Sebab- Sebab Tidak Menerima Warisan Menurut Hukum Islam

42 ibu, berikut yang di atas mereka; kakek, buyut dan seterusnya, asalkan dari jalur lelaki. Artinya, kakek dari ibu tidak termasuk di dalamnya. Yang dimaksud dengan furuu‟ yaitu putra atau putri, dan yang ada di bawah mereka, seperti cucu, asalkan dari keturunan lelaki saja. Yakni, bahwa putra- putra dari anak perempuan tidak termasuk di dalamnya. Sedangkan yang dimaksud dengan hawasyi yaitu setiap yang punya hubungan nasab peranakan dengan mayit, dari pihak bapaknya atau setiap furuu‟ dari ushuul mayit. Mereka itu termasuk saudara- saudara mayit, saudari-saudarinya, anak-anak mereka, paman, bibi dan anak- anak mereka serta setiap nasab ke bawah 3. Al- Walaa’. Secara bahasa arti walaa‟ yaitu pertolongan, kekerabatan atau kepemilikan. Secara istilah artinya yaitu kepemilikan hak waris yang penyebabnya adalah karena seseorang telah memberikan karunia kepada budaknya, dengan memerdekakannya. Ahli waris wala’ meliputi kekerabatan menurut hukum yang timbul karena membebaskan budak, atau adanya perjanjian dan sumpah setia antara seseorang dengan seseorang yang lainnya. Pihak yang akan mewariskan dengan walaa‟, bahkan harus didahulukan daripada pihak yang akan mewariskan dengan radd. Bahkan lebih didahulukan daripada dzawil arhaam. Dasarnya ada sabda Nabi Saw, “Warisan itu bisa diberikan kepada „ashabah. Kalau tidak ada, kepada mantan tuan.” H.R. Ahmad, Ad-Darimi, dan Sa‟id bin Manshur

2.1.2.4 Sebab- Sebab Tidak Menerima Warisan Menurut Hukum Islam

Para Ulama Madzhab sepakat ada tiga hal yang menghalangi warisan, yaitu perbudakan, pembunuhan, perbedaan agama dan fitnah. 43 1. Karena Perbudakan Seseorang yang berstatus sebagai budak tidak mempunyai hak untuk mewaris sekalipun dari saudaranya. Sebab, segala sesuatu yang dimiliki budak secara langsung menjadi milik tuannya. Baik budak itu sebagai qinnun budak murni, mudabbar budak yang telah dinyatakan merdeka jika tuannya meninggal, atau mukatab budak yang telah menjalankan perjanjian pembebasan dengan tuannya, dengan persyaratan yang disepakati oleh kedua pihak. Itulah sebabnya, semua jenis budak menjadi penggugur hak mewarisi dan hak untuk diwarisi disebabkan mereka tidak mempunyai hak milik. Dalam surat An- Nahl ayat 75 disebutkan :                                 Yang artinya: Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun dan seorang yang Kami beri rezki yang baik dari Kami, lalu Dia menafkahkan sebagian dari rezki itu secara sembunyi dan secara terang-terangan, Adakah mereka itu sama? segala puji hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tiada mengetahui.An- Nahl: 75 Maksud dari ayat tersebut: “Hamba sahaya yang dimiliki 44 yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatu apapun budak. Budak hanya akan mendapatkan waris jika telah dimerdekakan, misalnya merdekanya budak karena adanya perjanjian dengan tuannya. 2. Karena Membunuh Apabila seseorang ahli waris membunuh pewaris, ia tidak berhak mendapatkan warisan. Sangat beralasan jika sesorang pembunuh tidak berhak atas harta yang ditinggalkan oleh orang yang dibunuhnya. Sebab, ia membunuh karena ia ingin cepat mendapatkan harta waris. Hal ini tersirat pada pasal 173 KHI yang menerangkan bahwa Seorang terhalang menjadi ahli waris apabila dengan putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, dihukum karena: dipersalahkan telah membunuh atau mencoba membunuh atau menganiaya berat para pewaris. Oleh sebab itu, orang yang membunuh akan terhalang oleh perbuatannya untuk mendapatkan harta warisan dari orang yang dibunuhnya, sebagaimana terhalangnya dari warisan seseorang yang membunuh. 3. Perbedaan Agama Orang muslim hanya memberi waris kepada muslim. Jika orang meninggal dunia orang muslim, sedang ahli warisnya bukan muslim, ahli waris itu tidak berhak mendapatkan harta waris. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah dalam Surat Al- Baqarah ayat 221: “Bahwa laki-laki muslim dilarang menikahi wanita musyrik, demikian senbaliknya wanita muslim dilarang menikahi laki-laki musyrik.” Kemudian berdasarkan hadist Rasulullah riwayat Bukhari 45 dan Muslim, dan jamaah ahli hadist telah sepakat tentang masalah ini. “bahwa orang-orang Islam tidak dapat mewarisi harta peninggalan orang kafir dan orang nonmuslim pun tidak dapat mewarisi harta orang Islam. ” 4. Fitnah Hal ini diatur dalam pasal 173 KHI yang menerangkan bahwa dipersalahkan secara memfitnah telah mengajukan pengaduan bahwa pewaris telah melakukan suatu kejahatan yang diancam dengan hukuman 5 tahun penjara atau hukuman yang lebih berat.

2.1.2.5 Penggolongan Ahli Waris dan Bagiannya Masing-Masing

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Kedudukan Anak Luar Nikah Berdasarkan Kompilasi Hukum Islam Dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

1 39 128

Keabsahan kawin kontrak ditinjau dari kitab undang undang Hukum Perdata dan undang undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

0 24 49

STUDI KOMPARASI TENTANG KETENTUAN PEMBAGIAN WARISAN UNTUK ANAK LUAR KAWIN DIAKUI DALAM KITAB UNDANG UNDANG HUKUM PERDATA DAN INSTRUKSI PRESIDEN NO. 1

0 17 121

PERBANDINGAN PEMBAGIAN WARISAN UNTUK JANDA MENURUT KITAB UNDANG UNDANG HUKUM PERDATA DAN HUKUM WARIS ISLAM

1 17 124

KAWIN BOYONG DALAM PERKAWINAN MASYARAKAT GESIKAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN JUNCTO INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 1 TAHUN 1991 TENTANG KOMPILASI HUKUM ISLAM.

0 0 2

STUDI KOMPARASI PENGAKUAN ANAK LUAR KAWIN ANTARA KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DENGAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO.46/PUUVIII/ 2010.

0 1 89

View of Ketentuan Hukum Kewarisan Bagi Anak Angkat dalam Perspektif Kompilasi Hukum Islam dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

0 0 32

Studi komparasi warisan anak luar kawin menurut hukum Islam dan hukum perdata

0 2 55

STUDI KOMPARASI PENGAKUAN ANAK LUAR KAWIN ANTARA KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DENGAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO.46PUU- VIII2010

0 1 46

Sinkronisasi Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 46/PUU-VIII/2010 tentang Status Anak Luar Kawin dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam - UNS Inst

0 0 14