87.16 Karakteristik aliran permukaan dan erosi pada perkebunan kelapa sawit dengan perlakuan teras gulud dan rorak di unit usaha Rejosari,PTP.Nusantara VII Lampung

34 Hubungan Curah Hujan dan Overland flow Curah hujan merupakan penyebab terjadinya overland flow. Apabila hujan yang jatuh pada suatu areal telah melebihi kapasitas infiltrasi tanah maka kelebihan air hujan tersebut akan berubah menjadi aliran air yang mengalir di permukaan overland flow. Jumlah overland flow hasil pengukuran lapang dari 25 kejadian hujan terpilih pada masing- masing perlakuan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Hubungan Curah Hujan dan Overland flow pada Masing- masing Perlakuan Tanggal Teras Gulud Kontrol Rorak CH OLF koef. limpasan CH OLF koef. limpasan CH OLF koef. limpasan mm mm mm mm mm mm 210206 18.9 0.05 0.24 23.42 0.19 0.81 24.01 0.03 0.11 240206 14.68 0.08 0.57 9.02 0.00 0.00 6.39 0.00 0.00 250206 98.90 32.23 32.59 93.59 57.82 61.78 88.60 2.45 2.77 270206 21.88 0.09 0.39 18.79 0.81 4.30 20.12 0.26 1.29 010306 39.61 2.75 6.93 42.46 6.29 14.81 35.24 0.96 2.72 040306 19.74 0.29 1.47 9.72 0.00 0.00 9.87 0.00 0.00 080306 23.38 0.64 2.75 23.74 0.64 2.71 15.08 0.00 0.00 110306 16.09 0.04 0.23 13.06 0.18 1.36 7.49 0.00 0.00 150306 36.49 1.24 3.40 31.90 1.49 4.66 26.34 0.17 0.66 210306 18.25 0.06 0.33 13.81 0.11 0.79 19.49 0.10 0.50 220306 14.81 0.02 0.13 13.32 0.17 1.26 18.66 0.11 0.58 280306 16.36 0.001 0.01 13.07 0.11 0.83 19.49 0.10 0.53 040406 32.79 2.27 6.92 25.46 0.66 2.59 31.76 0.23 0.73 050406 13.89 0.05 0.36 17.36 0.14 0.80 27.64 0.19 0.70 090406 15.00 0.08 0.51 14.15 0.13 0.94 12.43 0.00 0.00 100406 40.26 2.27 5.64 19.74 0.18 0.91 20.29 0.12 0.57 110406 18.83 0.01 0.05 29.09 0.98 3.38 26.21 0.23 0.86 190406 18.60 0.30 1.61 8.22 0.00 0.00 5.75 0.00 0.00 200406 19.42 0.23 1.20 23.42 0.41 1.76 15.69 0.12 0.78 220406 80.52 16.14 20.04 61.80 25.17 40.73 69.54 1.98 2.85 290406 16.23 0.16 0.97 11.46 0.11 0.94 12.95 0.00 0.00 260506 27.92 0.001 0.00 24.52 0.00 0.00 26.42 0.10 0.38 280506 34.42 0.18 0.52 30.10 0.22 0.73 26.04 0.10 0.38 060606 26.75 0.08 0.28 22.92 0.03 0.13 22.49 0.03 0.13 140606 10.52 0.00 0.00 15.65 0.00 0.00 16.67 0.03 0.17 Jumlah 694.24

59.25 87.16

609.79 95.83 146.23 604.66 7.30 16.70 Keterangan : CH : Curah Hujan OLF : Overland flow 35 Berdasarkan Tabel 3, curah hujan yang terjadi pada perlakuan terasa gulud berkisar antara 10.52 mm sampai 98.90 mm dan overland flow yang terjadi berkisar antara 0.001 mm – 32.23 mm. Pada perlakuan teras gulud jumlah curah hujan tertinggi sebesar 98.90 mm yang terjadi pada tanggal 25 Februari 2006 dan menghasilkan overland flow sebesar 32.23 mm dengan nilai koefisien limpasan sebesar 32.59 . Pada musim hujan jumlah curah hujan terendah pada perlakuan teras gulud yang mampu menghasilkan overland flow adalah sebesar 13.89 mm dengan jumlah overland flow sebesar 0.05 mm. Sedangkan pada periode musim kemarau jumlah curah hujan terendah yang mampu menghasilkan aliran permukaan adalah sebesar 26.75 mm dengan jumlah aliran permukaan sebesar 0.08 mm. Karakter yang sama juga terlihat pada perlakuan kontrol dan rorak. Curah hujan tertingi yang mampu menghasilkan aliran permukaan pada perlakuan kontrol adalah sebesar 93.59 mm dan menghasilkan