Perbandingan Analisis Statik Ekivalen dan Analisis Dinamik Ragam Spektrum Respons pada Struktur Beraturan dan Ketidakberaturan Massa Sesuai RSNI 03-1726-201x
PERBANDINGAN ANALISIS STATIK EKIVALEN DAN
ANALISIS DINAMIK RAGAM SPEKTRUM RESPONS PADA
STRUKTUR BERATURAN DAN KETIDAKBERATURAN
MASSA SESUAI RSNI 03-1726-201X
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Melengkapi Tugas - Tugas dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil
Dikerjakan oleh :
FAUZIAH NASUTION 10 0424 053
BIDANG STUDI STRUKTUR
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK USU
MEDAN
(2)
sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tugas Akhir ini merupakan syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Sipil Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Perbandingan Analisis Statik Ekivalen dan Analisis Dinamik
Ragam Spektrum Respons pada Struktur Beraturan dan Ketidakberaturan Massa Sesuai RSNI 03-1726-201x”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian Tugas Akhir ini tidak terlepas dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada beberapa pihak yang berperan penting, yaitu :
1. Bapak Ir. Daniel Rumbi Teruna, M. T. selaku Dosen Pembimbing, yang telah banyak memberikan bimbingan yang sangat bernilai, masukan, dukungan serta meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membantu penulis menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan selaku Ketua Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara dan sekaligus selaku Dosen Penguji, yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis terhadap Tugas Akhir ini.
3. Bapak Ir. Syahrizal, M. T. selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Ir. Zulkarnain A. Muis M. Eng. Sc. selaku Koordinator Teknik Sipil Ekstension Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Ir. Besman Surbakti, M. T. selaku Dosen Penguji, yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis terhadap Tugas Akhir ini. 6. Orang tua tercinta, Drs. Bakhtiar Nasution dan Suleha Lubis, S. Pd. yang
(3)
beserta saudara tercinta Syukron Hamdi Nasution, A. Md. dan Ade Indra Nasution yang selalu mendoakan dan mendukung penulis.
7. Bapak/Ibu seluruh staff pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
8. Seluruh pegawai administrasi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan selama ini kepada penulis.
9.
Dan segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas jasa-jasanya dalam mendukung dan membantu penulis dari segi apapun, sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.Mengingat adanya keterbatasan-keterbatasan yang penulis miliki, maka penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca diharapkan untuk penyempurnaan Tugas Akhir ini.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih dan semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, Februari 2014 Penulis,
Fauziah Nasution 10 0424 053
(4)
statik ekivalen dalam meramalkan respons parameter dari struktur akibat gempa terhadap analisis dinamik spektrum respons. Struktur yang ditinjau yaitu struktur beraturan dan tidak beraturan diambil dari konfigurasi struktur yang memiliki perbedaan massa. Untuk struktur beraturan massa seragam yaitu tidak lebih dari 150% massa efektif tiap tingkat didekatnya. Sedangkan untuk struktur ketidakberaturan massa bervariasi yaitu 200%, 350%, dan 500% yang terletak ditingkat 4 dan 7. Kedua struktur masing-masing berlantai 7 dengan sistem rangka pemikul momen khusus (SRPMK). Analisis dinamik spektrum respons yang digunakan spektrum respons wilayah kota Medan untuk jenis tanah lunak pada bangunan perhotelan yang dikeluarkan oleh Spektra Indonesia. Untuk mempermudah proses perhitungan, analisis dilakukan dengan bantuan program SAP 2000 versi 14 dilakukan secara 3D. Respons parameter dari struktur yang ditinjau adalah base shear dan displacement tiap tingkat yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Dari hasil analisis diperoleh perbandingan yang tidak terlalu signifikan terhadap base shear dandisplacement. Maka dalam tugas akhir ini, hasil respons parameter dari struktur yang diperoleh analisis statik ekivalen masih akurat digunakan pada struktur beraturan dan ketidakberaturan variasi massa yaitu 200%, 350%, dan 500% karena memiliki nilai respons parameter dari struktur yang lebih besar dibandingkan dengan spektrum respons. Namun untuk nilaibase shearyang terbesar berada ditingkat 4 dengan variasi 500%. Sedangkan nilaidisplacement yang terbesar berada ditingkat 7 dengan variasi massa 500%.
Kata kunci:Analisis Statik Ekivalen, Analisis Dinamik, Analisis Spektrum Respons, Respons Parameter dari Struktur
(5)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR... ii
ABSTRAK... iv
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR GAMBAR...xvii
DAFTAR NOTASI...xx
BAB I PENDAHULUAN ... 1
I.1 Latar Belakang Masalah...1
I.2 Rumusan Masalah ...3
I.3 Maksud dan Tujuan ...3
I.4 Pembatasan Masalah ...4
I.5 Metedologi ...5
BAB II TEORI DASAR... 6
II.1 Umum...6
II.2 PrinsipShear Building... 7
II.3 Persamaan Diferensial pada Struktur SDOF (Single Degree of Freedom) ..10
II.4 Persamaan Diferensial pada Struktur MDOF (Multi Degree of Freedom) ..12
II.5 Struktur Beraturan dan Tidak Beraturan ...15
II.6 Metode Analisis Gaya Gempa ... 19
(6)
III.2.1 Gaya Geser Dasar Seismik (V)... 30
III.2.2 Koefisien Respons Seismik... 30
III.2.3. Arah Pembebanan Seismik... 34
III.2.3.1 Kriteria Arah Pembebanan... 34
III.2.4 Periode Fundamental Pendekatan (Ta)... 37
III.2.5 Distribusi Gaya Horizontal Statik Ekivalen... 37
III.2.6 Faktor Keutamaan ... 38
III.2.7 Penentuan Tipe Analisis Beban Lateral ... 39
III.2.8 Struktur Penahan Beban Gempa... 41
III.2.8.1 Pemilihan Sistem Struktur... 41
III.3 Analisis Ragam Spektrum Respons ... 47
BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS GEMPA ... 55
IV.1 Umum ... 55
IV.2 Data untuk Analisis ... 55
IV.2.1 Lokasi dan Jenis Bangunan...55
IV.2.2Prileminary Design... 56
IV.2.3 Spesifikasi Material ... 59
IV.3 Parameter Beban Gempa dengan Program Spektra Indonesia ... 59
IV.4 Perhitungan Beban Gravitasi ... 60
IV.4.1 Perhitungan Beban Gravitasi pada Struktur Bangunan Beraturan....60
(7)
Beraturan Massa 200% Terletak pada Lantai 4 ... 61
IV.4.3 Perhitungan Beban Gravitasi pada Struktur Bangunan Tidak Beraturan Massa 350% Terletak pada Lantai 4 ... 62
IV.4.4 Perhitungan Beban Gravitasi pada Struktur Bangunan Tidak Beraturan Massa 500% Terletak pada Lantai 4 ... 64
IV.4.5 Perhitungan Beban Gravitasi pada Struktur Bangunan Tidak Beraturan Massa 200% Terletak pada Lantai 7 ... 65
IV.4.6 Perhitungan Beban Gravitasi pada Struktur Bangunan Tidak Beraturan Massa 350% Terletak pada Lantai 7 ... 66
IV.4.7 Perhitungan Beban Gravitasi pada Struktur Bangunan Tidak Beraturan Massa 500% Terletak pada Lantai 7 ... 67
IV.5 Perhitungan Beban Akibat Gempa ... 68
IV.5.1 Gaya Gempa untuk Analisis Statik Ekivalen... 68
IV.6 Analisis Statik Ekivalen ... 87
IV.6.1 Perhitungan Gaya Horizontal Statik Ekivalen untuk Struktur Bangunan Beraturan ... 90
IV.6.2 Perhitungan Gaya Horizontal Statik Ekivalen untuk Struktur Bangunan Tidak Beraturan Massa 200% Terletak pada Tingkat 4 ... 91
IV.6.3 Perhitungan Gaya Horizontal Statik Ekivalen untuk Struktur Bangunan Tidak Beraturan Massa 350% Terletak pada Tingkat 4 pada Tingkat ... 92
IV.6.4 Perhitungan Gaya Horizontal Statik Ekivalen untuk Struktur
(8)
IV.6.6 Perhitungan Gaya Horizontal Statik Ekivalen untuk Struktur
Bangunan Tidak Beraturan Massa 350% Terletak pada
Tingkat 7...95
IV.6.7 Perhitungan Gaya Horizontal Statik Ekivalen untuk Struktur Bangunan Tidak Beraturan Massa 350% Terletak pada Tingkat 7...96
IV.7 Analisis Struktur dengan Menggunakan Program SAP 2000 Versi 14... 98
IV.8 Analisis Spektrum Respons ... 101
IV.9 Hasil Analisis ... 101
IV.9.1 Kontrol Analisis... 101
A. Periode Struktur...101
IV.9.2 Respons Parameter dari Struktur... 109
A.Base Shear(Gaya Geser Dasar) Akibat Gempa...109
B.Displacement(Perpindahan) tiap tingkat...114
IV.10 Perbandingan Hasil Analisis Statik Ekivalen dengan Analisis Dinamik Ragam Spektrum Respons dengan SAP 2000 pada Struktur Beraturan dan Ketidakberaturan Massa ... 121
IV.11 Perbandingan Hasil Analisis Dinamik Ragam Spektrum Respons dengan SAP 2000 pada Struktur Beraturan dengan Ketidakberaturan Massa ... 122
A.Base Shear(Gaya Geser Dasar) Akibat Gempa...122
B.Displacement(Perpindahan) tiap tingkat...123
(9)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 125
V.1 Kesimpulan... 125
V.2 Saran ... 129
DAFTAR PUSTAKA
(10)
Tabel 3.1 Kategori Risiko Bangunan Gedung dan Struktur Lainnya
untuk Beban Gempa...32
Tabel 3.2 Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respons Percepatan pada Perioda Pendek ...36
Tabel 3.3 Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respons Percepatan pada Perioda 1 Detik ...36
Tabel 3.4 Koefisien untuk Batas Atas pada Perioda yang Dihitung...37
Tabel 3.5 Nilai Parameter Perioda Pendekatan Ctdan x ...37
Tabel 3.6 Faktor Keutamaan Gempa ...39
Tabel 3.7 Prosedur Analisis yang Boleh Digunakan ...40
Tabel 3.8 Faktor R, Cd, dan Ω 0untuk Sistem Penahan Gaya Gempa...41
Tabel 3.9 Faktor Amplifikasi untuk Periode Pendek (Fa)...47
Tabel 3.10 Faktor Amplifikasi untuk Periode 1 Detik (Fv) ...48
Tabel 4.1 Dimensi Balok dan Kolom ...52
Tabel 4.2 Beban Gravitasi Bangunan Tiap Tingkat Struktur Bangunan Beraturan ...57
Tabel 4.3 Beban Gravitasi Bangunan Tiap Tingkat Struktur Bangunan Tidak Beraturan Massa 200% Terletak pada Lantai 4 ...58
(11)
Tabel 4.4 Beban Gravitasi Bangunan Tiap Tingkat Struktur Bangunan Tidak
Beraturan Massa 350% Terletak pada Lantai 4 ...59
Tabel 4.5 Beban Gravitasi Bangunan Tiap Tingkat Struktur Bangunan Tidak
Beraturan Massa 500% Terletak pada Lantai 4 ...61
Tabel 4.6 Beban Gravitasi Bangunan Tiap Tingkat Struktur Bangunan Tidak
Beraturan Massa 200% Terletak pada Lantai 7 ...62
Tabel 4.7 Beban Gravitasi Bangunan Tiap Tingkat Struktur Bangunan Tidak
Beraturan 7 Tingkat Massa 350% Terletak pada Lantai 7...63
Tabel 4.8 Beban Gravitasi Bangunan Tiap Tingkat Struktur Bangunan Tidak
Beraturan 7 Tingkat Massa 500% Terletak pada Lantai 7...64
Tabel 4.9 Berat Tiap Tingkat Struktur Bangunan Beraturan ...66
Tabel 4.10 Berat Tiap Tingkat Struktur Bangunan Tidak Beraturan Massa 200%
Terletak pada Lantai 4 ...69
Tabel 4.11 Berat Tiap Tingkat Struktur Bangunan Tidak Beraturan Massa 350%
Terletak pada Lantai 4 ...72
Tabel 4.12 Berat Tiap Tingkat Struktur Bangunan Tidak Beraturan Massa 500%
Terletak pada Lantai 4 ...74
Tabel 4.13 Berat Tiap Tingkat Struktur Bangunan Tidak Beraturan Massa 200%
