Pembuatan dan Pengujian Moulding

3.4.4. Pembuatan dan Pengujian Moulding

Kayu dipotong menjadi contoh uji dengan ukuran 30×5×2 cm. Contoh uji yang digunakan berjumlah 5 buah untuk masing-masing jenis perlakuan awal pada kedua jenis kayu. Contoh uji tersebut kemudian dikeringkan sampai kadar air kering udara. Pengujian dilakukan dengan mengamati bentuk cacat pemesinan yang dijumpai pada setiap contoh uji menurut perlakuan pemesinan sebagaimana terinci pada Tabel 4. Pengamatan dilakukan secara okuler dengan bantuan kaca pembesar berukuran 10 kali. Ukuran cacat pemesinan dinyatakan dalam persentase luas bagian kayu yang bercacat dari seluruh penampang pengujian pada masing-masing contoh uji. Nilai cacat yang diperoleh dari seluruh contoh uji selanjutnya diolah sehingga diperoleh nilai rata-ratanya. Nilai ini kemudian digunakan untuk menentukan besarnya nilai bebas cacat. Berdasarkan nilai bebas cacat pada setiap jenis kayu ditetapkan klasifikasi kualitas pemesinan, seperti disajikan pada Tabel 5. Pengujian ini mengacu pada ASTM D. 1666-64 yang dimodifikasi sesuai dengan kondisi bahan dan peralatan yang tersedia di Laboratorium Penggergajian dan Pengerjaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor Anonim 1981 dalam Supriadi dan Rahman 2002. Tabel 4. Bentuk cacat dan sifat pemesinan yang diamati Sifat pemesinan Bentuk cacat Penyerutan Pengampelasan Pembentukan Pemboran Serat terangkat Serat berbulu halus Serat patah Kehancuran Tanda serpih Kelicinan Penyobekan Bekas garukan + + + - + - - - - + - - - - - + + + - - + - - - - + - + - + + - Keterangan : + Bentuk cacat yang diamati - Bentuk cacat yang tidak diamati Definisi jenis-jenis cacat pemesinan menurut Rahman 2005 antara lain : 1. Serat menonjol yaitu munculnya serat ke permukaan kayu hasil pengerjaan sehingga membentuk gelombang karena adanya perbedaan tegangan pada jaringan tersebut 2. Serat berbulu halus yaitu terlepasnya serat-serat kayu yang menyerupai bulu- bulu ke permukaan kayu hasil pengerjaan, akibat adanya kayu tarik pada bagian tersebut 3. Serat patah yaitu terserpihnya serat ke pemukaan kayu hasil pengerjaan karena keratan pisau penyerut 4. Tanda serpih yaitu suatu cekungan pada permukaan kayu yang dangkal yang disebabkan serpihan atau serutan yang tertatah 5. Bekas garukan yaitu bekas pisau mesin pada permukaan kayu yang dibentuk menjadi moulding 6. Penyobekan yaitu tersobeknya serat kayu pada sekitar mata kayu atau tempat dimana arah serat bergelombang ke permukaan kayu hasil pengerjaan karena keratan pisau penyerut. Dalam pengujian sifat pemesinan ini digunakan beberapa mesin sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 8 sampai dengan Gambar 11. Spesifikasi mesin-mesin tersebut adalah sebagai berikut : 1. Mesin serut : 1480 rpm, kecepatan pengumpanan 0,1 ms, jenis pisau High Speed Steel HSS 2. Mesin ampelas : 2880 rpm, 11 HP, kecepatan pengumpanan 0,05 ms, dengan ukuran ampelas AA 80 3. Mesin pembentuk : jenis mesin hand router, 29000 rpm, kecepatan pengumpanan 0,1 ms, jenis pisau Tungsten Carbide Tool TCT 4. Mesin bor : 1420 rpm, jenis mata bor spiral diameter 3 cm, jenis pisau High Speed Steel HSS. Gambar 8. Proses penyerutan Gambar 9. Proses pengampelasan Gambar 10. Proses pembentukan Gambar 11. Proses pemboran Tabel 5. Nilai bebas cacat dan klasifikasi sifat pemesinan Nilai bebas cacat Kelas Kualitas pemesinan 0 – 20 21 – 40 41 – 60 61 – 80 81 – 100 V IV III II I Sangat buruk Buruk Sedang Baik Sangat Baik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN