Ikatan keduniawian menimbulkan Punarbhawa

Kelas VI SD 190 Bhisma berusaha menghindar dari Dewi Amba, maka Bhisma dengan sembunyi-sembunyi pergi ke luar kota dan bersembunyi di pertapaan Bhagawan Parasu Rama. Dewi Amba akhirnya berhasil menemukan jejak Bhisma di pertapaan Bhagawan Parasu Rama. Dewi Amba menjelaskan kepada Bhagawan Parasu Rama mengapa dia mengejar Bhisma. Setelah mendengar penjelasan Dewi Amba, lalu Bhagawan Parasu Rama menyarankan Bhisma memenuhi keinginan Dewi Amba. Bhisma menolak saran tersebut. Karena Bhisma menolak, Bhagwan Parasu Rama marah dan menyuruh Bhisma pergi dari pasramannya. Bhisma lalu pergi dari Pasraman, Dewi Amba terus mengikutinya. Iapun membentangkan panahnya ke arah Dewi Amba dengan maksud menakut-nakuti, Sumber: Mayi nidhanam Gambar 4.5 Ilustrasi Srikandi merupakan penjelmaan dari Dewi Amba Buku Guru Pendidikan Hindu dan Budi Pekerti 191 namun Sang Dewi tidak bisa ditakut-takuti. Karena terlalu lama memegang panah, tangan Bhisma menjadi berkeringat, tanpa sengaja terlepaslah panahnya mengenai dada Dewi Amba. Sebelum meninggal Dewi Amba sempat berkata, “ Kanda Bhisma, demi cinta saya kepada kakanda saya selalu mengikuti kakanda, namun kakanda malah membunuh saya. Pada penjelmaan saya yang akan datang, saya akan menuntut balas membunuh kakanda.” Dewi Amba menjelma menjadi Srikandi, dan pada perang Bharata Yudha dia bersama Arjuna berhasil membunuh Bhisma. Jadi Dewi Amba mengalami kelahiran yang berulang karena ditarik oleh kekuatan duniawi yaitu rasa dendamnya kepada Bhisma.” disarikan dari Keutamaan Mahabharata. Nurkancana, Wayan. 2010

b. Punarbhawa sesungguhnya adalah merupakan pergantian badan yang lama ke badan yang baru

bagi Atma yang dialaminya dari kehidupan yang lain. Dalam terjemahanan seloka Bhagawadgita II. 22, disebutkan sebagai berikut: “Sebagaimana seseorang melemparkan bajunya yang sudah robek, dan memakai yang baru lainnya, demikian juga keadaan jiwa sejati, Jiwatma membuang badan yang telah hancur dan mengambil yang lainnya.” G.Puja, 2004:44 Kelas VI SD 192 Dalam terjemahanan seloka Bhagawadgita IV.5, disebutkan sebagai berikut: “ Banyak kehidupan yang Ku- telah jalani dan demikian pula engkau,O Arjuna. Semua kelahiran itu Aku ketahui, tetapi engkau tidak mengetahuinya, O Arjuna.” G.Puja, 2004:108 Semua orang sudah mengalami kelahiran yang berulang-ulang, tetapi mereka tidak mengetahui karena awidya lupa. Misalnya seorang bayi yang sejak baru lahir telah bisa menyusu pada ibunya tanpa dilatih, itu suatu pertanda bahwa dia telah memiliki pengalaman pada kelahirannya terdahulu. Adanya kelahiran manusia yang dalam kelahirannya sekarang memiliki kegemaran yang berbeda-beda, itu pertanda bahwa mereka telah memiliki pengalaman-pengalaman tentang kegemarannya itu pada kehidupannya yang sudah-sudah, tetapi mereka tidak mengingatnya karena awidya. Hanya Tuhanlah yang mengetahui kelahiran yang berulang-ulang itu. Dalam agama Hindu Tuhan juga dikatakan mengalami kelahiran yang berulang-ulang. Kelahiran Tuhan secara berulang-ulang disebut Awatara. Tujuan- nya adalah untuk menegakkan Dharma di dunia ini. Dalam terjemahan kitab Bhagawadgita IV. 6-8, disebutkan sebagai berikut, ” Meskipun Aku- tidak terlahirkan, dan sifat Ku kekal dan menjadi Iswara dari segala makhluk akan