Terletak pada Lantai 7 ...77
Tabel 4.14 Berat Tiap Tingkat Struktur Bangunan Tidak Beraturan Massa 350%
(12)
Tabel 4.17 Gaya Horizontal Statik Ekivalen Struktur Beraturan ...87
Tabel 4.18 Gaya Horizontal Statik Ekivalen Struktur Tidak Beraturan Massa
200% Terletak pada Lantai 4 ...88
Tabel 4.19 Gaya Horizontal Statik Ekivalen Struktur Tidak Beraturan Massa
350% Terletak pada Lantai 4 ...89
Tabel 4.20 Gaya Horizontal Statik Ekivalen Struktur Tidak Beraturan Massa
500% Terletak pada Lantai 4 ...90
Tabel 4.21 Gaya Horizontal Statik Ekivalen Struktur Tidak Beraturan Massa
200% Terletak pada Lantai 7 ...91
Tabel 4.22 Gaya Horizontal Statik Ekivalen Struktur Tidak Beraturan Massa
350% Terletak pada Lantai 7 ...92
Tabel 4.23 Gaya Horizontal Statik Ekivalen Struktur Tidak Beraturan Massa
500% Terletak pada Lantai 7 ...93
Tabel 4.24 Periode Getar dari Struktur Beraturan ...98
Tabel 4.25 Periode Getar dari Struktur Tidak Beraturan yang Massa 200%
Terletak pada Lantai 4 ...99
Tabel 4.26 Periode Getar dari Struktur Tidak Beraturan yang Massa 350%
(13)
Tabel 4.27 Periode Getar dari Struktur Tidak Beraturan yang Massa 500%
Terletak pada Lantai 4 ...101
Tabel 4.28 Periode Getar dari Struktur Tidak Beraturan yang Massa 200%
Terletak pada Lantai 7 ...102
Tabel 4.29 Periode Getar dari Struktur Tidak Beraturan yang Massa 350%
Terletak pada Lantai 7 ...103
Tabel 4.30 Periode Getar dari Struktur Tidak Beraturan yang Massa 500%
Terletak pada Lantai 7 ...104
Tabel 4.31 HasilOutputNilaiBase Shearuntuk Struktur Bangunan Beraturan Sebelum Koreksi...105
Tabel 4.32 HasilOutputNilaiBase Shear untuk Struktur Bangunan Tidak Beraturan Massa 200% Terletak pada Tingkat 4
Sebelum Koreksi...106
Tabel 4.33 HasilOutputNilaiBase Shear untuk Struktur Bangunan Tidak Beraturan Massa 350% Terletak pada Tingkat 4
Sebelum Koreksi...106
Tabel 4.34 HasilOutputNilaiBase Shearuntuk Struktur Bangunan Tidak Beraturan Massa 500% Terletak pada Tingkat 4
Sebelum Koreksi...107
Tabel 4.35 HasilOutputNilaiBase Shear untuk Struktur Bangunan Tidak Beraturan Massa 200% Terletak pada Tingkat 7
(14)
Tabel 4.37 HasilOutputNilaiBase Shearuntuk Struktur Bangunan Tidak Beraturan Massa 500% Terletak pada Tingkat 7
Sebelum Koreksi...108
Tabel 4.38 HasilOutputNilaiBase Shearuntuk Struktur Bangunan Tidak Beraturan Massa 500% Terletak pada Tingkat 7
Setelah Koreksi ...109
Tabel 4.39 HasilOutputNilaiDisplacementuntuk Struktur Bangunan Beraturan 7 Tingkat ...110
Tabel 4.40 HasilOutputNilaiDisplacementuntuk Struktur Bangunan Tidak Beraturan Massa 200% Terletak pada Tingkat 4 ...110
Tabel 4.41 HasilOutputNilaiDisplacementuntuk Struktur Bangunan Tidak Beraturan Massa 350% Terletak pada Tingkat 4 ...111
Tabel 4.42 HasilOutputNilaiDisplacementuntuk Struktur Bangunan Tidak Beraturan Massa 500% Terletak pada Tingkat 4 ...112
Tabel 4.43 HasilOutputNilaiDisplacementuntuk Struktur Bangunan Tidak Beraturan Massa 200% Terletak pada Tingkat 7 ...113
Tabel 4.44 HasilOutputNilaiDisplacementdari Program SAP 2000 versi 14 untuk Struktur Bangunan Tidak Beraturan Massa 350% Terletak
(15)
Tabel 4.45 HasilOutputNilaiDisplacementuntuk Struktur Bangunan Tidak Beraturan Massa 500% Terletak pada Tingkat 7...115
Tabel 4.46 Perbandingan NilaiBase Shear (Gaya Geser Dasar) Analisis Statik Ekivalen dengan Analisis Dinamik Ragam Spektrum Respons
pada Struktur Beraturan dan Ketidakberaturan Massa ...115
Tabel 4.47 Perbandingan NilaiDisplacement (Perpindahan) Analisis Statik Ekivalen dengan Analisis Dinamik Ragam Spektrum Respons pada
Struktur Beraturan dan Ketidakberaturan Massa...115
Tabel 4.48 Perbandingan NilaiBase Shear (Gaya Geser Dasar) Analisis
Dinamik Ragam Spektrum Respons pada Struktur Beraturan dengan
Ketidakberaturan Massa ...116
Tabel 4.49 Perbandingan NilaiDisplacement (Perpindahan) Analisis Dinamik Ragam Spektrum Respons pada Struktur Beraturan dengan
Ketidakberaturan Massa ...117
Tabel 5.1 Perbedaan NilaiBase Shear(Gaya Geser Dasar) yang Dianalisis Secara Statik dengan Dinamik pada Struktur Ketidakberaturan
Massa ...119
Tabel 5.2 Perbedaan NilaiBase Shear(Gaya Geser Dasar) yang dianalisis Secara Statik dengan Dinamik pada Struktur Ketidakberaturan
Massa ...120
Tabel 5.3 Perbedaan NilaiDisplacement (Perpindahan) Tiap Tingkat yang Dianalisis Secara Statik dengan Dinamik pada Struktur
(16)
Tabel 5.5 Perbedaan NilaiDisplacement (Perpindahan) yang Dianalisis Secara Statik dengan Dinamik pada Struktur Ketidakberaturan Massa
Ditingkat 7 ...121
Tabel 5.6 Perbedaan NilaiBase Shear(Gaya Geser Dasar) yang Dianalisis Secara Dinamik pada Struktur Beraturan dengan Ketidakberaturan
Massa ...122
Tabel 5.7 Perbedaan NilaiDisplacement (Perpindahan) yang Dianalisis Secara Dinamik pada Struktur Beraturan dengan Ketidakberaturan
(17)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Pola Goyangan Struktur Bertingkat Banyak ... 8
Gambar 2.2 Pemodelan Struktur SDOF... 11
Gambar 2.3 Struktur 3 DOF dengan Redaman ... 13
Gambar 2.4 Keseimbangan Gaya Dinamik dengan fs, fd, dan fI... 15
Gambar 2.5 Peta Respons Spektrum Percepatan Gempa MCER (T=0,2 dt), Redaman 5%, Tanah SB, Probabilitas Terlampaui 2% dalam 50 Tahun... 26
Gambar 2.6 Peta Respons Spektrum Percepatan Gempa MCER (T=1,0 dt), Redaman 5%, Tanah SB, Probabilitas Terlampaui 2% dalam 50 Tahun... 26
Gambar 3.1 Statik Ekivalen ... 30
Gambar 3.2 Equivalent Lateral Force Procedure... 31
Gambar 3.3 Nilai K ... 38
Gambar 3.4 Desain Respons Spektrum... 50
Gambar 3.5 Beban Gempa Desain Spektrum Respons Zonasi Gempa 2010 Kota Medan... 54
Gambar 4.1 Denah Bangunan ... 57
Gambar 4.2 Potongan Struktur Bangunan Gedung Beraturan ... 57
Gambar 4.3 Potongan Struktur Bangunan Gedung Ketidakberaturan Massa pada Lantai 4 ... 58
(18)
Medan... 59
Gambar 4.6 Pemodelan Struktur pada Program SAP 2000 Versi 14 ... 98
Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Displacement Statik dengan Dinamik untuk Struktur Bangunan Beraturan... 114
Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Displacement Statik dengan Dinamik untuk Struktur Bangunan Tidak Beraturan Massa 200% Terletak
Ditingkat 4... 115
Gambar 4.9 Grafik Perbandingan Displacement Statik dengan Dinamik untuk Struktur Bangunan Tidak Beraturan Massa 350% Terletak
Ditingkat 4... 116
Gambar 4.10 Grafik Perbandingan Displacement Statik dengan Dinamik untuk Struktur Bangunan Tidak Beraturan Massa 500% Terletak
Ditingkat 4... 117
Gambar 4.11 Grafik Perbandingan Displacement Statik dengan Dinamik untuk Struktur Bangunan Tidak Beraturan Massa 200% Terletak
Ditingkat 7... 118
Gambar 4.12 Grafik Perbandingan Displacement Statik dengan Dinamik untuk Struktur Bangunan Tidak Beraturan Massa 350% Terletak
(19)
Gambar 4.13 Grafik Perbandingan Displacement Statik dengan Dinamik untuk Struktur Bangunan Tidak Beraturan Massa 500% Terletak
(20)
MDOF =Multi Degree Of Freedom
F = Beban Dinamik
ed = Eksentrisitas Rencana
ec = Eksentrisitas Teoritis
t = Waktu
y(t) = Simpangan Suatu Massa Sebagai Fungsi dari Waktu
m = Massa
c = Koefisien Redaman
k = Kekakuan Kolom
F(t) = Beban Dinamik Fungsi dari Waktu
FI = Gaya Inersia
FD = Gaya Redam
Fs = Gaya Pegas
ÿ = Percepatan
ý = Kecepatan
y = Simpangan
{ÿ} = Vektor Percepatan
{ý} = Vektor Kecepatan
{y} = Vektor Simpangan
{F(t)} = Vektor Beban
(21)
= Matriks Redaman Sistem
= Matriks Kekakuan Sistem
g = Percepatan Gravitasi yang ditetapkan sebesar 9810 mm/det2
Tn = Waktu Getar Alami (Detik)
a = Percepatan permukaan
T = Perioda Fundamental Struktur (Detik)
V =Base Shear(Gaya Geser Dasar) Cs = Koefisien Respons Seismik
W = Berat Seismik Efektif
SDS = Parameter Percepatan Spektrum Respons Desain dalam Rentang Perioda
Pendek
R = Faktor Modifikasi Respons
Ie = Faktor Keutamaan Gempa
SD1 = Parameter Percepatan Spektrum Respons Desain pada Perioda Sebesar
1,0 Detik
S1 = Parameter Percepatan Spektrum Respons Maksimum yang Dipetakan
Ta = Perioda Fundamental Pendekatan
hn = Ketinggian Struktur
Fx = Gaya Gempa Lateral
Cvx = Faktor Distribusi Vertikal
Ω 0 = Faktor Kuat Lebih Sistem
Cd = Faktor Pembesaran Defleksi
(22)
u (t) = Perpindahan Struktur Sebagai Fungsi dari Waktu
Φ = Matriks dari Vektor Eigen (Ragam Bentuk)
f = Frekuensi
V1 = Gaya Geser Dasar Nominal Sebagai Respons Ragam yang Pertama
terhadap Pengaruh Gempa Rencana
C1 = Nilai Faktor Respons Gempa yang didapat dari Spektrum Respons
Gempa Rencana
Wt = Berat Total Gedung Termasuk Beban Hidup yang Sesuai
Vt = Gaya Geser Dasar Nominal yang didapat dari Hasil Analisis Ragam
Spektrum Respons yang Telah Dilakukan
SS = Situs yang memerlukan Investigasi Geoteknik Spesifik dan Analisis
Respons Situs-Spesifik
Ts = Periode Bangunan Periode Pendek
T1 = Periode Bangunan Periode 1 Detik
ρ = Faktor Redundansi
SD = SpektrumDisplacement
SV = SpektrumVelocity
SA = SpektrumAcceleration
(23)
ABSTRAK
Analisis beban gempa dapat dilakukan dengan analisis statik maupun analisis dinamik. Tulisan ini bertujuan untuk meninjau sejauh mana keakuratan analisis statik ekivalen dalam meramalkan respons parameter dari struktur akibat gempa terhadap analisis dinamik spektrum respons. Struktur yang ditinjau yaitu struktur beraturan dan tidak beraturan diambil dari konfigurasi struktur yang memiliki perbedaan massa. Untuk struktur beraturan massa seragam yaitu tidak lebih dari 150% massa efektif tiap tingkat didekatnya. Sedangkan untuk struktur ketidakberaturan massa bervariasi yaitu 200%, 350%, dan 500% yang terletak ditingkat 4 dan 7. Kedua struktur masing-masing berlantai 7 dengan sistem rangka pemikul momen khusus (SRPMK). Analisis dinamik spektrum respons yang digunakan spektrum respons wilayah kota Medan untuk jenis tanah lunak pada bangunan perhotelan yang dikeluarkan oleh Spektra Indonesia. Untuk mempermudah proses perhitungan, analisis dilakukan dengan bantuan program SAP 2000 versi 14 dilakukan secara 3D. Respons parameter dari struktur yang ditinjau adalah base shear dan displacement tiap tingkat yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Dari hasil analisis diperoleh perbandingan yang tidak terlalu signifikan terhadap base shear dandisplacement. Maka dalam tugas akhir ini, hasil respons parameter dari struktur yang diperoleh analisis statik ekivalen masih akurat digunakan pada struktur beraturan dan ketidakberaturan variasi massa yaitu 200%, 350%, dan 500% karena memiliki nilai respons parameter dari struktur yang lebih besar dibandingkan dengan spektrum respons. Namun untuk nilaibase shearyang terbesar berada ditingkat 4 dengan variasi 500%. Sedangkan nilaidisplacement yang terbesar berada ditingkat 7 dengan variasi massa 500%.
Kata kunci:Analisis Statik Ekivalen, Analisis Dinamik, Analisis Spektrum Respons, Respons Parameter dari Struktur
(24)
I.1 Latar Belakang Masalah
Respons struktur akibat gempa yang terjadi dapat dianalisis dengan
analisis beban gempa yang sesuai peraturan yang berlaku. Analisis beban gempa
dapat dilakukan dengan analisis statik ekivalen, analisis spektrum respons, dan
analisis riwayat waktu (Time History). Menurut Widodo (2001) analisis riwayat waktu (Time History) merupakan metode yang paling mendekati untuk meramalkan respons parameter dari struktur akibat gempa. Tetapi, untuk
melakukan analisis riwayat waktu (Time History) diperlukan banyak perhitungan dan waktu yang cukup lama. Untuk penyederhanaan dari alasan tersebut, para ahli
menjadikan efek beban dinamik oleh gempa menjadi gaya statik horizontal yang
bekerja pada pusat massa, yang disebut dengan analisis statik ekivalen.
Analisis statik ekivalen yaitu suatu analisis yang hanya memperhatikan
ragam getar mode/ragam pertama. Ragam mode pertama tersebut dapat dianggap
mengikuti garis lurus (tidak lagi garis lengkung). Respons struktur akibat gempa
sangat dipengaruhi oleh bentuk bangunan itu sendiri. Bangunan dengan bentuk
beraturan, sederhana, dan simetris akan berperilaku lebih baik terhadap gempa
dibandingkan dengan bangunan yang tidak beraturan (Pauly dan Priestley, 1992).
Untuk struktur bangunan beraturan pengaruh gempa rencana dapat ditinjau
sebagai pengaruh beban gempa yang berprilaku statik, yaitu suatu representasi
(25)
2
bekerja pada suatu massa akibat gempa disederhanakan menjadi ekivalen beban
statik. Untuk struktur bangunan gedung yang tidak beraturan, pengaruh gempa
rencana harus ditinjau sebagai pengaruh pembebanan gempa yang berprilaku
dinamik dan analisisnya dilakukan berdasarkan analisis respons dinamik yaitu
suatu analisis dinamik yang memperhatikan semua ragam getar yang mungkin
terjadi pada struktur bangunan. Dalam tugas akhir ini analisis respons dinamik
akan menggunakan analisis spektrum respons.
Analisis spektrum respons yaitu suatu cara analisis dinamik struktur
dimana pada suatu model matematik dari struktur diberlakukan suatu spektrum
respons gempa rencana dan berdasarkan hal itu ditentukan respons struktur
terhadap gempa rencana tersebut melalui superposisi dari respons masing-masing
ragamnya. Analisis ini umumnya dapat dipakai untuk menentukan respons elastik
dari struktur-struktur gedung dengan derajat kebebasan banyak (MDOF) dimana
responsnya merupakan superposisi respons masing-masing ragam getaran bandul
sederhana satu derajat kebebasan (SDOF). Pada analisis spektrum respons jumlah
ragam getar yang ditinjau dalam penjumlahan respons ragam harus sedemikian
rupa sehingga partisipasi massa ragam efektif dalam menghasilkan respons total
harus mencapai sekurang-kurangnya 90%. Dilatarbelakangi hal tersebut penulis
tertarik untuk meninjau sejauh mana keakuratan penggunaan statik ekivalen
dibandingkan dengan analisis spektrum respons dalam menghitung respons
parameter dari struktur beraturan dan tidak beraturan. Dalam tugas akhir ini
respons struktur yang dibandingkan yaitu pada struktur beraturan dan tidak
(26)
RSNI 03-1726-201x menyatakan bahwa struktur bangunan yang memiliki
ketidakberaturan massa adalah salah satu konfigurasi bangunan yang dapat
mengkategorikan suatu bangunan menjadi struktur beraturan ataupun tidak
beraturan. Ketidakberaturan massa didefinisikan ada jika massa efektif semua
tingkat lebih dari 150% massa efektif tingkat didekatnya.
I.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas beberapa permasalahan yang akan dibahas
dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana menghitung respons parameter dari struktur beraturan dan
ketidakberaturan massa dengan analisis statik ekivalen?
2. Bagaimana menghitung respons parameter dari struktur beraturan dan
ketidakberaturan massa dengan analisis spektrum respons?
3. Bagaimana keakuratan analisis statik ekivalen terhadap analisis spektrum
respons dari perbandingan respons parameter dari struktur beraturan dan
ketidakberaturan akibat massa?
I.3 Maksud dan Tujuan
Tujuan tulisan ini yaitu untuk membandingkan respons parameter dari
struktur beraturan dan tidak beraturan yang dianalisis secara statik ekivalen dan
analisis spektrum respons. Sehingga dari analisis akan diperoleh keakuratan dari
analisis statik ekivalen terhadap analisis spektrum respons dalam menghitung
(27)
4
variasi massa yang berbeda-beda yaitu 200%, 350%, dan 500%. Respons
parameter dari struktur yang akan dibandingkan yaitu berupa gaya geser dasar
(base shear) dan perpindahan (displacement) tiap tingkat. I.4 Pembatasan Masalah
Adapun pembatasan masalah yang ditinjau dalam tugas akhir ini adalah 3
buah gedung yang dimodelkan sendiri. Model yang pertama adalah gedung
beraturan dengan massa tiap tingkatnya yang tidak lebih dari 150% massa efektif
tingkat didekatnya. Sedangkan 3 model lainnya merupakan gedung tidak
beraturan dengan variasi massa yaitu 200%, 350%, dan 500% massa efektif
tingkat didekatnya yang terletak pada lantai 4 dan 7. Gedung berfungsi sebagai
gedung perhotelan berlantai 7 dengan struktur beton bertulang. Bangunan tersebut
diasumsikan terletak di kota Medan dengan jenis tanah lunak. Untuk sistem
penahan gaya seismik digunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus
(SRPMK). Analisis beban gempa menggunakan analisis statik ekivalen dan
analisis spektrum respons sesuai RSNI 03-1726-201x. Beban gempa
menggunakan respons spektra desain kota Medan yang dikeluarkan oleh Spektra
Indonesia. Analisis statik ekivalen dan analisis spektrum respons dilakukan
dengan bantuan program SAP 2000. Hasiloutputyang ditampilkan adalah berupa respons parameter dari struktur yaitu gaya geser dasar (base shear) dan
(28)
I.5 Metedologi
Tulisan ini merupakan studi literatur yang membandingkan hasil analisis
dengan bantuan program SAP 2000. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
beberapa orang sebelumnya, maka penulis akan mencoba melakukan peninjauan
terhadap 3 model gedung, model yang pertama adalah gedung beraturan dengan
massa yang tidak lebih dari 150% dan 2 model lainnya adalah gedung tidak
beraturan dengan variasi massa yaitu 200%, 350%, dan 500% yang terletak pada
lantai 4 dan 7. Gedung perhotelan berlantai 7 dengan struktur beton bertulang
sistem rangka pemikul momen khusus. Gedung diasumsikan terletak di kota
Medan pada jenis tanah lunak. Ketiga gedung akan di prileminary designterlebih dahulu dan diberikan pembebanan gravitasi, baik itu beban mati maupun beban
hidup. Untuk beban gempa, dilakukan dengan menggunakan analisis statik
ekivalen sesuai peraturan terbaru RSNI 03-1726-201x dan analisis spektrum
respons dengan menggunakan respons spektra desain kota Medan yang
dikeluarkan oleh Spektra Indonesia. Langkah analisis yang akan digunakan yaitu
tiap model gedung dianalisis secara statik ekivalen dahulu dan dilanjutkan dengan
analisis dinamik yaitu analisis spektrum respons. Hasil output yang ditampilkan adalah berupa respons parameter dari struktur yaitu gaya geser dasar (base shear) dan perpindahan (displacement) tiap lantai. Dari hasil analisis akan dihitung perbandinganoutputyang dihasilkan analisis statik ekivalen dan analisis spektrum respons sehingga akan diperoleh keakuratan analisis statik ekivalen dibandingkan
dengan analisis spektrum respons dalam menghitung respons parameter dari
(29)
BAB II
TEORI DASAR
II.1 Umum
Sistem struktur yang mengalami problem dinamik mempunyai perbedaan
yang signifikan terhadap problem statik. Yaitu sistem struktur pembebanan
dinamik memerlukan sejumlah koordinat bebas (independent coordinate) untuk menetapkan susunan atau posisi sistem yang berhubungan dengan jumlah derajat
kebebasan (degree of freedom). Derajat kebebasan (degree of freedom) adalah derajat independensi yang diperlukan untuk menyatakan posisi suatu sistem pada
setiap saat. Apabila suatu titik yang ditinjau mengalami perpindahan tempat
secara horizontal, vertikal, dan ke samping misalnya, maka sistem tersebut
mempunyai 3 derajat kebebasan. Hal ini terjadi karena titik yang bersangkutan
dapat berpindah secara bebas dalam 3 arah. Pada umumnya struktur menerus
(continous structure) mempunyai jumlah derajat kebebasan tak berhingga. Model matematis untuk mengidealisasikan komponen-komponen sistem dengan tepat
dapat mereduksi jumlah derajat kebebasan suatu jumlah diskrit menjadi berderajat
kebebasan tunggal (Single Degree of Freedom/ SDOF) atau kebebasan banyak (Multi Degree of Fredom/MDOF). Maka dapat disimpulkan bahwa jumlah derajat kebebasan adalah jumlah koordinat yang diperlukan untuk menyatakan posisi
(30)
II.2 PrinsipShear Building
Suatu struktur bangunan bertingkat yang mengalami gaya horizontal akan
mengalami goyangan. Umumnya terdapat 3 macam pola goyangan yang dapat
terjadi, dimana pola tersebut dipengaruhi oleh kombinasi kelangsingan struktur,
jenis struktur utama penahan beban, dan jenis bahan yang dipakai. Misalnya,
struktur bangunan dengan core cantilever concrete wall akan berbeda polanya dengan struktur open moment resisting concrete frame. Pola goyangan yang pertama adalah bangunan yang bergoyang dengan dominasi geser (shear mode) atau pola goyangan geser. Pola semacam ini biasanya terjadi pada bangunan
bertingkat banyak dengan portal terbuka sebagai struktur utama. Struktur
bangunan relatif fleksibel, sementara plat-plat lantai relatif kaku terhadap arah
horizontal, seperti terlihat dalam gambar 2.1.a.
Pola goyangan yang kedua adalah pola goyangan dengan dominasi lentur
(flextural mode). Pola goyangan semacam ini biasanya terdapat pada bangunan yang mempunyai struktur dinding yang kaku, seperti pada frame wall atau
cantilever wall, yang kedua-duanya dijepit secara kaku di fondasinya. Struktur dinding yang kaku dengan anggapan jepit pada fondasinya akan membuat struktur
dinding berprilaku seperti struktur dinding kantilever dan akan berdeformasi
menurut prinsip lentur. Pola kedua ini terlihat pada gambar 2.1.b.
Pola goyangan yang ketiga adalah kombinasi diantara goyangan geser dan
goyangan lentur. Struktur portal terbuka yang dikombinasikan dengan struktur
dinding (frame wall structure) yang tidak terlalu kaku akan berprilaku goyangan kombinasi ini. Pola ketiga ini terlihat pada gambar 2.1.c. dibawah ini:
(31)
8
F F F
a)S hear M ode b)F lexural M ode c) Kom binasi
Gambar 2.1 Pola goyangan struktur bertingkat banyak Sumber: Widodo (2001)
Pada analisis dinamika struktur, pola goyangan yang pertama yang sering
dipakai dengan menganggap bahwa hanya terdapat satu derajat kebebasan pada
setiap tingkat. Penyederhanaan analisis ini didasarkan pada beberapa asumsi
sebagai berikut:
1. Massa struktur, yang meliputi massa akibat berat sendiri, beban berguna,
beban hidup, dan berat kolom pada ½ tingkat di bawah dan di atas tingkat
(32)
itu kemudian dianggap terkumpul dalam satu titik (lumped massa) pada elevasi tingkat tersebut. Hal ini dimaksudkan agar struktur yang terdiri atas
derajat kebebasan tak terhingga berkurang menjadi satu derajat kebebasan
saja;
2. Lantai tingkat dianggap sangat kaku dibanding dengan kolom-kolomnya
karena balok-balok portal disatukan secara monolit oleh plat lantai. Hal ini
berarti bahwa beam column joint dianggap tidak berotasi sehingga lantai tingkat tetap horizontal sebelum dan sesudah terjadi goyangan. Implikasi
dari anggapan ini adalah bahwa simpangan massa hanya ke arah horizontal
saja tanpa adanya puntir (massa momen inersia dianggap tidak ada). Hal
demikian tidak seperti pada struktur dengan banyak DOF;
3. Simpangan massa dianggap tidak dipengaruhi oleh beban aksial kolom
atau deformasi aksial kolom diabaikan. Disamping itu, pengaruh P-delta
terhadap momen kolom juga diabaikan.
Dengan anggapan tersebut di atas, maka portal seolah-olah menjadi
bangunan yang bergoyang akibat gaya lintang saja (lentur balok dianggap tidak
ada) atau bangunan yang pola goyangannya didominasi oleh geser saja (shear mode). Bangunan dengan prinsip di ataslah yang disebut shear building. Dengan perilaku shear building, maka pada setiap tingkat hanya akan mempunyai satu derajat kebebasan. Portal bangunan yang mempunyai n-tingkat berarti akan
mempunyai n-derajat kebebasan.
Untuk memperhitungkan gerakan memuntir, yang menimbulkan gaya
(33)
10
suatu tingkat, maka beban geser akibat gempa harus dikerjakan dengan suatu
eksentrisitas rencana (ed) terhadap pusat kekakuan dalam bidang horizontal yang
terjadi akibat bekerjanya beban geser tingkat yang eksentris terhadap pusat
kekakuan. Hal inilah yang biasa disebut dengan momen puntir tingkat.
Eksentrisitas teoritis (ec) adalah jarak antara pusat massa dan pusat kekakuan yang
diukur tegak lurus pada arah pembebanan.
II.3 Persamaan Diferensial pada Struktur SDOF (Single Degree of Freedom)
Pada problem dinamik, setiap titik atau massa umumnya hanya
diperhitungkan berpindah tempat dalam satu arah saja yaitu arah horizontal.
Karena simpangan hanya terjadi dalam satu bidang (2 dimensi) maka simpangan
suatu massa pada setiap saat hanya mempunyai posisi ordinat tertentu baik
bertanda positif ataupun negatif. Pada kondisi 2D tersebut simpangan suatu massa
pada saat (t) dapat dinyatakan dalam koordinat tunggal yaitu y (t). Struktur seperti
itu dinamakan struktur dengan derajat kebebasan tunggal. Secara umum bangunan
satu tingkat dianggap hanya mempunyai derajat kebebasan tunggal (single degree of freedom, SDOF). Struktur dengan derajat kebebasan tunggal (SDOF) hanya akan mempunyai satu koordinat yang diperlukan untuk menyatakan posisi massa
(34)
k
F (t)
a) Struktur SDOF
c) Model Matematik
b) Model Fisik Struktur SDOF
m c
d) Free Body Diagram
k c
F (t) Fs
FD FI
Gambar 2.2 Pemodelan Struktur SDOF Sumber: Widodo (2001)
Pada gambar 2.2.a tersebut tampak bahwa F(t) adalah beban dinamik yaitu
beban yang intensitasnya merupakan fungsi dari waktu. Sruktur seperti gambar
2.2.a kemudian digambar secara ideal seperti tampak pada gambar 2.2.b. Notasi
m, c, dan k seperti yang tampak digambar tersebut berturut-turut adalah massa,
koefisien redaman, dan kekakuan kolom. Pada gambar 2.2.c ditampilkan model
matematik untuk struktur SDOF yang mempunyai redaman. Pada gambar tersebut
bekerja sebuah gaya dinamik F(t).
Apabila beban dinamik F(t) seperti gambar 2.2.c bekerja ke arah kanan,
maka akan terdapat perlawanan pegas, damper, dan gaya inersia. Gambar 2.2.d
adalah gambar keseimbangan dinamik yang bekerja pada massa (m). Gambar
tersebut disebut free body diagram. Berdasarkan prinsip keseimbangan dinamik pada free body diagram tersebut dapat diperoleh hubungan dalam persamaan di bawah ini:
(35)
12
dimana:
FI = m. ÿ
FD= c. ý
Fs= k. y (2.2)
Yang mana FI, FD, dan FSberturut-turut adalah gaya inersia, gaya redam, dan gaya
pegas, sedangkan ÿ, ý, dan y berturut-turut adalah percepatan, kecepatan, dan
simpangan. Apabila persamaan 2.1 di atas disubstitusikan pada persamaan 2.2
maka akan diperoleh:
m.ÿ + c.ý + k.y = F (t) (2.3)
Maka pada persamaan (2.3) adalah persamaan diferensial gerakan massa suatu
struktur SDOF yang memperoleh pembebanan dinamik F(t). Pada problema
dinamik, sesuatu yang sangat penting untuk diketahui adalah simpangan
horizontal tingkat atau dalam persamaan tersebut adalah y(t). Simpangan
horizontal akan berpengaruh secara langsung terhadap momen kolom maupun
momen balok.
II.4 Persamaan Diferensial pada Struktur MDOF (Multi Degree of Freedom)
Secara umum struktur bangunan gedung tidaklah selalu dapat dinyatakan
didalam suatu sistem yang mempunyai derajat kebebasan tunggal (SDOF).
Struktur bangunan gedung justru banyak yang mempunyai derajat kebebasan
banyak (MDOF). Untuk menyatakan persamaan diferensial gerakan pada struktur
dengan derajat kebebasan banyak maka dipakai anggapan dan pendekatan seperti
pada struktur dengan derajat kebebasan tunggal (SDOF). Anggapan seperti prinsip
(36)
F3 (t)
k1
a) Struktur dengan 3 DOF
b) Model Matematik m1
c1
F2 (t)
F1 (t)
k3 k2 k1 h h h l l
F1 (t) k2
m2 c2
F2 (t) k3
m3 c3
F3 (t)
c) Free Body Diagram k1y1
c1ý1 m1ÿ1
k2 (y2-y1) c2(ý2-ý1) m2ÿ2
k3 (y3-y2) c3(ý3-ý2) m3ÿ3
(MDOF). Untuk memperoleh persamaan diferensial tersebut, maka tetap dipakai
prinsip keseimbangan dinamik pada suatu massa yang ditinjau. Untuk
memperoleh persamaan tersebut, maka diambil model struktur MDOF seperti
gambar 2.3.
