Kurikulum 2013 membagi kompetensi sikap menjadi dua, yaitu sikap spiritual yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang beriman dan bertakwa, dan
sikap sosial yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. Sikap spiritual sebagai perwujudan
dari menguatnya interaksi vertikal dengan Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan sikap sosial sebagai perwujudan eksistensi kesadaran dalam upaya mewujudkan.
2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan Teknik penilaian kompetensi pengetahuan dilakukan dengan tes tulis, tes lisan,
dan penugasan. Tiap-tiap teknik tersebut dilakukan melalui instrumen tertentu yang relevan. Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, teslisan,
dan penugasan. 1 Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar
salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran.
2 Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan. 3 Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah atau projek yang dikerjakan
secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
3. Penilaian Kompetensi Keterampilan Berdasarkan Permendikbud nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian,
pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi
tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. 1
Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuaidengan tuntutan kompetensi.
2 Penilaian projek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang
harus diselesaikan dalam periode atau waktu tertentu. 3
Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang
bersifatreflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, danataukreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu.
2.4. Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013
Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 adalah pembelajaran berbasis teks. Dalam pembelajaran Bahasa berbasis teks, Bahasa Indonesia
diajarkan bukan sekadar sebagai pengetahuan bahasa, melainkan sebagai teks yang berfungsi untuk menjadi sumber aktualisasi diri penggunanya pada konteks
sosial-budaya akademis.
2.4.1 Perubahan Kurikulum di Pendidikan Indonesia
Hal yang abadi dan akan tetap berlangsung di dunia adalah perubahan. Perubahan terjadi karena perkembangan peradaban manusianya itu sendiri. Begitu pula
perkembangan kurikulum pendidikan di Indonesia yang selalu berkembang dan terus dikembangkan dari masa ke masa.
Perjalanan kurikulum pendidikan nasional yang dimulai sejak tahun 1945 telah beberapa kali mengalami perubahan seperti tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975,
1984, 1994, 2004, 2006 dan Kurikulum Tahun 2013. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial
budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Kurikulum merupakan seperangkat rencana pendidikan yang perlu dikembangkan
secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di pendidikan Indonesia.
Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945. Perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan
pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya. Perubahan kurikulum tersebut tentu disertai dengan tujuan pendidikan yang berbeda-beda, karena dalam
setiap perubahan tersebut ada suatu tujuan tertentu yang ingin dicapai untuk memajukan pendidikan.
Tabel 2.3 Perkembangan Kurikulum di Indonesia
No. Tahun
Fokus Orientasi
1 1968
Subject Matter Mata Pelajaran 2
1975 Terminal Objectives Tiu, Tik
3 1984
Keterampilan Proses CBSA Project 4
1994 Munculnya Pembagian Kamar Antara Kurikulum
Nasional Dengan Kurikulum Muatan Lokal
5 2004
Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK 6
2006 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP
7 2013
Kurikulum 2013
Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada
pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Penekanan dalam Kurikulum 1968, pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat,
dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik.
Sebagai pengganti kurikulum 1968 adalah kurikulum 1975. Dalam kurikulum ini menggunakan pendekatan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional PPSI,
mengarah kepada tercapainya tujuan spesifik, yang dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa. Dalam pelaksanaannya banyak menganut
psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon rangsang- jawab dan latihan drill.
Kurikulum 1984 berorientasi kepada tujuan instruksional, didasari oleh pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu
belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama
harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa. Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui Cara Belajar Siswa Aktif
CBSA. CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional
dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor
Materi pelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral yakni pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan
kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran yang diberikan.
Ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya adalah pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan Pembelajaran
di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat berorientasi kepada materi pelajaranisi. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru harus memilih dan
menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Untuk mengaktifkan siswa guru dapat memberikan
bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen dan penyelidikan. Dan dalam pengajaran suatu mata pelajaran harus menyesuaikan
dengan kekhasan konseppokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang
menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
Kurikukum yang dikembangkan pada tahun 2004 diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK. Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan
pada pengembangan kemampuan untuk melakukan kompetensi tugas-tugas tertentu sesuai dengan standard performan yang telah ditetapkan. Hal ini
mengandung arti bahwa pendidikan mengacu pada upaya penyiapan individu yang mampu melakukan perangkat kompetensi yang telah ditentukan.
Implikasinya adalah perlu dikembangkan suatu KBK sebagai pedoman pembelajaran.
Selanjutnya pada tahun 2006, dikembangkannya kurikulum KTSP. KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakan pada posisi yang
paling dekat dengan pembelajaran yakni sekolah dan satuan pendidikan. KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang memberikan otonomi
luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar mengajar di sekolah. Otonomi diberikan agar setiap
satuan pendidikan dan sekolah memiliki keleluasaan dalam mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai prioritas
kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.