aliran permukaan sebesar 57.82 mm, sedangkan pada rorak curah hujan tertinggi 88.60 mm menghasilkan aliran permukaan sebesar 2.45 mm. Memasuki periode musim kemarau terdapat perbedaan besarnya jumlah curah hujan yang mampu menimbulkan overland flow pada perlakuan kontrol dan rorak, walaupun besarnya overland flow yang dihasilkan sama yaitu 0.03 mm. Pada perlakuan kontrol curah hujan terendah yang mampu menimbulkan overland flow adalah sebesar 22.92 mm yang terjadi pada tanggal 6 Juni 2006, sedangkan curah hujan terendah pada rorak hanya sebesar 16.67 mm yang terjadi pada tanggal 14 Juni 2006. Hal ini disebabkan karena pada perlakuan kontrol aliran air telah terhenti sejak tanggal 9 Mei 2006, sehingga tanah memiliki kadar air yang 36 relatif lebih rendah. Rendahnya kadar air tanah awal tersebut menyebabkan curah hujan yang jatuh lebih banyak terinfiltrasi ke dalam tanah untuk memenuhi kapasitas lapang dan hanya sebagian kecil dari curah hujan yang menjadi overland flow. Korelasi antara curah hujan dan overland flow yang terjadi pada masing- masing perlakuan disajikan pada Gambar 7. Berdasarkan ilustrasi pada Gambar 7 diperoleh bahwa aliran permukaan overland flow yang dihasilkan bervariasi sejalan dengan variasi curah hujan yang jatuh, dimana aliran permukaan yang dihasilkan akan meningkat dengan meningkatnya curah hujan. Gambar 7. Korelasi Antara Curah Hujan dan Overland flow pada Teras Gulud a, Perlakuan Kontrol b dan Rorak c. Gambar 7 juga menunjukkan bahwa pada ketiga perlakuan mempunyai pola hubungan curah hujan dan overland flo w yang sama, dimana dari persamaan a y = 0,3149x - 6,3746 R 2 = 0,8577 10 20 30 40 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 Curah Hujan mm Overland flow mm b y = 0,6103x - 11,054 R 2 = 0,8448 10 20 30 40 50 60 70 - 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Curah Hujan mm Overland flow mm c y = 0,0316x - 0,473 R 2 = 0,90 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 - 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Curah Hujan mm Overland flow mm 37 yang dihasilkan tidak mampu mewakili besarnya curah hujan di bawah 20 mm. Hal ini berarti bahwa curah hujan di bawah 20 mm tidak terdapat kecenderungan peningkatan curah hujan yang diikuti oleh peningkatan overland flow. Walaupun pada umumnya terjadi peningkatan curah hujan yang diikuti oleh peningkatan aliran permukaan langsung overland flow, akan tetapi terdapat beberapa faktor lain yang juga berpengaruh sehingga besarnya curah hujan tidak bisa dijadikan sebagai parameter utama dalam menentukan besarnya overland flow. Faktor lama hujan dan keadaan air tanah awal juga berpengaruh terhadap besarnya overland flow yang dihasilkan. Apabila keadaan air tanah awal rendah, maka curah hujan yang turun akan lebih banyak terinfiltrasi ke dalam tanah sampai kapasitas lapang terpenuhi, sehingga jumlah air yang keluar sebagai aliran permukaan langsung overland flow menjadi lebih kecil. Hal ini dapat terjadi pada kejadian hujan dengan jumlah curah hujan rendah, dimana curah hujan yang jatuh kurang dari kapasitas infiltrasi tanah. Sebaliknya apabila curah hujan melebihi kapasitas infiltrasi tanah maka tanah akan lebih cepat mencapai keadaan jenuh. Hal ini mengakibatkan hanya sebagian kecil dari