ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada dan strategi WT adalah strategi yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan
berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman Rangkuti 2000.
Analisis Struktural
Analisis struktural dilakukan dengan menggunakan Interpretative Structural Modelling ISM. Teknik ISM dibagi menjadi dua bagian yaitu
penyusunan hierarki dan klasifikasi sub elemen. Prinsip dasar teknik ini adalah identifikasi dari struktur di dalam suatu sistem akan memberikan
manfaat yang tinggi guna meramu sistem secara efektif dan untuk pengambilan keputusan yang lebih baik Eriyatno 1999.
a. Penyusunan Hierarki
Penyusunan hierarki adalah menentukan tingkat jenjang struktur dari suatu sistem untuk lebih menjelaskan pemahaman hal yang sedang dikaji.
Ada lima kriteria menentukan tingkat jenjang yaitu: 1.
Kekuatan pengikat bond strength di dalam dan antar kelompok atau tingkat.
2. Frekuensi relatif dari guncangan oskilasi di mana tingkat yang lebih
rendah lebih cepat terguncang dari yang di atas. 3.
Konteks context, di mana tingkat yang lebih tinggi beroperasi pada jangka waktu yang lebih lambat daripada ruang yang lebih luas.
4. Liputan containtment, dimana tingkat yang lebih tinggi mencakup
tingkat yang lebih rendah. 5.
Hubungan fungsional, dimana tingkat yang lebih tinggi mempunyai peubah lambat yang mempengaruhi peubah cepat di tingkat bawahnya.
Program yang sedang ditelaah perjenjangan strukturnya dibagi menjadi elemen-elemen di mana setiap elemen selanjutnya diuraikan menjadi sejumlah
sub elemen sampai dipandang memadai. Menurut Eriyatno 1999, suatu program dapat dibagi menjadi 9 elemen, yaitu: 1 Sektor masyarakat yang
terpengaruh, 2 Kebutuhan dari program, 3 Kendala utama, 4 Tujuan dari program, 5 Perubahan yang dimungkinkan, 6 Tolok ukur untuk menilai
setiap tujuan, 7 Aktivitas yang dibutuhkan guna perencanaan tindakan, 8
Ukuran aktivitas guna mengevaluasi hasil yang dicapai oleh setiap aktivitas, dan 9 Lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan program. Sedangkan dalam
penelitian ini elemen dibatasi pada: 1 Kebutuhan dari program, 2 Kendala utama, 3 Tujuan dari program, 4 Perubahan yang dimungkinkan, dan 5
Tolok ukur untuk menilai setiap tujuan.
b. Hubungan Kontekstual
Setelah itu dilakukan penetapan hubungan kontekstual antar sub elemen di mana di dalamnya terkandung suatu pengarahan direction. Hubungan
kontekstual pada teknik ISM dinyatakan dalam terminologi sub ordinat yang menuju perbandingan berpasangan antar sub elemen. Keterkaitan antar sub
elemen dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Keterkaitan antar sub elemen pada teknik ISM
No. Jenis Interpretasi
1. Pembandingan comparative
A lebih pentingbesarindah daripada B 2. Pernyataan
A adalah atribut B definitive
A termasuk didalam B A mengartikan B
3. Pengaruh A menyebabkan B
influence A adalah sebagian dari B
A mengembangkan B A menggerakkan B
4. Keruangan A adalah selatanutara B
spatial A diatas B
A sebelah kiri B 5. Kewaktuan A
mendahului B
temporaltime scale A mengikuti
B A mempunyai prioritas lebih dari B
S umber : Eriyatno 1999
c. Pengolahan Data
Berdasarkan masukan dari responden dengan mempertimbangkan hubungan kontekstual dari sub elemen maka disusun Self Structural
Interpretation Matrix SSIM. Penyusunan SSIM menggunakan simbol V, A, X, dan O dimana :
V adalah jika sub-elemen i lebih dahulu harus dipenuhi dibandingkan dengan sub-elemen j, A adalah jika sub-elemen j lebih
dahulu dipenuhi dibandingkan dengan sub-elemen i, X adalah jika sub- elemen i dan j yang dibandingkan harus dipenuhi secara bersama-sama,
O adalah jika kedua sub-elemen i dan j yang dibandingkan sama-sama