Gambar 2.3 Struktur 3 DOF dengan redaman Sumber: Widodo (2001)
Struktur bangunan gedung bertingkat 3 (tiga) seperti gambar tersebut, akan
mempunyai 3 derajat kebebasan. Sering kali jumlah derajat kebebasan
dihubungkan secara langsung dengan jumlahnya tingkat. Persamaan diferensial
gerakan tersebut umumnya disusun berdasarkan atas goyangan struktur menurut
first mode atau mode pertama seperti yang tampak pada garis putus-putus pada gambar 2.2.a. Berdasarkan pada keseimbangan dinamik pada free body diagram akan diperoleh:
m1 ÿ1 + k1y1+ c1ý1–k2(y2-y1)–c2(ý2- ý1) - F1(t) = 0 (2.4)
m2 ÿ2+ k2(y2-y1) + c2(ý2- ý1)–k3(y3-y2)–c3(ý3- ý2)-F2(t) = 0 (2.5)
(37)
14 ) ( 3 ) ( 2 ) ( 1 3 2 1 3 3 0 3 2 1 2 0 2 2 1 3 2 1 3 3 0 3 2 1 2 0 2 2 1 3 2 1 3 0 0 0 2 0 0 0 1 , , , , , , , , , t F t F t F y y y k k k k k k k k k y y y c c c c c c c c c y y y m m m 3 3 0 3 2 1 2 0 2 2 1 , 3 3 0 3 2 1 2 0 2 2 1 , 3 0 0 0 2 0 0 0 1 k k k k k k k k k K c c c c c c c c c C m m m M
Pada persamaan-persamaan tersebut di atas tampak bahwa keseimbangan
dinamik suatu massa yang ditinjau ternyata dipengaruhi oleh kekakuan, redaman,
simpangan massa sebelum, dan sesudahnya. Persamaan dengan sifat-sifat seperti
itu umumnya disebut coupled equation, karena persamaan-persamaan tersebut akan bergantung satu sama lain. Penyelesaian persamaancoupled haruddilakukan secara simultan, artinya dengan melibatkan semua persamaan yang ada. Pada
struktur dengan derajat kebebasan banyak, persamaan diferensial gerakan
merupakan persamaan yangdependentataucoupledantara satu dengan yang lain. Selanjutnya dengan menyusun persamaan-persamaan di atas menurut
parameter yang sama (percepatan, kecepatan, dan simpangan), maka akan
diperoleh:
m1ÿ1+ (c1+c2)ý1- c2ý2+ (k1+k2)y1- k2y2= F1(t) (2.7)
m2ÿ2- c2ý1+ (c2+c3)ý2- c3ý3- k2y1+ (k2+k3)y2- k3y3= F2(t) (2.8)
m3ÿ3- c3ý2+c3ý3- k3y2+ k3y3= F3(t) (2.9)
Persamaan-persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk matriks sebagai berikut:
(2.10)
Matriks di atas dapat ditulis kedalam matriks yang lebih kompak, yakni:
[M]{ÿ} + [C]{ý} + [K]{y} = {F(t)} (2.11)
Dimana [M], [C], dan [K] berturut-turut adalah mass matriks, damping matriks,
dan matriks kekakuan yang dapat ditulis menjadi,
(38)
) ( 3 ) ( 2 ) ( 1 ) ( , 3 2 1 , 3 2 1 , 3 2 1 . . . . .. .. .. .. t F t F t F t F dan y y y Y y y y Y y y y Y F (t) Displacement y Velocityý Acceleration ÿ fSDisplacement y Velocityý
Acceleration ÿ
fD fI
(a) (b) (c) (d)
= + +
vector kecepatan, vektor simpangan, dan vektor beban, yang dapat dituliskan
sebagai berikut:
(2.13)
Secara visual Chopra (1995) menyajikan keseimbangan antara gaya dinamik, gaya
pegas, gaya redam, dan gaya inersia seperti gambar berikut:
Gambar 2.4 Keseimbangan Gaya Dinamik dengan fs, fd, dan fI
Sumber: Chopra (1995)
II.5 Struktur Beraturan dan Tidak Beraturan
Struktur bangunan gedung harus diklasifikasikan sebagai beraturan dan
tidak beraturan berdasarkan konfigurasi horizontal dan vertikal dari struktur
bangunan gedung. Konfigurasi bangunan hakekatnya adalah sesuatu yang
berhubungan dengan bentuk, ukuran, macam, dan penempatan struktur utama
bangunan, serta macam dan penempatan bagian pengisi.
Dalam RSNI 03-1726-201x pasal 7.3.2 struktur bangunan gedung
(39)
16
1. Ketidakberaturan horizontal pada struktur antara lain:
- Ketidakberaturan torsi;
Yaitu jika simpangan antar lantai tingkat maksimum, torsi yang
dihitung termasuk tak terduga, disebuah ujung struktur melintang
terhadap sumbu lebih dari 1,2 kali simpangan antar lantai tingkat
rata-rata di kedua ujung struktur. Dan hanya berlaku untuk struktur dimana
diafragmanya kaku atau setengah kaku.
- Ketidakberaturan torsi berlebihan;
Yaitu jika simpangan antar lantai tingkat maksimum, torsi yang
dihitung termasuk tak terduga, disebuah ujung struktur melintang
terhadap sumbu lebih dari 1,4 kali simpangan antar lantai tingkat
rata-rata di kedua ujung struktur. Dan hanya berlaku untuk struktur dimana
diafragmanya kaku atau setengah kaku.
- Ketidakberaturan sudut dalam;
Yaitu jika kedua proyeksi denah struktur dari sudut dalam lebih besar
dari 15% dimensi denah struktur dalam arah yang ditentukan.
- Ketidakberaturan diskontinuitas diafragma;
Yaitu jika terdapat diafragma dengan diskontinuitas atau variasi
kekakuan mendadak, termasuk yang mempunyai daerah terpotong atau
terbuka lebih besar 50% daerah diafragma bruto yang melingkupinya,
atau perubahan kekakuan diafragma efektif lebih dari 50% dari suatu
(40)
- Ketidakberaturan pergeseran melintang terhadap bidang;
Yaitu jika terdapat diskontinuitas dalam lintasan tahanan gaya lateral,
seperti pergeseran melintang terhadap bidang elemen vertikal.
- Ketidakberaturan sistem non-paralel.
Yaitu jika elemen penahan gaya lateral vertikal tidak paralel atau
simetris terhadap sumbu-sumbu ortogonal utama sistem penahan gaya
gempa.
2. Ketidakberaturan vertikal pada struktur antara lain:
- Ketidakberaturan kekakuan tingkat lunak;
Yaitu jika terdapat suatu tingkat dimana kekakuan lateralnya kurang
dari 70% kekakuan lateral tingkat di atasnya atau kurang 80%
kekakuan rata-rata 3 tingkat di atasnya.
- Ketidakberaturan kekakuan tingkat lunak berlebihan;
Yaitu jika terdapat suatu tingkat dimana kekakuan lateralnya kurang
dari 60% kekakuan lateral tingkat di atasnya atau kurang 70%
kekakuan rata-rata 3 tingkat di atasnya
- Ketidakberaturan berat (massa);
Yaitu jika massa efektif semua tingkat lebih dari 150% massa efektif
tingkat didekatnya. Atap yang lebih ringan dari lantai di bawahnya
tidak perlu ditinjau.
(41)
18
Yaitu jika dimensi horizontal sistem penahan gaya gempa disemua
tingkat lebih dari 130% dimensi horizontal sistem penahan gaya
gempa tingkat di dekatnya.
- Diskontinuitas arah bidang dalam ketidakberaturan elemen
penahan gaya lateral vertikal;
Yaitu jika pergeseran arah bidang elemen penahan gaya lateral lebih
besar dari panjang elemen itu atau terdapat reduksi kekakuan elemen
penahan ditingkat di bawahnya.
- Diskontinuitas dalam ketidakberaturan kuat lateral tingkat;
Yaitu jika kuat lateral tingkat kurang dari 80% kuat lateral tingkat di
atasnya. Kuat lateral tingkat adalah kuat lateral total semua elemen
penahan seismik yang berbagi geser tingkat untuk arah yang ditinjau.
- Diskontinuitas dalam ketidakberaturan kuat lateral tingkat yang
berlebihan.
Yaitu jika kuat lateral tingkat kurang dari 65% kuat lateral tingkat di
atasnya. Kuat lateral tingkat adalah kuat lateral total semua elemen
penahan seismik yang berbagi geser tingkat untuk arah yang ditinjau.
Sebaliknya jika suatu bangunan tidak termasuk dalam syarat yang berlaku
dalam RSNI 03-1726-201x pasal 7.3.2 dianggap gedung beraturan. Mengacu pada
peraturan lain menurut FEMA (Federal Emergency Management Agency) 451B, ketidakberaturan massa didefinisikan ada jika massa efektif sebarang tingkat lebih
dari 150% massa efektif tingkat yang berdekatan. Pengecualian ketidakberaturan
(42)
atasnya. Dalam tugas akhir ini difokuskan hanya membahas gedung tidak
beraturan akibat massa saja.
II.6 Metode Analisis Gaya Gempa
Metode analisis gempa yang digunakan untuk merencanakan bangunan
tahan gempa dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu analisis statik dan analisis
dinamik. Analisis yang sering digunakan yaitu analisis statik ekivalen. Sedangkan
analisis dinamik terdiri dari:
1. Analisis Spektrum Respons (Respons Spectrum); 2. Analisis Riwayat Waktu (Time History).
Dalam menganalisis perilaku struktur yang mengalami gaya gempa, semakin teliti
analisis yang dilakukan, perencanaannya semakin ekonomis, dan dapat
diandalkan. Pemilihan metode analisis statik dan dinamik umumnya ditentukan
dalam peraturan perencanaan yang berlaku bergantung pada bangunan tersebut
apakah termasuk gedung beraturan atau tidak beraturan.
A. Analisis Statik Ekivalen
Menurut Widodo (2001) analisis statik ekivalen adalah beban gempa
setelah disederhanakan dan dimodifikasikan yang mana gaya inersia yang bekerja
pada suatu massa akibat gempa disederhanakan menjadi ekivalen beban statik.
Beban yang ekivalen dengan beban gempa yang membebani bangunan dalam
batas-batas tertentu sehingga tidak terjadi overstress pada bangunan yang bersangkutan. Pada bangunan yang direncanakan statik ekivalen, bangunan
(43)
20
diasumsikan hanya terjadi satu bentuk lendutan selama bergerak pada saat gempa
terjadi.
Pawirodikromo (2012) juga mengatakan beban statik ekivalen adalah
efek beban dinamik disederhanakan menjadi gaya horizontal F yang bekerja pada
pusat massa. Gaya horizontal yang bekerja pada pusat-pusat massa bangunan
tersebut sifatnya hanya statik, artinya besar dan tempatnya tetap, sementara beban
dinamik intensitasnya berubah-ubah menurut waktu (dinamik). Gaya-gaya
horizontal tersebut sifatnya hanya ekivalen sebagai pengganti/representasi dari
efek beban dinamik yang sesungguhnya terjadi saat gempa bumi.
Analisis beban statik ekivalen adalah suatu cara analisis statik struktur,
dimana pengaruh gempa pada struktur dianggap sebagai beban-beban statik
horizontal untuk menirukan pengaruh gempa yang sesungguhnya akibat gerakan
tanah. Untuk struktur bangunan gedung beraturan, pengaruh gempa rencana dapat
ditentukan dengan cara analisis statik ekivalen. Pada analisis beban statik ekivalen
ragam getar 1 dianggap dominan. Pada saat terjadi gaya inersia maksimum,
kontribuasi dari ragam pertama adalah:
Gaya inersia:
{F1(1)} = [m] {ϋ(1)} = [m] {Φ(1)}Ϋ1(t) (2.14)
Nilai maksimum:
{F1(1)max} = [m] {Φ(1)} β1Sa (ω1, ζ1) (2.15)
Gaya geser dasar dapat dengan:
V(1)= [1]T{F1(1)} (2.16)
V(1)= [1]T[m] {Φ(1)} β
1Sa (ω1, ζ1) (2.17)
(44)
Untuk lantai ke “x”
(2.19)
Bila mode pertama diasumsikan segitiga linier maka Φx(1)= γhx
dimana:
γ = proporsional linier
(2.20)
dimana:
W = berat lantai yang ditinjau
B. Analisis Dinamik Ragam Spektrum Respons
Respons spektrum merupakan metode yang lebih sederhana dan cepat
dibanding dengan analisis riwayat waktu. Walaupun memakai prinsip dinamik,
tetapi model ini tidak merupakan analisis riwayat waktu sebagaimana metode
modal analisis, tetapi hanya mencari respons maksimum. Dengan memakai
respons spektrum yang telah ada pada tiap-tiap daerah gempa, maka
respons-respons maksimum dapat dicari dengan waktu yang jauh relatif singkat dibanding
dengan cara analisis riwayat waktu. Namun demikian cara ini hanya bersifat
pendekatan, karena respons struktur yang diperoleh bukan nyata-nyata oleh beban
gempa tertentu, melainkan berdasar pada respons spektrum (yang merupakan
produk akhir dari beberapa gempa).
