Kayu Laminasi Moulding TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kayu Laminasi

Brown et al. 1952 mengemukakan bahwa kayu laminasi adalah kayu yang tersusun dari sejumlah papan yang disusun pada arah lebar, kemudian diikat oleh baut, perekat, atau alat pengikat lainnya dengan persyaratan arah serat papan saling sejajar. Produk kayu lamina merupakan salah satu bentuk produk kayu masa depan yang dapat dibuat dari kayu berdiameter kecil atau kayu berukuran kecil menjadi kayu berukuran besar melalui suatu proses perekatan yang nantinya bisa dimanfaatkan untuk tujuan konstruksi struktural Iskandar dan Santoso 2000. Kelebihan dari kayu lamina yaitu : 1. Kayu lamina dapat dibuat dengan bentuk dan ukuran yang paling ekonomis sesuai dengan penggunaannya. 2. Kayu lamina dapat dibuat dari kayu yang berukuran kecil menjadi bahan konstruksi, sehingga efisiensi pemanfaatan kayu dapat ditingkatkan. 3. Lamina-lamina dapat ditempatkan sesuai dengan besarnya tegangan yang terjadi pada balok. Kayu yang bermutu rendah dapat ditempatkan pada bagian balok yang timbul tegangan rendah sedangkan kayu yang bermutu tinggi ditempatkan pada bagian balok yang timbul tegangan maksimum Bodig 1982. Wirjomartono 1958 mengemukakan beberapa kekurangan dari kayu lamina yaitu : 1. Persiapan pembuatan kayu berlapis majemuk umumnya memerlukan biaya yang lebih besar dari konstruksi biasa. 2. Karena baik buruknya tergantung pada kekuatan sambungannya, maka pembuatannya memerlukan alat-alat khusus untuk keperluan tersebut dan orang-orang ahli. 3. Adanya kesulitan dalam pengangkutan pada kayu lamina berukuran besar dan bentuk-bentuk yang melengkung. Prospek kayu lamina di Indonesia akan sangat ditentukan oleh kemajuan dalam industri bangunan dan arsitektur. Dari segi teknis, kayu-kayu Indonesia dapat memenuhi, bahkan akan merupakan pendorong bagi industri perkayuan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan kayu Widarmana 1977 diacu dalam Sinaga 1989.

2.2. Moulding

Muchtar 1994 menjelaskan bahwa moulding adalah kayu olahan lanjutan dari kayu gergajian yang dibentuk secara khusus melalui mesin pembentuk seperti moulder, mesin bubut, mesin ketam wood working machines yang berkadar air maksimum 20 serta mempunyai tujuan penggunaan tertentu. Rahman 2005 mendefinisikan beberapa pengertian antara lain : 1. Moulding umumnya digunakan untuk hiasan. 2. Moulding dapat pula digunakan untuk bangunan struktural dan non- struktural. 3. Moulding adalah hasil bentukan dari kayu, bentuk tersebut variasinya sangat luas. 4. Moulding mempunyai variasi yang sangat banyak lebih dari 100 macam dengan berbagai ukuran termasuk bahan parquet flooring. Namun masih mengijinkan bentuk lain diluar bentuk standar asal sesuai dengan pembuat, penjual dan pembeli. Muchtar 1994 menjelaskan bahwa sistem pengujian moulding kayu Indonesia menggunakan sistem visual dan didasarkan pada sistem cacat dengan mengamati dan menetapkan jenis, ukuran, jumlah, serta penyebaran cacat yang ada pada moulding yang diuji. Apabila kayu memiliki cacat yang melebihi ketentuan baik jenis, ukuran, jumlah serta penyebarannya, maka mutu moulding tersebut menjadi turun atau dapat menyebabkan ditolak diuji. Pada hakekatnya setiap jenis kayu mempunyai respon yang berbeda-beda terhadap perlakuan pemesinan yang diterapkan. Respon ini dinilai sebagai sifat pemesinan kayu. Respon tersebut merupakan indikasi bagi pemakai bahan kayu manufacturer untuk menggunakan jenis kayu tersebut bagi suatu kegunaan tertentu, terutama untuk kegunaan sebagai alat-alat rumah tangga, barang kerajinan dan lain-lain Rachman dan Balfas 1989. Salah satu sifat dasar kayu yang penting adalah kemudahannya untuk dikerjakan dengan mesin. Setiap jenis kayu memiliki keragaman struktur anatomi, kandungan kimia, sifat fisis dan mekanis, sehingga saat kayu dikerjakan dengan mesin juga memberikan respon dengan keragaman yang besar Supriadi dan Rachman 2002.

2.3. Zat Ekstraktif Kayu