Tersedianya sarana transportasiperhubungan terkait dengan pariwisata

5. Rencana tata ruang dengan dukungan peraturan perundangan Secara hukum dan kelembagaan, adanya RTRW kabupaten sebagai pedoman dalam perumusan pola pemanfaatan ruang untuk mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, keseimbangan antar wilayah atau antara sektor maupun dalam kebijakan pembangunan secara keseluruhan merupakan kekuatan bagi terselenggaranya pembangunan. RTRW Kabupaten Ciamis tahun 1999 - 2009 secara hukum didukung dengan adanya Perda No 3 tahun 1999. Beberapa peraturan perundangan tingkat nasional misalnya : UU No 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang, UU No 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Hutan, Keputusan Presiden No 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung merupakan kekuatan bagi pelaksanaan pemanfaatan ruangpembangunan secara berkelanjutan. Peubah-peubah bersifat strategis unsur kekuatan ini harus dipertahankan agar dapat memenuhi tujuan pemanfaatan ruang. Kelemahan Peubah-peubah bersifat strategis unsur kelemahan yang berpengaruh terhadap pemanfaatan ruang disajikan pada Tabel 19. Penilaian yang tepat terhadap peubah-peubah bersifat strategis unsur kelemahan ini diharapkan akan berperan dalam pemanfaatan ruang. Tabel 19 Peubah-peubah unsur kelemahan dan nilai pengaruhnya No. Peubah Nilai pengaruh

1. Koordinasi dan keterpaduan program yang lemah

0,6941 2. Jumlah, kepadatan, dan distribusi penduduk yang rendah 0,6048

3. Permasalahan kondisi fisik terkait dengan karakterisitik fisik alamiah

0,5809 4. Ketimpangan ekonomi antar unit wilayah 0,5595

5. Belum meratanya infrastruktur dan kegiatan investasi

0,5309 Jumlah 2,9702 Penjelasan lengkap terhadap setiap peubah strategis kelemahan tersebut disajikan berikut.

1. Koordinasi dan keterpaduan program yang lemah

Kegiatan pemanfaatan ruang atau pembangunan secara keseluruhan memerlukan koordinasi antar instansi dan keterpaduan antar program agar tidak terjadi tumpang tindih kegiatan. Hal ini merupakan hal yang sepele dan klasik tetapi masih tetap sulit untuk dilakukan. Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya seperti lahan, air, dan hutan belum dilaksanakan secara terpadu sehingga terjadi tumpang tindih kegiatan antar sektor terutama kehutanan, pertambangan, pertanian, dan fasilitas pariwisata Bapeda Kabupaten Ciamis 2000. Salah satu contoh belum adanya koordinasi dan keterpaduan program dalam hal ketersediaan dataangka yang terdapat di instansi terkait, dimana tiap instansi mempunyai datastatistik yang berbeda untuk hal yang sama. Hal ini merupakan masalah klasik namun masih sering ditemui. Datastatistika merupakan salah satu alatinstrumen untuk menyusun program dalam pemanfaatan ruang, dengan adanya data yang berbeda akan menyulitkan kegiatan penyusunan program tersebut hasil pengamatan dan wawancara. Berdasarkan hasil analisis, peubah ini merupakan kelemahan utama dalam kegiatan pemanfaatan ruang di Kabupaten Ciamis.

2. Jumlah, kepadatan, dan distribusi penduduk yang rendah

Dibandingkan tahun 2002, jumlah penduduk Kabupaten Ciamis mengalami pertumbuhan sebesar 0,20 . Pertumbuhan penduduk berakibat pada naiknya kepadatan di wilayah Kabupaten Ciamis yang mempunyai luas 244.479 ha. Penyebaran dan kepadatan penduduk di Kabupaten Ciamis tahun 2003 tidak merata antara daerah perkotaan dan pedesaan maupun antar kecamatan, dengan rata-rata kepadatan penduduknya adalah 594 orangkm 2 dimana distribusi kepadatan penduduk lebih terkonsentrasi di bagian Utara dan Tengah dibandingkan di bagian Selatan. Dari segi penyebarannya, 8,10 penduduk Kabupaten Ciamis bertempat tinggal di Kecamatan Ciamis sehingga mempunyai kepadatan tertinggi 2.050 orang per km 2 . Kepadatan cukup tinggi juga dialami oleh Kecamatan Cikoneng, Cihaurbeuti, dan Kawali. Kepadatan penduduk juga tampak dari rata-rata anggota keluarga yang mencapai 3,21 sehingga secara umum setiap keluarga memiliki 3 sampai dengan 4 orang anggota keluarga BPS Bapeda Kabupaten Ciamis 2004.

3. Permasalahan kondisi fisik terkait dengan karakterisitik fisik alamiah

Kabupaten Ciamis mempunyai permasalahan fisik terkait dengan karakteristik fisik alamiahnya yang rawan bencana seperti erosi, abrasi, gerakan tanah, banjir dan sebagainya. Di Kabupaten Ciamis terdapat kurang lebih 100 aliran sungai yang mengalir, disamping merupakan potensi bagi sumberdaya air juga sering menimbulkan bencana seperti banjir yang biasa terjadi di bagian Utara Kabupaten Ciamis. Selama tahun 2003, di Kabupaten Ciamis telah terjadi bencana alam sebanyak 4.651 kejadian. Dilihat dari jenisnya, bencana alam terbanyak adalah longsor sebanyak 1.486 kejadian, banjir sebanyak 1.217 kejadian, dan kebakaran 1.037 kejadian BPS Bapeda Kabupaten Ciamis 2004. 4. Ketimpangan ekonomi antar unit wilayah Ketimpangan ekonomi antar unit wilayah merupakan kelemahan dalam kegiatan pemanfaatan ruangpembangunan di Kabupaten Ciamis. Kutub- kutub pertumbuhan yang mempunyai daerah hinterland yang potensial belum didukung oleh prasarana ekonomi pada kutub pertumbuhan yang bersangkutan sehinggga tidak terjadi linkages. Misalnya, kawasan Pantai Selatan seperti Kecamatan Pangandaran dan Parigi umumnya lebih maju dibandingkan unit- unit wilayah yang berada pada dataran tinggi dan pegunungan seperti Kecamatan Langkaplancar, Cigugur, Cimerak, Cipaku, Jatinegara, dan Tambaksari Bapeda Kabupaten Ciamis 2000.

5. Belum meratanya infrastruktur dan kegiatan investasi

Kegiatan investasi dan pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur di Kabupaten Ciamis masih belum merata. Daerah-daerah di bagian Selatan Kabupaten Ciamis cenderung lebih maju karena merupakan daerah pariwisata dibandingkan dengan daerah di bagian Utara Bapeda Kabupaten Ciamis 2000.