hujan yang jatuh yang akan terinfiltrasi ke dalam tanah dan selebihnya akan mengisi cekungan-cekungan di permukaan dan pada akhirnya akan meningkatkan jumlah overland flow. Intensitas Hujan dan Debit Puncak Hubungan antara intensitas maksimum 30 menit dan debit puncak pada masing- masing perlakuan disajikan pada Tabel 4. Peningkatan debit puncak aliran umumnya sejalan dengan peningkatan intensitas hujan, namun pada beberapa kejadian hujan faktor lama hujan juga berpengaruh terhadap debit puncak yang 38 terjadi. Gambaran hubungan antara intensitas hujan dan debit puncak disajikan pada Gambar 8. Tabel 4. Hubungan Intensitas 30 Menit dan Debit Puncak pada Masing- masing Perlakuan Tanggal I 30 mmjam Teras Gulud Kontrol Rorak Curah Hujan Debit Puncak Curah Hujan Debit Puncak Curah Hujan Debit Puncak mm Ldtk mm Ldtk mm Ldtk 21022006 19.66 18.9 3.04 23.42 6.77 24.01 0.64 24022006 24.38 14.68 4.83 9.02 0.00 6.39 0.00 25022006 55.54 98.9 711,03 93.59 720.12 88.60 20.06 27022006 5.85 21.88 29.92 18.79 35.56 20.12 8.61 01 032006 37.05 39.61 32.23 42.46 211.25 35.24 13.02 04032006 26.98 19.74 21.95 9.72 0.00 9.87 0.00 11032006 28.73 16.09 - 13.06 17.73 7.49 0.00 15032006 61.68 36.49 9.75 31.9 66.73 26.34 8.30 21032006 28.79 18.25 0.47 13.81 12.36 19.49 4.48 22 032006 14.89 14.81 9.56 13.32 16.64 18.66 4.61 28032006 7,86 16.36 6.05 13.07 11.44 19.49 4.48 05042006 17.81 13.89 4.85 13.89 7.56 27.64 5.68 10042006 60,04 40.26 58.90 19.74 12.65 20.29 4.92 11042006 22.19 18.83 14.97 29.09 58.88 26.21 7.07 20042006 32.28 19.42 7.96 23.42 21.48 15.69 5.33 22042006 101.7 80.52 746.21 61.80 767.52 69.54 30.00 29042006 29.79 16.23 7.38 11.46 10.82 12.95 0.00 26052006 31.39 27.92 - 24.52 1.71 26.42 2.51 28052006 49.50 34.42 - 30.10 7.59 26.04 2.55 06062006 17.42 26.75 7.47 22.92 2.21 22.49 1.49 14062006 12.85 14.33 0.00 15.65 0.76 16.67 0.82 Gambar 8. Intensitas Hujan dan Debit Puncak pada Berbagai Perlakuan 100 200 300 400 500 600 700 800 7,86 17,42 22,19 28,79 32,28 37,05 55,54 60,04 101,7 Intensitas Hujan mmjam Debit Puncak LDetik Teras Gulud Kontrol Rorak 39 Tabel 4 menunjukkan bahwa tanggal 22 April 2006 mempunyai nilai I 30 tertinggi dan menghasilkan debit puncak terbesar diantara kejadian hujan lain. Pada kejadian hujan tersebut I 30 yang terjadi adalah sebesar 101.7 mmjam dan menghasilkan debit puncak sebesar 746.21 Ldetik teras gulud, 767.52 Ldetik kontrol dan 30.00 Ldetik rorak. Curah hujan terendah pada perlakuan teras gulud yang mampu menghasilkan aliran permukaan adalah sebesar 13.89 mm dan debit puncak yang dihasilkan sebesar 4.85 mm. Pada periode musim kemarau curah hujan terendah yang mampu menghasilkan aliran permukaan adalah sebesar 26.75 mm, yang berarti bahwa curah hujan dibawah 26.75 mm tidak menghasilkan overland flow. Untuk kejadian hujan pada tanggal 11 Maret 2006, 26 Mei 2006 dan 28 Mei 2006 pada perlakuan teras gulud tidak terdapat debit puncak karena pada kejadian hujan tersebut terjadi kesalahan pengukuran. Hal ini disebabkan pada saat pengukuran laju aliran permukaan current meter tersumbat oleh serasah yang terbawa bersama aliran air, sehingga current meter berputar lebih lambat. Pada musim hujan curah hujan terendah yang mampu menghasilkan aliran permukaan pada perlakuan kontrol dan