kooperatif. Teknik ini memberikan kesempatan siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain Lie 2008.
Tahapan model pembelajaran kooperatif model tipe Berpikir Berpasangan Berempat Think Pair Square ini hampir sama dengan tahapan pada model Berpikir
Barpasangan Berbagi Think Pair Share kecuali pada tahap berbagi. Pada model Berpikir Berpasangan Berempat langkah tersebut diubah menjadi berdiskusi atau bertukar
pendapat dan argumentasi dengan empat orang Setiawan 2009. Menurut Lie 2008, terdapat 4 langkah yang dilakukan dalam pembelajaran
Berpikir Berpasangan Berempat adalah sebagai berikut : a. Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan suatu
permasalahanpertanyaan pada kelas.
b. Setiap siswa secara individual diminta untuk merenungkan kemungkinan
jawabannya terlebih dahulu. Guru memberikan waktu yang cukup. Tahap ini disebut
tahap BerpikirThink. c. Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan
pasangannya. Pada kesempatan ini mereka bisa saling bertukar pikiran dan argumentasi tentang permasalahan yang disampaikan oleh guru. Tahap ini disebut
berdiskusi BarpasanganPairs.
d. Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat. Tahap ini
disebut BerempatSquare.
Bertolak dari pendapat di atas, maka pada intinya ada tiga kegiatan yang dapat dilakukan dalam penerapan pembelajaran Berpikir Berpasangan Berempat yaitu siswa
berpikirbekerja sendiri, kemudian berpasangan berdiskusi mencari jawaban, setelah itu bertukar pikiran berempat.
Kelebihan pembelajaran berpikir berpasangan berempat adalah siswa tidak hanya sekedar berdiskusi, tetapi siswa dituntut mempunyai jawaban sendiri, setelah itu
siswa bertukar pikiran dan berbagi jawaban tersebut dengan temannya. Metode pembelajaran ini dapat mengurangi kelemahan yang sering terjadi dalam kegiatan
diskusi, yaitu masih didominasi oleh siswa yang pandai, sedangkan siswa yang lainnya belum ikut berperan aktif dan tidak fokus dalam kegiatan diskusi dapat dihindari.
6.
Catatan Terbimbing
Media mempunyai arti yang cukup penting dalam proses belajar mengajar. Ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media
sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Penggunaan media pembelajaran pada tahap
orientasi pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat
siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, memudahkan penafsiran data dan memadatkan informasi Arsyad 2009.
Kemp dan Dayton dalam Arsyad 2009 mendefinisikan media sebagai bahan- bahan yang dipersiapkan di atas kertas untuk pembelajaran dan informasi. Media cetak
meliputi buku teks, atau bahan ajar, lembaran penuntun, penuntun belajar, penuntun instruktur, brosur dan newsletter serta teks program.
Salah satu bentuk media berbasis cetakan adalah catatan. Definisi catatan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia 2002 adalah peringatan, apa-apa yang sudah dicatat.
Sedangkan definisi mencatat adalah menuliskan sesuatu untuk peringatan, memasukkan dalam buku daftar dan sebagainya. Menurut Yamin 2007, bahwa hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain: kegiatan belajar mengajar, strategi pengembangan konsep dan keterampilan proses, serta catatan materi yang dibuat siswa.
Catatan yang dibuat siswa merupakan ringkasan dari buku teks atau informasi-informasi penting yang disampaikan oleh guru selama proses pembelajaran.
Pada penelitian ini, catatan yang digunakan bukan hanya catatan yang biasa ditulis oleh siswa dari papan tulis atau penjelasan guru. Akan tetapi, catatan yang
digunakan merupakan catatan yang telah
untuk kapan dan dimana siswa harus mencatat poin penting dari pelajaran, sehingga memberikan suatu yang efektif untuk membangkitkan keaktifan siswa Austin et al
2004.
7.
Pembelajaran Materi Pengelolaan Lingkungan
Berdasarkan silabus mata pelajaran biologi SMP N 40 Semarang materi Pengelolaan Lingkungan dipelajari di kelas VII semester genap. Materi ini untuk
mencapai Standar Kompetensi Memahami saling ketergantungan dalam ekositem dengan Kompetensi Dasar Mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk
mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Adapun materi pokok yang dipelajari yaitu pencemaran air, tanah, dan udara
dan dampak penebangan hutan. Pembelajaran biologi materi Pengelolaan Lingkungan mempunyai tujuan agar siswa mampu menjelaskan penyebab dan pengaruh pencemaran
air, tanah, dan udara kaitannya dengan aktivitas manusia serta upaya mengatasinya, mampu menjelaskan konsekuensi penebangan hutan dan pengaruhnya terhadap kerusakan
lingkungan BSNP 2006. Materi pengelolaan lingkungan mempunyai karakteristik materi yang sangat
berkaitan dengan lingkungan dan kehidupan sehari-hari. Dimana dalam materi pengelolaan lingkungan, siswa dituntut untuk dapat :
a. Menjelaskan konsekuensi penebangan hutan dan pengaruhnya terhadap kerusakan lingkungan serta upaya mengatasinya.
b. Menjelaskan pengaruh pencemaran air, udara dan tanah kaitannya dengan aktivitas manusia dan upaya mengatasinya.
c. Menyebutkan cara penanggulangan pencemaran dan kerusakan lingkungan. Berdasarkan karakteristik di atas, materi pengelolaan lingkungan membutuhkan
suatu pembelajaran yang dapat mengarahkan siswa mempelajari materi pengelolaan lingkungan dengan mengkaitkan materi tersebut dengan lingkungan dan kehidupan
sehari-hari. Salah satunya adalah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe berpikir berpasangan berempat, karena dengan mengajak siswa berpikir individu lalu
berdiskusi menganalisis masalah mengenai lingkungan dapat mengarahkan siswa untuk berpikir mengkaitkan masalah tersebut dengan lingkungan dan kehidupan sehari-hari.
B. Kerangka Berpikir