34
tempat pembelajaran; 5 Penyiapan strategi dan metode pembelajaran; dan 6 Pengembangan alat evaluasi.
2 Proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan interaksi antara guru keterampilan dengan
siswa peserta dalam rangka mengembangkan kecakapan hidup melalui penguasaan materi pembelajaran. Pembelajaran meliputi langkah-langkah
sebagai berikut: 1 menghubungkan antara pengalaman belajar yang dimiliki siswa dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan; 2 penyajian
materi dalam bentuk pelatihan dan praktek; dan 3 evaluasi pembelajaran. 3 Akhir pembelajaran
Pada setiap akhir pembelajaran PKH pra-vokasional perlu dilakukan evaluasi hasil belajar. Evaluasi ini difokuskan untuk mengukur ketercapaian
kompetensi teknis dan indikator kecakapan hidup yang dikuasai siswa. Keberhasilan pembelajaran terlihat dari penguasaan peserta didik terhadap
kedua komponen tersebut. Metode evaluasi yang dapat digunakan untuk mengukur proses dan ketercapaian hasil belajar dapat dalam bentuk tes, non
tes, dan portofolio. Instrumen tes dapat berupa tes tulis. tes lisan dan tes tindakan. Non tes berupa observasi, wawancara, inventori mapun skala.
Portofolio merupakan kumpulan hasil dari tes maupun non tes yang menggambarkan kemampuan kompetensi siswa.
e. Evaluasi dan Tindak Lanjut.
Evaluasi program PKH adalah kegiatan untuk melihat efektivitas pelaksanaan program PKH pra-vokasional. Evaluasi dilakukan dalam bentuk
35
kegiatan pengumpulan, penelaahan, dan pemaknaan data dan informasi tentang pelaksanaan program.
Evaluasi program PKH pra-vokasioal ditujukan untuk memperoleh informasi tentang pelaksanaan program, yang digunakan untuk melakukan perbaikan atau
pengembangan program lebih lanjut. Secara rinci evaluasi ditujukan untuk memperoleh informasi tentang
1 kesesuaian pelaksanaan program PKH pra-vokasional dengan rencana yang telah disusun; 2 faktor-faktor penghambat pelaksanaan program PKH;
3 langkah-langkah yang telah dilakukan oleh pelaksana program dalam rangka mengatasi permasalahan yang timbul; dan 4 pelaksanaan program PKH pra-
vokasional. Adapun aspek-aspek yang dievaluasi pada program PKH pra-vokasional ini
meliputi persiapan, sosialisasi, orientasi, pembelajaran, dan evaluasi. 1.
Persiapan dan perencanaan program. Pada aspek ini evaluasi dilakukan untuk melihat kesesuaian program PKH yang dipilih dengan potensi lokal
yang dimiliki, minat dan karakteristik siswa, dan ketersediaan sumberdaya pendidikan.
2. Sosialisasi. Evaluasi pada aspek ini dilakukan untuk mengetahui
efektivitas penyampaian informasi tentang program kepada pihak-pihak terkait.
3. Orientasi. Evaluasi dilakukan pada aspek orientasi ditujukan untuk melihat
pemahaman siswa terhadap maksud, tujuan, dan manfaat.
36
4. Dari program PKH pra-vokasional yang akan dilaksanakan dan
mengetahui upaya pengelola dalam memotivasi siswa untuk mengikuti kegiatan tersebut.
5. Sumberdaya manusia. Evaluasi sumberdaya difokuskan pada optimalisasi
berbagai sumberdaya yang ada dalam menunjang program PKH pra- vokasional dan cara pelibatannya.
6. Pelaksanaan. Evaluasi aspek pelaksanaan program dilakukan untuk
melihat kesesuaian pelaksanaan program pembelajaranpelatihan dengan rencana yang telah dibuat, hambatan-hambatan yang dialami selama
pelaksanaan program, dan upaya-upaya yang dilakukan oleh sekolah. Perubahan sistem pemerintahan dari sentralistik menjadi desentralistik,
yang diatur dalam Undang-undang No. 32 2004, memiliki implikasi yang luas dan mendasar terhadap kebijakan dan praksis pendidikan di Indonesia. Pada era
sentralistik, pemerintah pusat memiliki peranan yang sangat luas, sejak dari perncanaan, penetapan program, smapai pada implementasi dan pengawasan
program pendidikan secara nasional. Untuk saat ini peran itu tidak dapat berlaku lagi, mengingat pendidikan merupakan salah satu urusan pemerintah pusat yang
didesentralisasikan. Dengan demikian kewenangan untuk mengurus pendidikan saat ini
terletak di pemerintah daerah atau kota. Dalam kerangka desetralisasi pendidikan, manajemen pendidikan berbasis sekolah dapat dimanfaatkan sebagai salah satu
pendekatan yang mampu menjanjikan peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan di setiap daerah. Meskipun demikian, pelaksanaan model manajemen
37
ini perlu didukung oleh berbagai persyaratan profesional sumber daya manusia, lingkungan sekolah dan masyarakat yang kondusif bagi bekerjanya prinsip-prinsip
manajemen berbasis sekolah. Tanpa ada daya dukung dari komunitas sekolah dan masyarakat, manajemen berbasis sekolah tidak akan mampu meningkatkan
kualitas sekolah dalam konteks desentralisasi pendidikan
2.5 Keterkaitan Manajemen Kepala Sekolah, Pendidikan Kecakapan Hidup