Indeks PAR Telaah Pustaka
malocclusion index HMA, index of treatment need IOTN, dan Indeks PAR. Indeks PAR adalah indeks yang dianggap lebih baik dibandingkan
indeks yang lain, karena memiliki validitas dan reliabilitas yang telah teruji serta mempunyai keseragaman dalam intepretasi dan kriteria yang
diteliti Richmond, 1992. Indeks PAR merupakan salah satu indeks untuk menilai stabilitasi gigi setelah perawatan ortodontik. Skor Indeks PAR
dapat digunakan untuk mengetahui peningkatan maloklusi berupa perbaikan saat perawatan dan untuk mengevaluasi stabilitas dan relaps
pada pasien ortodontik yang telah terbukti valid dari beberapa penelitian Sarah, 2005.
Penilaian antara kasus sebelum dan sesudah perawatan menggunakan indeks PAR memiliki 11 komponen, masing-masing komponen memiliki
beberapa skor yang dinilai dengan kriteria tertentu berdasarkan keparahannya. Dari 11 komponen pada tabel 1, beberapa komponen
individual tidak dimasukkan dalam bobot indeks PAR karena tidak memiliki nilai yang bermakna dalam memprediksi keberhasilan perawatan
ortodontik. Segmen bukal berjarak, berjejal dan impaksi merupakan salah satu komponen dari bobot indeks PAR. Salah satu alasan yang
dijelaskan adalah titik kontak antara gigi bukal sangat bervariasi. Jika perubahan letak displacement gigi parah, akan menghasilkan oklusi
crossbite dan skornya dicatat pada oklusi bukal kanan atau kiri tidak lagi pada penilaian titik kontak. Adanya premolar impaksi juga tidak
dimasukkan dalam bobot indeks PAR. Selain karena prevalensinya sangat
sedikit, pencabutan premolar juga sering dilakukan pada kasus yang membutuhkan ruang sehingga tidak memberikan pengaruh dalam menilai
keberhasilan perawatan.
Tabel 1. Komponen indeks PAR
No Komponen
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9.
10. 11
Segmen bukal rahang atas kanan Segmen anterior rahang atas
Segmen bukal rahang atas kir Segmen bukal rahang bawah kanan
Segmen anterior rahang bawah Segmen bukal rahang bawah kiri
Oklusi bukal kanan Overjet
Overbite Garis median
Oklusi
Sumber: Richmond dkk 1992 Dari 11 komponen pada tabel di atas, terdapat 5 komponen utama
dalam pemeriksannya, masing-masing komponen tersebut dinilai dan diberi bobot bedasarkan besaran yang telah ditentukan. Setiap skor
komponen diakumulasikan dan dikalikan bobotnya masing-masing, sehingga menghasilkan jumlah skor akhir dari 5 komponen utama yang
digunakan. Lima komponen utama yang diperiksa beserta bobotnya Tabel 2
adalah: Penilaian skor segmen anterior Tabel 3. Penilaian skor oklusi bukal, Tabel 4. Penilaian skor overjet, Tabel 5. Penilaian skor overbite
Tabel 6. Penilaian skor garis median Tabel 6.
Tabel 2. Derajat Pembobotan PAR Indeks.
Komponen Bobot
1. Segmen Anterior Atas dan Bawah 2. Oklusi bukal kanan dan kiri
3. Jarak Gigit 4. Tumpang Gigit
5. Garis Tengah 1
1 6
2 4
Sumber: Richmon dkk 1992 a. Penilaian skor segmen anterior. Pengukuran pergeseran titik kontak
dimulai dari mesial gigi kaninus kiri ke titik kontak mesial gigi kaninus kanan Gambar 1. Penilaian skor pada kasus ini yaitu
mengukur gigi berjejal crowded, berjarak spacing, dan impaksi gigi impacted teeth. Gigi kaninus yang impaksi dicatat pada segmen
anterior rahang atas dan rahang bawah Tabel 3.
Gambar1. Penilaian skor segmen anterior dengan Metode Richmond,dkk menggunakan PAR Ruler.
Tabel 3.Penilaian skor segmen anterior
Skor Kelainan
1 2
3 4
5 0-1 mm
1,1 -2 mm 2,1-4 mm
4,1-8 mm Lebih besar dari 8 mm
Gigi impaksi
Sumber: Richmond dkk 1992
b. Penilaian skor oklusi bukal. Penilaian skor ini dicatat dalam keadaan oklusi gigi posterior di sisi kiri dan kanan mulai dari gigi kaninus ke
molar terakhir Gambar 2, dengan cara melihat dalam tiga arah yaitu, anteroposterior, vertikal dan transversal Tabel 4.
Gambar 2. Penilaian skor oklusi bukal Richmond dkk., 1992 Tabel 4. Penilaian skor oklusi bukal
No Skor Komponen
1. 1
2 Antero-posterior
Interdigitasi baik kelas I,II, III Kelainan kurang dari setengah unit
Kelainan pada setengah unit cups to cups
2. 1
Vertikal Tidak ada kelainan
Gigitan terbuka sedikitnya pada dua gigi, dengan jarak lebih dari 2 mm
3. 1
2 3
4 Transversal
Tidak ada crossbite Kecenderungan crossbite
Crossbite pada salah satu gigi Crossbite lebih dari satu gigi
Lebih dari satu gigi scissor bite
Sumber: Richmond dkk 1992
c. Penilaian skor overjet. Penilaian skor ini untuk semua gigi insisivus. Penilaian dilakukan dengan menempatkan penggaris indeks PAR
sejajar dataran oklusal dan radial dengan lengkung gigi Gambar 3.
Jika terdapat dua insisivus yang crossbite dan memiliki overjet 4 mm, skornya adalah 3 untuk crossbite ditambah 1 untuk overjet 4 mm,
sehingga total skornya adalah 4. Tabel penilaian skor overjet dapat dilihat pada tabel 5.
Gambar 3. Penilaian skor overjet dengan Metode Richmond dkk menggunakan PAR Ruler Richmond dkk., 1992
Tabel 5. Penilaian skor overjet
No Skor Komponen
1. 1
2 3
4 Overjet
0-3 mm 3,1-5 mm
5,1-7 mm 7,1-9 mm
Lebih besar dari 9 mm
2. 1
2 3
4 Crossbite anterior
Tidak ada kelainan Satu atau lebih gigi edge to edge
Crossbite pada satu gigi Crossbite pada dua gigi
Crossbite lebih dari dua gigi
Sumber: Richmond dkk 1992
d. Penilaian skor overbite. Penilaian skor ini untuk semua gigi insisivus yang dinilai dari jarak tumpang tindih dalam arah vertikal gigi
insisivus atas terhadap panjang mahkota klinis gigi insisivus bawah Gambar 4, dan dinilai berdasarkan besarnya gigitan terbuka Tabel
6. Skor yang dicatat adalah nilai overbite yang terbesar diantara gigi insisivus.
Gambar 4. Penilaian skor overbite Richmond dkk., 1992
Tabel 6.Penilaian skor overbite
No Skor Komponen
1. 1
2 3
4 Gigitan Terbuka
Tidak ada gigitan terbuka Gigitan terbuka kurang dari atau sama dengan 1 mm
Gigitan terbuka 1,1-2 mm Gigitan terbuka 2,1-3 mm
Gigitan terbuka sama dengan atau lebih dari 4 mm
2. 1
2 3
Overbite Besarnya penutupan kurang dari atau sama dengan 13
tinggi mahkota gigi insisivus bawah Besarnya penutupan lebih dari 13, tetapi kurang dari 23
tinggi mahkota gigi insisivus bawah Besarnya penutupan lebih dari 23 tinggi mahkota gigi
insisivus bawah Besarnya penutupan sama dengan lebih dari tinggi
mahkota gigi insisivus bawah
Sumber: Richmond dkk 1992
e. Penilaian skor garis median. Penilaian skor ini dinilai dari hubungan garis tengah lengkung gigi atas terhadap lengkung gigi bawah
Gambar 5. Garis tengah lengkung gigi diwakili oleh garis pertemuan kedua gigi insisivus pertama atas terhadap garis pertemuan kedua gigi
insisivus bawah Tabel 7. Jika gigi insisivus bawah sudah dicabut penilaian skor garis median tidak dicatat.
Gambar 5.Penilaian skor garis median Richmond dkk., 1992
Tabel 7.Penilaian skor garis median
Skor Komponen
1 2
Tidak ada pergeseran garis median – ¼ lebar gigi insisivus bawah
Lebih dari ¼ - ½ lebar gigi insisivus bawah Lebih dari ½ lebar gigi insisivus bawah
Sumber: Richmond dkk 1992
Pengukuran pada model sebelum dan sesudah perawatan dilakukan dengan penggaris khusus indeks PAR.
Gambar 6.Penggaris plastik indeks PAR Richmond dkk., 1992
Dua macam cara untuk menilai kemajuan hasil perawatan menggunakan PAR Index Richmond dkk, 1992 yaitu: 1 jika skor pra
perawatan ≥22 selisih dihitung berdasarkan berkurangnya skor, 2 jika skor pra perawatan 22 selisih dihitung dalam persen.
PAR Indek adalah suatu indeks yang menilai hasil perawatan ortodontik secara objektif, sehingga setiap skor maloklusi dapat
dimasukan ke dalam kelompok maloklusi berdasarkan keparahannya baik
pra maupun pasca perawatan seperti terlihat pada Tabel 8. Richmond dkk, 1992.
Tabel 8. Distribusi subjek menurut keparahan maloklusi
Skor PAR Indeks Keparahan Maloklusi
Ideal 1-16
Ringan 17-32
Sedang 33-48
Parah 48
Sangat parah
Pada penelitian Yami pada tahun 1999 pasien dievaluasi dengan menggunakan Peer Assessment Rating Indexs menunjukan 50 relaps
terlihat setelah 2 tahun pasca penggunaan retainer, 28 relaps terlihat setelah 2-5 tahun pasca penggunaan retainer, dan 12 relaps terlihat
setelah 5-10 tahun pasca penggunaan retainer dan menurut Pritartha S. Anindita pada tahun 2009 PAR index dapat digunakan untuk evaluasi
tingkat keberhasilan perawatan ortodontik.