Elemen Bentuk dan Struktur Jathilan

98 menandai bahwa pertunjukan akan segera dimulai, dan para penontonpun mulai tampak berdatangan ke arena pertunjukan. Tepat pukul 13.30 pertunjukan Jathilan segera dimulai, dan diawali dengan tampilnya penari Bugisan, kemudian disusul penampilan Buta Bindi yang berpasangan dengan Patih, setelah itu diikuti oleh penari Prajurit Berkuda, Manuk Beri, Wanara, penari Barongan Brasak, serta penari Penthul Tembem yang didikuti oleh penari barongan Harimau. Dalam penyajian kesenian Jathilan yang dibawakan oleh kelompok kesenian Jathilan Campur Budhi Rukun ini disajikan secara bertahap yangmana antara tarian yang satu dengan yang lain bersusulan mengisi arena pertunjukkan dan setelah semua tarian sudah di arena mereka menari dengan gerakan yang serentak, tetapi setelah itu dilanjutkan dengan adegan perangan yang dilakukan oleh setiap kelompok tarian. Gerakan perangan merupakan suatu gerakan yang digunakan untuk meningkatkan emosi penari, sehingga dengan didorongnya emosi gerakan maupun musiknya, serta di dukung juga oleh peran serta pawang untuk memanggil roh yang akan masuk ke dalam penari, maka sebagian dari penari akan mengalami trance atau kerasukan. Pada waktu penari mengalami Trance, saat inilah rangkaian Jathilan mengalami klimaks, dan setelah penari di sembuhkan maka pertunjukan Jathilan berakhir, dan selesailah sudah rangkaian upacara Kirab Pusaka.

3.3.2. Elemen Bentuk dan Struktur Jathilan

1. Bentuk Arak-arakan Pada Waktu Kirab Pusaka Pertunjukan Jathilan pada waktu arak-arakan tidak membawakan suatu ceriata, tetapi hanya menampilkan tokoh-tokoh penari Jathilan secara keseluruhan. 99 Semua penari tersebut berjalan beriring-iringan sambil menari dengan ciri khas gerak masing-masing atau berdasarkan penokohannya. Musik selalu mengiringi gerak penarinya walaupun sambil berjalan, tanpa mengenal lelah. Dilihat penyajiannya dalam arak-arakan Kirab Pusaka pertunjukan Jathilan erat kaitannya dengan totemisme, karena banyak menampilkan peran-peran hewan. 2. Bentuk Pementasan Jathilan Bentuk pementasan Jathilan setelah mengiringi arak-arakan terlihat sangat sederhana, karena dalam penyajiannya dipersingkat, hanya terdiri dari tiga babak. Untuk babak pertama menyajikan dua orang penari Bugisan, dua orang penari Buta Bindi, enam orang Prajurit Berkuda, dua orang Wanara, dua orang Manuk Beri, delapan Orang Brasak, dua orang Penthul-Tembem dan dua orang Barongan yang berfunsi sebagai kepala dan ekor. Di babak pertama ini menarikan dengan cara bersusulan antara satu tarian dengan tarian yang lain, setelah semua keluar mereka menari secara bersama-sama. Dan untuk babak yang ke dua atau adegan kedua yaitu adegan perangan yang dilakukan oleh masing-masing kelompok sesuai dengan karakter tariannya. Serta pada babak ke tiga yaitu sebagai babak klimaks, karena beberapa penari mengalami trance. Selain itu, adegan ini disebut juga disebut dengan adegan penutup. Sebagaimana telah di bahas pada bab sebelumnya, bahwa bentuk penyajian Jathilan dalam Kirab Pusaka adalah sama dengan bentuk penyajian Jatilan pada umumnya yang ada di Magelang, hanya pada adegannya lebih 100 diperpendek atau singkat. Secara visual dan berurutan dapat di lihat pada gambar- gambar di bawah ini. Gambar 29 Foto Tari Bugisan foto: Cicilia Ika Rahayu Nita, 2004 101 Gambar 30 Foto Tari Buta Bindi foto: Cicilia Ika Rahayu Nita, 2004 Gambar 31 Foto Tari Kuda foto: Cicilia Ika Rahayu Nita, 2004 Gambar 32 102 Foto Tari Manuk Beri foto : Cicilia Ika Rahayu Nita , 2004 Gambar 33 Foto Tari Wanara foto ; Cicilia Ika Rahayu Nita , 2004 Gambar 34 103 Foto Tari Brasak foto : Cicilia Ika Rahayu Nita , 2004 Gambar 35 Foto Barongan foto : Cicilia Ika Rahayu Nita , 2004 Gambar 36 Foto Tari Penthul – Tembem 104 foto : Cicilia Ika Rahayu Nita , 2004 105

BAB IV FUNGSI JATHILAN DALAM UPACARA RITUAL KIRAB PUSAKA

4.1. Karakteristik Masyarakat Penikmat Pertunjukan Jathilan dalam Kirab Pusaka