Komponen Variasi Gaya Mengajar

4.4.1 Komponen Variasi Gaya Mengajar

Variasi gaya mengajar yang diterapkan dan dikembangkan guru berdasarkan pengamatan yang dilakukan adalah dengan menunjukkan penggunaan variasi suara, memusatkan perhatian siswa, mengadakan kesenyapan, mengadakan kontak pandang, memvariasikan gerakan badan dan ekspresi mimik muka, serta melakukan pergantian posisi. Variasi gaya mengajar berupa penggunaan variasi suara dilakukan guru sesuai dengan kebutuhan atau situasi ketika menyampaikan materi pelajaran. Berdasarkan penelitian, guru melakukan perubahan bunyi suara dari keras menjadi lemah, cepat menjadi lambat, serta tekanan pada kata-kata tertentu. Selain itu, guru juga memusatkan perhatian siswa pada hal-hal yang dianggap penting. Contoh penerapan variasi suara yang dilakukan oleh guru terdapat pada kelas IX c terdapat pada tuturan berikut. “Nah, menika aksara rekan. Aksara rekan menika wonten gangsal. Aksara rekan menika wonten pinten?Wonten pinten? Gangsal ... ‘ka’-‘ha’, ‘ge’- ‘ha’, ‘dhe’-‘zet’, ‘ef’ utawa ‘ve’, ‘zet’. Dadi, aksara rekan iku ana lima. ” “Nah, ini aksara rekan. Aksara rekan itu ada lima. Aksara rekan itu ada berapa? Ada berapa? Lima... „ka‟-„ha‟, „ge‟-„ha‟, „dhe‟-„zet‟, „ef‟ atau „ve‟, „zet‟. Jadi, aksara rekan itu ada lima.” Pada tuturan tersebut, guru mengadakan perubahan kecepatan suara dari cepat menjadi lambat ketika menyampaikan kalimat “Lima... „ka‟-„ha‟, „ge‟-„ha‟, „dhe‟-„zet‟, „ef‟ atau „ve‟, „zet‟.” Penekanan pada kata-kata yang dianggap penting dilakukan untuk lebih memusatkan perhatian siswa. Usaha guru dalam memusatkan perhatian siswa salah satunya terdapat pada penelitian di kelas VIII i. Pada saat mengerjakan tugas, siswa mulai menemui kesulitan dan banyak siswa yang bertanya dengan siswa lain sehingga suasana kelas menjadi ramai. Guru berusaha agar perhatian siswa kembali fokus dengan mengadakan kesenyapan sejenak, namun sebagian siswa belum menunjukkan respon yang diharapkan. Kemudian guru memusatkan perhatian siswa dengan tuturan sebagai berikut. “Nyuwun kawigatosan sekedhap. Nyuwun kawigatosan sekedhap. Minta perhatiannya sebentar. Ingkang kedah dipuntindakaken menapa? Ingkang kedah dados menapa? Cengkorongan pidhato. Dadi-ora-kudu-dadi-dina- iki, matenge. ” “Minta perhatian sebentar. Minta perhatian sebentar. Minta perhatiannya sebentar. Yang harus kamu lakukan apa? Yang harus dilakukan apa? Kerangka pidato. Jadi-tidak-harus-jadi-hari- ini, matangnya.” Selain contoh tersebut, usaha guru dalam memusatkan perhatian siswa adalah dengan cara memberikan alokasi waktu yang cukup kepada siswa untuk menyelesaikan tugas. Setelah waktu yang diberikan telah habis, guru mewajibkan siswanya untuk menyerahkan hasil kerjanya. Sehingga, siswa memiliki tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan oleh guru. Cara tersebut mampu membuat perhatian siswa tetap terpusat pada tugas yang dikerjakannya. Selain itu, usaha lain yang dilakukan guru untuk mempertahankan perhatian siswa adalah dengan mengadakan kontak pandang, melakukan variasi ekspresi mimik muka dan gerakan badan. Selain bertujuan untuk mempertahankan perhatian siswa, cara ini juga memudahkan siswa memahami maksud dari apa yang disampaikan oleh guru. Mobilitas guru di depan kelas diperlukan agar perhatian siswa pada pelajaran dapat terfokus. Semua gerakan yang dilakukan guru harus bermakna bagi siswa sebagai isyarat nonverbal.

4.4.2 Komponen Variasi Penggunaan Media Pengajaran