rorak masing- masing sebesar 11.46 mm, dan 15.69 mm. Pada periode musim kemarau curah hujan terendah yang mampu menghasilkan aliran permukaan pada perlakuan kontrol adalah sebesar 15.65 mm lebih rendah dibanding perlakuan rorak 16.67 mm dengan debit puncak yang dihasilkan masing- masing sebesar 0.76 mm dan 0.82 mm. Pengaruh Tindakan Konservasi Tanah dan Air terhadap Overland flow Perbedaan tindakan konservasi tanah dan air yang diterapkan pada masing- masing perlakuan menghasilkan perbedaan jumlah overland flow yang dihasilkan. 40 Besarnya overland flow yang terjadi sebagai akibat dari perbedaan perlakuan teknik konservasi disajikan pada Tabel 5. Tabel tersebut menunjukkan bahwa adanya teras gulud dan rorak yang dilengkapi dengan lubang resapan dan mulsa vertikal mampu mengurangi overland flow yang terjadi. Teknik konservasi berupa teras gulud yang dibuat searah kontur mampu memperpendek panjang lereng sehingga dapat mengha mbat aliran air yang mengalir di permukaan dan memberikan kesempatan air untuk meresap lebih banyak. Kemampuan teras gulud dalam menekan besarnya aliran permukaan menjadi lebih efektif dengan adanya lubang resapan dan mulsa vertikal. Saluran dan lubang resapan berfungsi untuk memperbesar permukaan resapan sehingga mampu menampung serta meresapkan lebih banyak air ke dalam tanah. Mulsa vertikal juga berfungsi untuk menurunkan jumlah aliran permukaan. Sebelum sisa tanaman yang digunakan sebagai mulsa melapuk maka sisa tanaman tersebut berfungsi untuk melindungi dinding resapan saluran dari penyumbatan partikel-partikel halus yang terangkut oleh aliran permukaan Brata, 1995. Adanya teras gulud yang dilengkapi lubang resapan dan mulsa vertikal efektif menurunkan overland flow sebesar 46.50 . Penelitian yang dilakukan oleh Lubis 2004 menunjukkan bahwa perlakuan teras gulud dengan interval 1 m dan penambahan mulsa vertikal serta lubang resapan mampu menekan aliran permukaan hampir 100 . Hal ini menunjukkan bahwa teras gulud sangat efektif dalam menekan aliran permukaan. 41 Tabel 5. Overland flow pada Masing- masing Perlakuan Tanggal CH Rata-rata mm Overland flow Kontrol mm Teras Gulud Rorak Aktual mm Beda Kontrol Aktual mm Beda Kontrol 21022006 22.18 0.19 0.05 75.45 0.03 86.28 24022006 10.14 0.00 0.08 0.00 0.00 0.00 25022006 94.08 57.82 32.23 44.25 2.45 95.76 27022006 20.02 0.81 0.09 89.33 0.26 67.00 01032006 39.99 6.29 2.75 56.31 0.96 98.00 04032006 12.78 0.00 0.29 0.00 0.00 0.00 08032006 21.70 0.64 0.64 0.13 0.00 100 11032006 12.73 0.18 0.04 79.25 0.00 100 15032006 32.05 1.49 1.24 16.61 0.17 88.37 21032006 16.42 0.11 0.06 44.75 0.10 9.94 22032006 14.96 0.17 0.02 88.78 0.11 35.72 28032006 15.50 0.11 0.001 98.72 0.10 4.81 04042006 29.09 0.66 2.27 71.01 0.23 64.70 05042006 18.61 0.14 0.05 63.68 0.19 38.85 09042006 14.02 0.13 0.08 42.39 0.00 100 10042006 26.07 0.18 2.27 92.06 0.12 36.15 11042006 25.34 0.98 0.01 99.13 0.23 76.97 19042006 10.81 0.00 0.30 0.00 0.00 0.00 20042006 20.48 0.41 0.23 43.37 0.12 70.38 22042006 69.19 25.17 16.14 35.89 1.98 92.13 29042006 13.24 0.11 0.16 43.19 0.00 100 26052006 25.97 0.00 0.001 0.00 0.10 0.00 28052006 30.50 0.22 0.18 19.17 0.10 54.75 06062006 23.98 0.03 0.08 59.15 0.03 1.66 14062006 14.33 0.00 0.00 0.00 0.03 0.00 Rata-rata 25.37

3.83 2.37