Parameter Dasar Gempa Bumi Kerusakan Akibat Gempa

menyebabkan terjadinya penimbunan energi secara perlahan-lahan. Gempa tektonik kemudian terjadi karena adanya pelepasan energi yang telah lama tertimbun tersebut. Daerah yang paling rawan gempa umumnya berada pada pertemuan lempeng- lempeng tersebut. Pertemuan dua buah lempeng tektonik akan menyebabkan pergeseran relatif pada batas lempeng tersebut, yaitu: 1. Subduction, yaitu peristiwa dimana salah satu lempeng mengalah dan dipaksa turun ke bawah. Peristiwa inilah yang paling banyak menyebabkan gempa bumi. 2. Extrusion, yaitu penarikan satu lempeng terhadap lempeng yang lain. 3. Transcursion, yaitu terjadi gerakan vertikal satu lempeng terhadap yang lainnya. 4. Accretion, yaitu tabrakan lambat yang terjadi antara lempeng lautan dan lempeng benua.

2.1.2 Parameter Dasar Gempa Bumi

Beberapa parameter dasar gempa bumi yang perlu kita ketahui, yaitu: 1. Hypocenter, yaitu tempat terjadinya gempa atau pergeseran tanah di dalam bumi. 2. Epicenter, yaitu titik yang diproyeksikan tepat berada di atas hypocenter pada permukaan bumi. 3. Bedrock, yaitu tanah keras tempat mulai bekerjanya gaya gempa. 4. Ground acceleration, yaitu percepatan pada permukaan bumi akibat gempa bumi. Universitas Sumatera Utara 5. Amplification factor, yaitu faktor pembesaran percepatan gempa yang terjadi pada permukaan tanah akibat jenis tanah tertentu. 6. Skala gempa, yaitu suatu ukuran kekuatan gempa yang dapat diukur dengan secara kuantitatif dan kualitatif. Pengukuran kekuatan gempa secara kuantitatif dilakukan pengukuran dengan skala Richter yang umumnya dikenal sebagai pengukuran magnitudo gempa bumi. Magnitudo gempa bumi adalah ukuran mutlak yang dikeluarkan oleh pusat gempa. Pendapat ini pertama kali dikemukakan oleh Richter dengan besar antara 0 sampai 9. Selama ini gempa terbesar tercatat sebesar 8,9 skala Richter terjadi di Columbia tahun 1906 . Pengukuran kekuatan gempa secara kualitatif yaitu dengan melihat besarnya kerusakan yang diakibatkan oleh gempa. Kerusakan tersebut dapat dikatakan sebagai intensitas gempa bumi. Di Indonesia digunakan skala intensitas MMI Modified Mercalli Intensity versi tahun 1931. Perbandingan intensitas skala MMI dari nilai I hingga XII dapat dilihat pada tabel 1.

2.1.3 Kerusakan Akibat Gempa

Pada umumnya kerusakan akibat gempa dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1. kehilangan jiwa atau cacat jasmani. 2. keruntuhan dan kerusakan dari lingkungan alam dan konstruksi. Dari segi teknis dan finansial, kita hanya dapat mereduksi bahaya gempa ini untuk gempa-gempa besar. Pada dasarnya perencanaan struktur tahan gempa adalah untuk mengurangi korban jiwa, baik yang disebabkan oleh keruntuhan struktur atau kerusakan sekunder seperti reruntuhan bangunan atau kebakaran, dan untuk Universitas Sumatera Utara mengurangi kerusakan dan kehilangan konstruksi. Namun, ada bangunan yang memerlukan ketahanan terhadap gempa yang lebih besar daripada jenis struktur lainnya atau tidak boleh rusak sama sekali. Hal ini disebabkan oleh besarnya nilai kepentingan sosial atau finansialnya. Tabel 1. Skala intensitas gempa MMI Skala MMI Deskripsi I Getaran gempa tidak terasa, hanya dapat dideteksi oleh alat. II Dapat dirasakan oleh beberapa orang. Benda-benda yang digantung dapat bergerak III Dirasakan lebih keras. Kendaraan atau benda lain yang berhenti dapat bergerak IV Dirasakan lebih keras baik didalam bangunan atau diluar. Jendela dan pintu mulai bergetar V Dirasakan hampir oleh semua orang. Pigura di dinding mulai berjatuhan, jendela kaca pecah. VI Dirasakan oleh semua orang. Orang mulai ketakutan. Kerusakan mulai nampak VII Setiap orang mulai lari ke luar. Bisa dirasakan di dalam kendaraan yang bergerak VIII Sudah membahayakan bagi setiap orang. Bangunan lunak mulai runtuh. IX Mulai dengan kepanikan. Sudah ada kerusakan yang berarti bagi semua bangunan X Kepanikan lebih hebat, hanya gedung-gedung kuat dapat bertahan. Terjadi longsor dan rekahan. XI Hampir semua bangunan runtuh. Jembatan rusak. Retakan yang lebar di tanah. XII Kerusakan total. Gelombang terlihat di tanah. Benda-benda beterbangan. Universitas Sumatera Utara

2.1.4 Pengaruh Gempa terhadap Bangunan