Menurut Widodo (2001) spektrum respons adalah suatu spektrum yang
(45)
respons-22
respons maksimum berdasarkan rasio redaman dan gempa tertentu. Respons
maksimum dapat berupa simpangan maksimum (spektrum displacement, SD), kecepatan maksimum (spektrum velocity, SV), atau percepatan maksimum (spektrum acceleration, SA) suatu massa struktur dengan kebebasan tunggal atau
single degree of freedom (SDOF). Suatu spektrum maksimum suatu gempa tertentu kadang-kadang dinyatakan dalam fungsi sebagai berikut:
SD (ζ,T,μ , S)
SV (ζ,T,μ , S) (2.21)
SA (ζ,T,μ , S)
dimana:
ζ adalah rasio redaman
T adalah periode getar
μ adalah daktilitas struktur
S adalah jenis tanah
Berdasarkan persamaan (2.21) di atas dapat diketahui bahwa respons
spektrum suatu struktur SDOF akan bergantung pada beban gempa, rasio
redaman, periode getar, daktilitas struktur, dan jenis tanah setempat. Maka
variabel tersebut sudah dijadikan suatu kontrol sehingga grafik yang ada tinggal di
plot antara periode getar T lawan nilai simpangan, kecepatan, atau percepatan
maksimum.
Persamaan diferensial gerakan struktur SDOF akibat gerakan tanah/
gempa adalah:
mÿ + cẏ + ky = - mÿt (2.22)
dengan m, c, dan k masing-masing adalah massa, koefisien redaman, dan
(46)
kecepatan, dan simpangan massa dan yt adalah percepatan tanah akibat gempa.
Persamaan (2.22) di atas dapat ditulis menjadi:
(2.23)
Menurut prinsip analisis dinamika struktur terdapat hubungan:
dan (2.24)
Dengan ζ adalah rasio redaman (damping ratio) struktur dan ω adalah
frekuensi sudut struktur. Apabila k dan m diketahui maka frekuensi sudut ω
struktur dapat dihitung. Dengan demikian maka periode getar struktur T adalah:
(2.25)
Dengan demikian persamaan 3 akan menjadi:
(2.26)
Persamaan (2.26) adalah persamaan diferensial gerakan struktur dengan
derajat kebebasan tunggal umumnya adalah simpangan (y), kemudian dapat saja
dihitung kecepatan maupun percepatan massa. Penyelesaian persamaan (2.26)
umumnya dapat diperoleh baik secara analitik maupun dengan metode numerik.
Penyelesaian persamaan diferensial struktur SDOF akibat beban dinamik P(t)
dengan prinsip Duhamel’s Integral dengan persamaan sebagai berikut:
y(t)= (2.27)
dengan adalahdamped frequencyyang mempunyai hubungan:
(2.28)
(47)
24
a= F/m. Oleh karena itu untuk struktur SDOF dibebani dengan beban gempa yang
mempunyai percepatan tanah , maka persamaan di atas akan menjadi:
y(t)= (2.29)
Penyelesaian persamaan (2.29) tersebut akhirnya dilakukan secara
numerik dengan masih memakai prinsip Duhamel’s Integral. Apabila tidak terjadi
kesalahan dalam proses numerik, maka hasil penyelesaian persamaan (2.29)
tersebut akan bersifat eksak. Pada struktur yang fleksibel (T besar) maka
simpangan struktur sudah mendekati sifat sinusoidal. Respons struktur akan
mengikuti/ mirip dengan intensitas bebannya, artinya pada saat intensitas beban
besar maka responsnya juga besar dan sebaliknya. Pada saat tertentu akan dicapai
simpangan maksimum. Dan simpangan maksimum inilah yang diperlukan pada
spektrum simpangan yang biasa ditulis menjadi:
SD (ζ, T) = max|y (t)| (2.30)
Setelah riwayat simpangan diperoleh maka integrasi numerik juga dapat
diteruskan dengan menghitung riwayat kecepatan dan percepatan massa. Hasilnya
akan diperoleh spektral kecepatan SV dan spektral percepatan SA yang ditulis
dalam bentuk:
SV (ζ, T) = max |ẏ (t)| (2.31)
SA (ζ, T) = max |ÿ (t)| (2.32)
Terdapat bebarapa cara penyederhanaan tersebut, namun beberapa cara tersebut
akhirnya akan bermuara pada suatu hasil bahwa terdapat hubungan:
ẏ = ω y (2.33)
(48)
Hubungan pada persamaan 2.33 dan 2.34 tersebut bersifat pendekatan,
karena riwayat kecepatan dan percepatan tidak akan berlangsung dengan phase
yang sama dengan riwayat simpangan. Dari hubungan tersebut kemudian dapat
dianologikan bahwa:
PSV (ζ, T) = ω SD (ζ, T) (2.35)
PSA (ζ, T) = ω2
SD(ζ, T) (2.36)
Dengan PSV dan PSA berturut-turut adalah pseudo spektral kecepatan dan
pseudo spektral percepatan. Pseudo itu sendiri mempunyai arti maya/ tidak nyata
sehingga pseudo spektral kecepatan berarti spektral kecepatan yang sifatnya hanya
merupakan perkiraan. Beberapa literatur mengatakan bahwa apabila struktur tidak
mempunyai redaman (c=0) maka pseudo spektral percepatan akan sama dengan
spektral percepatan.
Setelah koefisien gempa dasar C dapat diketahui, maka gaya geser dasar V
yang bekerja pada dasar bangunan menurut Peraturan Perencanaan Tahan Gempa
Indonesia tahun 2002 yaitu:
(2.37)
Pada akhir tahun 2010 Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia tahun
2002 direvisi kembali menjadi Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Bangunan Gedung. Pada standar yang baru tersebut, beberapa hal
mengacu pada SNI 2002, UBC-97, IBC-2009, ASCE 7-10. Pada gambar 2.6 dan
2.7 adalah peta respons spektrum yang akan dipakai untuk membuat respons
(49)
26
Maka pembahasan selanjutnya untuk desain dibahas pada bab berikutnya sesuai
RSNI 03-1726-201x.
Gambar 2.5 Peta respons spektrum percepatan gempa MCER(T= 0,2 dt), redaman
5%, tanah SB, probabilitas terlampaui 2% dalam 50 Tahun Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum (2010)
Gambar 2.6 Peta respons spektrum percepatan gempa MCER(T= 1,0 dt), redaman
5%, tanah SB, probabilitas terlampaui 2% dalam 50 Tahun Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum (2010)
(50)
III.1 Umum
Perencanaan suatu struktur bangunan yang baik di wilayah yang rentan
akan gempa menjadi tantangan tersendiri bagi para ahli struktur. Namum, hal ini
tidak dapat menjadi hambatan untuk tetap mencapai kinerja suatu struktur
bangunan yang baik. Saat ini gedung tidak beraturan sudah semakin banyak.
Ketidakberaturan itu sendiri muncul karena adanya tuntutan estetika maupun tata
guna ruang. Bangunan dengan bentuk beraturan, sederhana, dan simetris akan
berperilaku lebih baik terhadap gempa dibandingkan dengan bangunan yang tidak
beraturan (Pauly dan Priestley, 1992). Struktur bangunan gedung harus
diklasifikasikan sebagai beraturan dan tidak beraturan berdasarkan konfigurasi
horizontal dari struktur bangunan gedung sesuai peraturan terbaru yaitu RSNI
03-1726-201x. Dalam tugas akhir ini salah satu jenis ketidakberaturan yang menjadi
objek studi merupakan ketidakberaturan akibat massa yang bervariasi terletak
pada tingkat 4 dan 7. Kedua struktur tersebut akan dianalisis dengan analisis statik
ekivalen dan analisis spektrum respons.
III.2 Analisis Statik Ekivalen
Menentukan besarnya lateral akibat gempa atau yang biasa disebut beban
(51)
28
beban gempa sesungguhnya bersifat dinamik yang berubah menurut waktu. Akan
tetapi, perencanaan beban dinamik lebih kompleks sehingga memerlukan lebih
banyak waktu dan tenaga. Oleh karena itu, dilakukan penyederhanaan menjadi
beban statik (statik ekivalen) dengan beberapa persyaratan. Analisis beban statik
ekivalen adalah suatu cara analisis struktur, dimana pengaruh gempa pada struktur
dianggap sebagai beban-beban statik horizontal untuk menirukan pengaruh gempa
yang sesungguhnya akibat gerakan tanah. Untuk struktur bangunan gedung
beraturan, pengaruh gempa rencana dapat ditinjau sebagai pengaruh beban gempa
yang berprilaku statik, yaitu suatu representasi dari beban gempa setelah
disederhanakan dan dimodifikasi yang mana gaya inersia yang bekerja pada suatu
massa akibat gempa disederhanakan menjadi gaya horizontal (Widodo, 2001).
Sebagaimana dijelaskan oleh Widodo (2001) bahwa sejarah pemakaian
beban gempa sudah diketahui sejak awal abad 20 tepatnya setelah gempa San
Fransisco USA 1906 dan gempa Messina-Reggio Italia 1908. Pada saat itu,
perilaku dinamik belum sepenuhnya dikuasai, terutama secara analitik, sehingga
dibentuk suatu komisi/perkumpulan yang terdiri dari para ahli yang bertugas
mempelajari perilaku gedung tahan gempa yang menghasilkan 2 (dua)
rekomendasi, yaitu bangunan diisolasi terhadap tanah dengan dukungan roll dan
bangunan disatukanrigiddengan fondasi. Rekomendasi kedua dipilih. Efek beban dinamik terhadap bangunan kemudian disederhanakan menjadi beban statik
ekivalen yang bekerja pada pusat massa yang bersangkutan. Pada tahun 1909
(52)
tidak 1/12 (8,33%) dari berat total bangunan. Sejak saat itu, perencanaan beban
statik ekivalen terus mengalami perkembangan.
Pada analisis beban statik ekivalen ragam getar pertama dianggap
dominan. Ragam mode pertama tersebut dapat dianggap mengikuti garis lurus (tidak lagi garis lengkung) dan respons dinamik strukturnya dapat ditampilkan
seolah-olah sebagai akibat dari suatu beban gempa statik ekivalen. Pada statik
ekivalen, hanya mode 1 yang diperhatikan, yang mana koordinat mode shape
dianggap linier dengan tinggi bangunan. Dekat tidaknya bentuk mode 1 dengan segitiga linier terbalik tersebut akan bergantung pada rasio antar kekakuan balok
dan kekakuan kolom. Semakin kecil rasio antar kekakuan tersebut maka bentuk
mode1 akan semakin dekat dengan segitiga linier terbalik (Widodo, 2001). Beban geser dasar (base shear) statik ekivalen tersebut, meskipun sifatnya statik, namun tidak diperoleh murni dari prinsip statik, tetapi sudah memperhatikan
prinsip-prinsip dinamik. Dalam konsep statik ekivalen tersebut, hanya massa yang
diperhitungkan, sedangkan konsep dinamik memperhitungkan massa, kekakuan,
dan redaman.
