terpadu cukup berhasil mengondisikan kelas yang optimal. Disinilah pentingnya keterampilan mengelola kelas bagi seorang guru.
4.6.2 Komponen Bersifat Kuratif
Teknik kuratif biasanya dilakukan oleh guru untuk mengatasi tingkah laku siswa yang menyimpang atau gangguan yang muncul selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung. Pada penelitian ini, teknik kuratif diberikan oleh guru baik berupa teguran secara verbal maupun dengan memberikan penguatan negatif agar
siswa tidak mengulangi perbuatannya yang salah. Teknik kuratif berupa teguran dengan memberikan peringatan secara verbal
salah satunya terdapat pada penelitian di kelas VII d. Pada saat berlangsungnya penilaian drama, siswa yang belum mendapat giliran maju cenderung ramai dan
kurang memperhatikan kelompok siswa yang sedang maju, sehingga mengganggu jalannya penilaian. Sehingga, guru memberikan teguran verbal secara sopan untuk
mengembalikan suasana kelas agar tenang kembali. Tuturannya adalah sevagai berikut.
“E... mendel sik Ayo, liyane ora rame, ora usreg dhewe. Nontona, Cah.. Nek kamu rame, liyane ora isa nonton. Ya...
” “E... diam dulu Ayo, lainnya tidak ramai, tidak usah sibuk sendiri.
Nontonlah, Nak... Kalau kalian ramai, lainnya tidak bisa menonton. Ya...” Teguran hampir serupa juga terdapat di kelas IX c. Guru mula-mula
memberikan penguatan negatif dengan melakukan sikap diam sejenak. Dengan tidak merespon segala tingkah laku siswa, siswa dengan sendirinya akan
menyadari dan beberapa siswa yang tanggap mulai menunjukkan sikap tenang.
Setelah menunggu beberapa saat namun suasana kelas belum dapat tenang sepenuhnya, maka guru memberikan teguran dengan tuturan sebagai berikut.
“Iki perlu diteruske ning njaba, apa ning lapangan? Pilih ndi? Teruske po ra?Ora usah wis ya? Atis-atis ngene ki penak ngopi, ngeteh... Iki pasangane
apa piye, ta? Wis, Shelly pindhah ”
“Ini perlu dilanjutkan di luar, atau di lapangan? Pilih mana? Dilanjutkan apa tidak? Tidak usah lah ya? Dingin-dingin seperti ini enaknya ngopi, ngeteh...
Ini pasangannya atau bagaimana? Sudah, Shelly pindah”
Tuturan tersebut menunjukkan respon guru ketika terdapat tindakan menyimpang dari siswa yang berkelanjutan. Ketika guru akan menjelaskan materi
pelajaran, siswa masih terlihat ramai. Guru mengambil tindakan diam sejenak, namun kurang mendapat respon dari siswa. Sehingga guru memberikan teguran
secara verbal dengan menggunakan sindiran, namun tetap menghindari kata-kata yang kasar dan menyakitkan atau yang mengandung hinaan. Teguran guru
tersebut selain untuk mengendalikan kondisi kelas yang ramai, juga untuk menegur siswanya yang bertingkah laku menyimpang. Guru mendapati siswa
laki-laki dan perempuan yang duduk dalam satu bangku. Kemudian guru mengambil tindakan dengan menyuruh salah satu siswanya pindah ke bangkunya
semula sebagai cara untuk menangani tingkah laku keliru tersebut. Guru yang inisiatif mampu mengendalikan gangguan-gangguan yang muncul selama
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, sehingga pembelajaran dapat berjalan secara optimal.
Berdasarkan uraian hasil penelitian tentang implementasi keterampilan dasar mengelola kelas tersebut, suatu kondisi belajar yang optimal tercapai berkat
kemampuan guru dalam mengembangkan komponen keterampilan mengelola kelas, baik yang bersifat preventif maupun kuratif. Pengelolaan kelas yang efektif
merupakan syarat mutlak terjadinya proses belajar mengajar yang efektif. Mengimplementasikan komponen keterampilan mengelola kelas yang tepat dan
efektif mewujudkan tercapainya tujuan kegiatan belajar mengajar yang optimal.
4.7 Implementasi Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan