdapat 3 kelompok retensi
dengan penggunaan setelah 1 tahun, tidak ada perbedaan yang signifikan antara salah satu dari tiga kelompok retensi menurut usia atau waktu
perawatan periode aktif. Beberapa literatur menyatakan bahwa stabilitas dan relaps setelah perawatan ortodontik tidak dapat diprediksi, dengan
kecenderungan relaps 33-90 setelah kurang lebih 10 tahun pasca perawatan Olive dan Basford, 2003.
Hasil-hasil penelitian tersebut menunjukan masih adanya prevalensi relaps. Sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui prevalensi terjadinya
relaps setelah perawatan dengan alat ortodontik cekat.