Sesuai RSNI 03-1726-201x pasal 7.3.2 struktur bangunan gedung tidak
beraturan dikategorikan dalam beberapa hal. Dalam tugas akhir ini difokuskan
membahas perbandingan struktur beraturan dengan ketidakberaturan akibat
massa. Untuk struktur bangunan gedung yang tidak beraturan, pengaruh gempa
rencana harus ditinjau sebagai pengaruh pembebanan gempa yang berprilaku
dinamik dan analisisnya dilakukan berdasarkan analisis respons dinamik, yaitu
(53)
30
e DS s
I R S C
akan terjadi pada struktur bangunan. Gedung beraturan umumnya dianggap
mempunyai distribusi inelastik yang seragam pada keseluruhan elemen sistem
penahan gaya lateral.
Gambar 3.1 Statik Ekivalen
III.2.1 Gaya Geser Dasar Seismik (V)
Geser dasar seismik (V) dalam arah yang ditetapkan harus ditentukan
sesuai dengan persamaan berikut:
V = CsW (3.1)
dimana:
Cs : koefisien respons seismik
W : berat seismik efektif
III.2.2 Koefisien Respons Seismik
Koefisien respons seismik (Cs) harus ditentukan sesuai dengan persamaan
berikut ini:
(3.2)
hn
hx
n
V
(54)
e D s I R T S C 1 e D s I R S C 0,5 1
Keterangan:
SDS : parameter percepatan spektrum respons desain dalam rentang perioda
pendek
R : faktor modifikasi respons Ie : faktor keutamaan gempa
Nilai Cs yang dihitung sesuai persamaan (3.2) tidak perlu melebihi nilai berikut ini:
(3.3)
Csharus tidak kurang dari 0,044 SDSIe ≥0,01
Sebagai tambahan, untuk struktur yang berlokasi di daerah dimana S1 sama
dengan atau lebih besar dari 0,6g makaCsharus tidak kurang dari:
(3.4)
Keterangan:
SD1 : parameter percepatan spektrum respons desain pada perioda sebesar 1,0
detik
T : perioda fundamental struktur (detik)
S1 : parameter percepatan spektrum respons maksimum yang dipetakan
R : faktor modifikasi respons Ie : faktor keutamaan gempa
Gambar 3.2Equivalent Lateral Force Procedure
Sumber: FEMA 451B (2007)
Equivalent Lateral Force Procedure Determine Base Shear:V = CsW
(55)
32
Dari persamaan di atas terlihat Cs dipengaruhi oleh spektra percepatan
periode pendek 0,2 detik SDS, spektra percepatan periode 1,0 detik SD1, koefisien
modifikasi respon (R), importance factor (I), dan periode getar struktur (T).
Importance factor (I) merupakan suatu faktor yang bertujuan untuk mereduksi kebutuhan daktilitas dan menghasilkan kerusakan yang lebih kecil. Akan tetapi,
sebelum proses perhitungan base shear dilakukan, perlu dilakukan beberapa langkah perencanaan yang lain, yaitu mengklasifikasikan struktur.
Untuk berbagai kategori risiko struktur bangunan gedung dan non gedung sesuai
tabel 3.1 pengaruh gempa rencana terhadapnya harus dikalikan dengan faktor
keutamaan I menurut tabel 3.6. Berikut kategori risiko bangunan gedung
berdasarkan RSNI 03-1726-201x disajikan dalam bentuk tabel. Dalam
perencanaan harus diketahui kategori resiko struktur yang mana berdasarkan tabel
berikut ini:
Tabel 3.1 Kategori Risiko Bangunan Gedung dan Struktur Lainnya untuk Beban Gempa
Jenis pemanfaatan Kategori
risiko Gedung dan struktur lainnya yang memiliki risiko rendah terhadap
jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Fasilitas pertanian, perkebunan, perternakan, dan perikanan;
- Fasilitas sementara; - Gudang penyimpanan;
- Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
I
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam kategori risiko I, III, IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Perumahan;
- Rumah toko dan rumah kantor; - Pasar;
(56)
Tabel 3.1 Lanjutan
Jenis pemanfaatan Kategori
risiko - Gedung perkantoran;
- Gedung apartemen/ Rumah susun; - Pusat perbelanjaan/ Mall;
- Bangunan industri; - Fasilitas manufaktur; - Pabrik.
II
Gedung dan struktur lainnya yang memiliki risiko tinggi terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Bioskop;
- Gedung pertemuan; - Stadion;
- Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit gawat darurat;
- Fasilitas penitipan anak; - Penjara;
- Bangunan untuk orang jompo.
Gedung dan struktur lainnya, tidak termasuk ke dalam kategori risiko IV, yang memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar dan/atau gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Pusat pembangkit listrik biasa; - Fasilitas penanganan air; - Fasilitas penanganan limbah; - Pusat telekomunikasi.
Gedung dan struktur lainnya yang tidak termasuk dalam kategori risiko IV, (termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses, penanganan, penyimpanan, penggunaan atau tempat pembuangan bahan bakar berbahaya, bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya, atau bahan yang mudah meledak) yang mengandung bahan beracun atau peledak di mana jumlah kandungan bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh instansi yang berwenang dan cukup menimbulkan bahaya bagi masyarakat jika terjadi kebocoran.
III
Gedung dan struktur lainnya yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang penting, termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk:
- Bangunan-bangunan monumental; - Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan;
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki
(57)
34
Tabel 3.1 Lanjutan
Jenis pemanfaatan Kategori
risiko fasilitas bedah dan unit gawat darurat;
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi, serta garasi kendaraan darurat;
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan tempat perlindungan darurat lainnya;
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas lainnya untuk tanggap darurat;
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan pada saat keadaan darurat;
- Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki penyimpangan bahan bakar, menara pendingin, struktur stasiun listrik, tangki air pemadam kebakaran atau struktur rumah atau struktur pendukung air atau mineral atau peralatan pemadam kebakaran) yang disyaratkan untuk beroperasi pada saat keadaan darurat.
Gedung dan struktur lainnya yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi struktur bangunan lain yang masuk ke dalam kategori risiko IV.
IV
III.2.3 Arah Pembebanan Seismik
III.2.3.1 Kriteria arah pembebanan
Arah penerapan beban gempa yang digunakan dalam desain harus merupakan
arah yang akan menghasilkan pengaruh beban paling kritis. Arah penerapan gaya
gempa diijinkan untuk memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Kategori desain seismik B
Untuk struktur bangunan yang dirancang untuk kategori desain seismik B, gaya
gempa desain diijinkan untuk diterapkan secara terpisah dalam masing-masing
arah dari dua arah ortogonal dan pengaruh interaksi ortogonal diijinkan untuk
(58)
b. Kategori desain seismik C
Pembebanan yang diterapkan pada struktur bangunan yang dirancang untuk
kategori desain seismik C harus minimum, sesuai dengan persyaratan untuk
kategori desain seismik B. Struktur yang mempunyai ketidakberaturan struktur
horizontal Tipe 5 harus menggunakan salah satu dari prosedur berikut:
Prosedur kombinasi ortogonal;
Struktur harus dianalisis menggunakan prosedur analisis gaya lateral ekivalen,
prosedur analisis spektrum respons ragam, atau prosedur riwayat respons linier,
dengan pembebanan yang diterapkan secara terpisah dalam semua dua arah
ortogonal. Pengaruh beban paling kritis akibat arah penerapan gaya gempa pada
struktur dianggap terpenuhi jika komponen dan fondasinya didesain untuk
memikul kombinasi beban-beban yang ditetapkan berikut: 100 persen gaya untuk
satu arah ditambah 30 persen gaya untuk arah tegak lurus; kombinasi yang
mensyaratkan kekuatan komponen maksimum harus digunakan.
Penerapan serentak gerak tanah ortogonal.
Struktur harus dianalisis menggunakan prosedur riwayat respons linier atau
prosedur riwayat respons nonlinier, dengan pasangan ortogonal riwayat
percepatan gerak tanah yang diterapkan secara serentak.
c. Kategori desain seismik D sampai F
Struktur yang dirancang untuk kategori desain seismik D, E, atau F harus
minimum, sesuai dengan persyaratan katergori desain seismik C. Sebagai
(59)
36
sistem penahan gaya gempa yang berpotongan dan dikenai beban aksial akibat
gaya gempa yang bekerja sepanjang baik sumbu denah utama sama atau melebihi
20 persen kuat desain aksial kolom atau dinding harus didesain untuk pengaruh
beban paling kritis akibat penerapan gaya gempa dalam semua arah.
Tabel 3.2 Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respons Percepatan pada Perioda Pendek
Nilai SDS
Kategori Resiko
I atau II atau III IV
SDS< 0,167 A A
0,167≤ SDS< 0,33 B C
0,33≤ SDS< 0,50 C D
0,50≤ SDS D D
Tabel 3.3 Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respons Percepatan pada Perioda 1 Detik
Nilai SDS
Kategori Resiko
I atau II atau III IV
SD1< 0,067 A A
0,067≤ SD1< 0,133 B C
0,133≤ SD1< 0,20 C D
0,20≤ SD1 D D
III.2.4 Perioda Fundamental Pendekatan (Ta)
Perioda getar struktur, dalam detik dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Ta= Cthnx (3.5)
Keterangan:
hn: ketinggian struktur, dalam meter di atas dasar sampai tingkat tertinggi struktur
(60)
n i k i i k x x VX h w h w C 1Tabel 3.4 Koefisien untuk Batas Atas pada Perioda yang Dihitung Parameter percepatan respons
Koefisien Cu
spektra desain pada 1 detik, SD1
0,4 1,4
0,3 1,4
0,2 1,5
0,15 1,6
0,1 1,7
Tabel 3.5 Nilai Parameter Perioda Pendekatan Ctdan x
Tipe Struktur Ct x
Sistem rangka pemikul momen di mana rangka memikul 100 persen gaya gempa yang disyaratkan dan tidak dilingkupi atau dihubungkan dengan komponen yang lebih kaku dan akan mencegah rangka dari defleksi jika dikenai gaya gempa:
Rangka baja pemikul momen 0,0724a 0,8
Rangka beton pemikul momen 0,0466a 0,9
Rangka baja dengan bresing eksentris 0,0731a 0,75
Rangka baja dengan bresing terkekang terhadap tekuk 0,0731a 0,75
Semua sistem struktur lainnya 0,0488a 0,75
III.2.5 Distribusi Gaya Horizontal Statik Ekivalen
Gaya gempa lateral (Fx) (Kg) yang timbul diseluruh tingkat harus
ditentukan dari persamaan berikut:
Fx= CvxV (3.6)
dan
(3.7)
Keterangan:
Cvx : faktor distribusi vertikal
V : gaya lateral desain total atau geser di dasar struktur (Kg)
widan wx : bagian berat seismik efektif total struktur (W) yang ditempatkan
(61)
38
hi and hx : tinggi (m) dari dasar sampai tingkat i atau x
k : eksponen yang terkait dengan perioda struktur sebagai berikut: untuk struktur yang mempunyai perioda sebesar 0,5 detik atau
kurang, k = 1
untuk struktur yang mempunyai perioda sebesar 2,5 detik atau lebih, k = 2
untuk struktur yang mempunyai perioda antara 0,5 dan 2,5 detik,
k harus sebesar 2 atau harus ditentukan dengan interpolasi linier antara 1 dan 2
Gambar 3.3 Nilai
K Sumber:
FEMA 451B (2007)
III.2.6
Faktor Keutamaan
Dalam RSNI 03-1726-201x ditentukan bahwa pengaruh gempa rencana
yang harus ditinjau dalam perencanaan struktur gedung serta berbagai bagian dan
peralatannya secara umum. Akibat pengaruh gempa rencana, struktur gedung serta
berbagai bagian dan peralatannya secara keseluruhan harus masih berdiri,
walaupun sudah berada dalam kondisi diambang keruntuhan. Gempa rencana
ditetapkan sebagai gempa dengan kemungkinan terlewati besarannya selama umur
(62)
struktur gedung dan non gedung sesuai tabel 3.1 pengaruh gempa rencana
terhadapnya harus dikalikan dengan suatu faktor keutamaan I menurut tabel 3.6.
Khusus untuk struktur bangunan dengan kategori risiko II, bila dibutuhkan pintu
masuk untuk operasional dari struktur bangunan yang bersebelahan, maka struktur
bangunan yang bersebelahan tersebut harus didesain sesuai dengan kategori risiko
II. Faktor keutamaan struktur (I) yaitu faktor pengali dari pengaruh Gempa
Rencana pada berbagai kategori gedung, untuk menyesuaikan periode ulang
gempa yang berkaitan dengan penyesuaian probabilitas dilampauinya pengaruh
tersebut selama masa layan gedung itu. Sedangkan beban gempa nominal adalah
beban gempa yang nilainya bergantung dari besarnya gempa rencana, tingkat
daktilitas struktur, dan juga tahanan lebih yang terkandung di dalam struktur.
Tabel 3.6 Faktor Keutamaan Gempa
Kategori Risiko Faktor Keutamaan Gempa, Ie
I atau II III IV
1,00 1,25 1,50
III.2.7 Penentuan Tipe Analisis Beban Lateral
Penentuan tipe analisis beban lateral disesuaikan pada karakteristik
(63)
40
Tabel 3.7 Prosedur Analisis yang Boleh Digunakan
Karakteristik Struktur
Analisis Analisis Prosedur
Kategori Gaya Spektrum Riwayat
Desain Lateral Respons Respons
Seismik Ekivalen Ragam Seismik
B, C
Bangunan dengan kategori risiko I atau II dari konstruksi rangka ringan
I I I
dengan ketinggian tidak melebihi 3 tingkat
Bangunan lainnya dengan kategori
risiko I atau II, dengan ketinggian I I I
tidak melebihi 2 tingkat
Semua struktur lainnya I I I
D, E, F
Bangunan dengan kategori risiko I atau II dari konstruksi rangka ringan
I I I
dengan ketinggian tidak melebihi 3 tingkat
Bangunan lainnya dengan kategori
risiko I atau II dengan ketinggian I I I
tidak melebihi 2 tingkat
Struktur beraturan dengan T < 3,5 Ts
dan semua struktur dari konstruksi I I I
rangka ringan
Struktur tidak beraturan dengan T < 3,5 Ts dan mempunyai hanya
I I I
ketidakteraturan horisontal Tipe 2, 3, 4, atau 5 dari Tabel 10 atau
ketidakteraturan vertikal Tipe 4, 5a, atau 5b dari Tabel 11 SNI 03-1726-201x hal 50
Semua struktur lainnya TI I I
Catatan:
I : Diijinkan TI : Tidak diijinkan
(64)
III.2.8 Struktur Penahan Beban Gempa
III.2.8.1 Pemilihan Sistem Struktur
Sistem struktur gaya gempa lateral dan vertikal dasar harus memenuhi salah satu
tipe yang disajikan dalam bentuk tabel yang sesuai dengan tabel 3.8 atau
kombinasi sistem. Pembagian setiap tipe berdasarkan pada elemen vertikal yang
digunakan untuk menahan gaya gempa lateral. Sistem struktur yang digunakan
harus sesuai dengan batasan sistem struktur dan batasan ketinggian struktur yang
ditunjukkan dalam tabel 3.8. Faktor modifikasi respons yang sesuai, R, faktor kuat
lebih sistem, Ω 0, dan faktor pembesaran defleksi, Cd, sebagaimana ditunjukkan
dalam tabel 3.8 harus digunakan penentuan geser dasar, gaya desain elemen, dan
simpangan antar lantai tingkat desain.
Tabel 3.8 Faktor R, Cd, dan Ω 0untuk Sistem Penahan Gaya Gempa
No Sistem penahan-gaya seismik
Koefisien Faktor Faktor Batasan sistem struktur modifikasi
kuat
lebih pembesaran dan batasan tinggi respons, sistem, defleksi, struktur (m)c
Ra Ω 0g Cdb Kategori desain seismik
B C Dd Ed Fe C Sistem rangka pemikul
momen
1
Rangka baja pemikul
momen khusus 8 3 5½ TB TB TB TB TB
2 Rangka batang baja
pemikul momen khusus 7 3 5½ TB TB 48 30 TI
3 Rangka baja pemikul
momen menengah 4½ 3 4 TB TB 10
h,i
TIh TIi
4 Rangka baja pemikul
momen biasa 3½ 3 3 TB TB TI
h
TIh TIi
5 Rangka beton bertulang
pemikul momen khusus 8 3 5½ TB TB TB TB TB
6 Rangka beton bertulang
pemikul momen menengah 5 3 4½ TB TB TI TI TI
7 Rangka beton bertulang
pemikul momen biasa 3 3 2½ TB TI TI TI TI
8
Rangka baja dan beton komposit pemikul momen khusus
(65)
42
Tabel 3.8 Lanjutan
No Sistem penahan-gaya seismik
Koefisien Faktor Faktor Batasan sistem struktur
modifikasi
kuat
lebih pembesaran dan batasan tinggi respons, sistem, defleksi, struktur (m)c
Ra Ω 0g Cdb Kategori desain seismik
B C Dd Ed Fe
9
Rangka baja dan beton komposit pemikul momen menengah
5 3 4½ TB TB TI TI TI
10
Rangka baja dan beton komposit terkekang parsial pemikul momen
6 3 5½ 48 48 30 TI TI
11
Rangka baja dan beton komposit pemikul momen biasa
3 3 2½ TB TI TI TI TI
12
Rangka baja canai dingin pemikul momen khusus pembautan
3½ 3 3½ 10 10 10 10 10
Catatan:
- R mereduksi gaya sampai tingkat kekuatan, bukan tingkat tegangan ijin; - a Faktor modifikasi respons, R, untuk penggunaan pada keseluruhan tata
cara;
- bFaktor pembesaran defleksi, Cd;
- cTB = tidak dibatasi dan TI = tidak diijinkan;
- d Untuk penjelasan sistem penahan gaya gempa yang dibatasi sampai bangunan dengan ketinggian 72 meter atau kurang;
- e Untuk sistem penahan gaya gempa yang dibatasi sampai bangunan dengan ketinggiam 48 meter atau kurang;
- f Rangka pemikul momen biasa diijinkan untuk digunakan sebagai pengganti rangka pemikul momen menengah untuk kategori desain seismik B atau C;
- g Harga tabel faktor kuat lebih, Ω 0, diijinkan untuk direduksi dengan
mengurangi setengah untuk struktur dengan diafragma fleksibel, tetapi tidak boleh diambil kurang dari 2,0 untuk segala struktur, kecuali untuk sistem kolom kantilever
- hUntuk struktur yang dikenai kategori desain seismik D atau E - iUntuk struktur yang dikenai kategori desain seismik F
- j Rangka baja dengan bresing konsentris biasa baja diijinkan pada bangunan satu tingkat sampai ketinggian 18 m di mana beban mati atap tidak melebihi 0,96 kN/m2dan pada struktur griya tawang
- k Penambahan ketinggian sampai 13,7 meter diijinkan untuk fasilitas gudang penyimpanan satu tingkat
- l Dinding geser didefinisikan sebagai dinding struktural
- m Definisi “ Dinding Struktur Khusus”, termasuk konstruksi pra cetak dan cetak di tempat
- n Definisi “ Rangka Momen Khusus”, termasuk konstruksi pra cetak dan cetak di tempat
(1)
T (detik) SA (g) 0 0.228
0.02 0.269 0.05 0.311 0.07 0.352 0.1 0.393 0.12 0.434 0.15 0.475 0.17 0.517 0.2 0.558 0.22 0.571 0.25 0.571 0.27 0.571 0.3 0.571 0.32 0.571 0.35 0.571 0.37 0.571 0.4 0.571 0.42 0.571 0.45 0.571 0.47 0.571 0.5 0.571 0.52 0.571 0.55 0.571 0.57 0.571 0.6 0.571 0.62 0.571 0.65 0.571 0.67 0.571
(2)
0.72 0.571 0.75 0.571 0.77 0.571 0.8 0.571 0.82 0.571 0.85 0.571 0.87 0.571 0.9 0.571 0.92 0.571 0.95 0.571 0.97 0.571 1 0.571 1.02 0.571 1.05 0.566 1.07 0.553 1.1 0.540 1.12 0.528 1.15 0.517 1.17 0.506 1.2 0.495 1.22 0.485 1.25 0.475 1.27 0.466 1.3 0.457 1.32 0.448 1.35 0.440 1.37 0.432 1.4 0.424 1.42 0.417
(3)
1.52 0.389 1.55 0.383 1.57 0.377 1.6 0.371 1.62 0.365 1.65 0.360 1.67 0.355 1.7 0.349 1.72 0.344 1.75 0.339 1.77 0.335 1.8 0.330 1.82 0.325 1.85 0.321 1.87 0.317 1.9 0.313 1.92 0.308 1.95 0.304 1.97 0.301 2 0.297 2.02 0.293 2.05 0.290 2.07 0.286 2.1 0.283 2.12 0.279 2.15 0.276 2.17 0.273 2.2 0.270
(4)
2.27 0.261 2.3 0.258 2.32 0.255 2.35 0.253 2.37 0.250 2.4 0.247 2.42 0.245 2.45 0.242 2.47 0.240 2.5 0.237 2.52 0.235 2.55 0.233 2.57 0.230 2.6 0.228 2.62 0.226 2.65 0.224 2.67 0.222 2.7 0.220 2.72 0.218 2.75 0.216 2.77 0.214 2.8 0.212 2.82 0.210 2.85 0.208 2.87 0.206 2.9 0.205 2.92 0.203 2.95 0.201 2.97 0.199
(5)
3.07 0.193 3.1 0.191 3.12 0.190 3.15 0.188 3.17 0.187 3.2 0.185 3.22 0.184 3.25 0.182 3.27 0.181 3.3 0.180 3.32 0.178 3.35 0.177 3.37 0.176 3.4 0.174 3.42 0.173 3.45 0.172 3.47 0.171 3.5 0.169 3.52 0.168 3.55 0.167 3.57 0.166 3.6 0.165 3.62 0.164 3.65 0.162 3.67 0.161 3.7 0.160 3.72 0.159 3.75 0.158
(6)
3.82 0.155 3.85 0.154 3.87 0.153 3.9 0.152 3.92 0.151 3.95 0.150 3.97 0.149 4 0.148
Program ini merupakan bagian dari Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung (RSNI-03-1726-201X)
Sumber data (MCER, CR dan MCEG) dari Tim Revisi Peta Hazard Gempa dan Tim Pengembangan Peta Gerak Tanah Gempa Resiko Tertarget untuk Indonesia
Software Dikembangkan Oleh : I Wayan Sengara, Andri Mulia, Masyhur Irsyam, M. Asrurifak
Kelompok Keahlian Geoteknik - Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan dan Pusat Penelitian Mitigasi Bencana)
Institut Teknologi Bandung 2011