Pemanfaatan data penginderaan jauh beberapa tahun belakangan ini berkembang pesat seiring berkembangnya teknologi. Teknologi penginderaan
jauh memungkinkan untuk mendapatkan data spasial dalam waktu yang relatif singkat dan areal yang luas dengan ketelitian yang cukup tinggi dibandingknn
dengan cara konvensional. Hal ini tentunya sangat memudahkan pengguna data tersebut untuk mendapatkan informasi yang diperlukan tanpa harus datang
langsung kelokasi. Apabila digabungkan dengan Sistem Informasi Geografis SIG maka akan semakin mempermudah kita untuk mengetahui perubahan iklim
yang terjadi akibat penutupan lahan.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui perubahan penutupan lahan di Kota Bogor pada Tahun 1997
dan Tahun 2006. 2. Mengetahui distribusi suhu permukaan di Kota Bogor pada Tahun 1997
dan Tahun 2006. 3. Mengetahui pengaruh perubahan luasan penutupan lahan terhadap
distribusi suhu permukaan di Kota Bogor.
1.3. Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah : 1. Memberikan informasi mengenai pengaruh perubahan penutupan lahan
terhadap suhu di Kota Bogor. 2. Bahan masukan dan pertimbangan sebagai dasar kebijakan dalam
pengembangan Kota Bogor dan sekitarnya lebih lanjut oleh pihak pemerintah maupun stakeholder.
3. Dalam jangka panjang data ini juga dapat digunakan sebagai bahan studi lanjutan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penutupan Lahan
Lillseland dan Kiefer 1990 menjelaskan bahwa penggunaan lahan atau tata guna lahan land use berhubungan dengan kegiatan manusia pada sebidang
lahan tertentu, sedangkan penutupan lahan land cover lebih merupakan perwujudan fisik suatu obyek dan menutupi lahan tanpa mempersoalkan kegiatan
manusia terhadap obyek tersebut.
2.1.1. Permukaan Bervegetasi
Menurut Griffith 1976 dalam Wisnu 2003 antara vegetasi dan unsur iklim terutama untuk suhu dan curah hujan secara pasti terdapat hubungan yang
erat. Namun, secara tidak langsung faktor tanah juga ikut menentukan. Daerah hutan dapat menyebabkan kelembaban tinggi sehingga akan memicu terjadinya
hujan. Sehingga suhu disekitarnya relatif rendah jika dibandingkan dengan daerah sekitarnya.
Hasil penelitian Martono 1996 menemukan perubahan penutup lahan hutan, semak belukar, dan tegalan menjadi taman rekreasi di Cangkringan,
Sleman, mempunyai pengaruh berarti terhadap kondisi klimatologis. Pengaruh ini sejalan dengan perkembangan daerah padat penduduk dan sarana transportasi
yang mempunyai peranan cukup besar. Perubahan parameter iklim diperkirakan terjadi dalam kurun waktu. Oleh karena itu penggunaan lahan perlu dimonitor
secara periodik. Lahan bervegetasi menyerap radiasi matahari dalam proses transpirasi dan fotosintesis. Radiasi yang
-
sampai ke permukaan tanah akan digunakan untuk evaporasi. Lahan bervegetasi memiliki suhu lebih mantap
kisaran suhu malam dan siang kecil jika dibandingkan lahan yang jarang vegetasi.
Pepohonan merupakan ekosistem kota yang membentuk pengendalian bahang terasa dan penambahan bahang laten laten heat serta menjadikan
pohon sebagai tempat penyimpanan bahang yang diterimanya. Selain itu pepohonan dapat mengurangi kecepatan angin yang selanjutnya berpengaruh
terhadap suhu. Pengurangan kecepatan angin menyebabkan berkurangnya pertukaran termodinarnik antara lapisan udara sehingga menghasilkan suhu yang
lebih tinggi di daerah yang terlindung baik siang maupun malam hari Murdiarso dan Suharsono, 1992.
Lahan bervegetasi menyerap radiasi matahari dalam proses transpirasi dan fotosintesis. Radiasi yang sampai ke permukaan tanah akan dibsnakan untuk
evaporasi. Lahan bervegetasi memiliki suhu lebih mantap kisaran suhu pada siang dan malam hari yang kecil jika dibandingkan lahan yang jarang atau tidak
bervegetasi Martono, 1996.
2.1.2. Permukaan Terbuka Tidak bervegetasi
Daerah perkotaan ditandai dengan adanya permukaan berupa parit, selokan dan pipa saluran drainase, sehingga hujan yang jatuh sebagian menjadi
aliran permukaan, tidak meresap ke dalam tanah. Akibatnya air untuk evaporasi menjadi kurang tersedia. Penguapan di daerah ini menjadi sedikit meyebabkan
keadaan tidak sejuk jika dibandingkan dengan daerah pedesaan yang penuh vegetasi. Bangunan akan memperlambat pergerakan angin dan mengurangi
gerak udara secara horisontal. Hal ini akan memicu beberapa gas polutan terkonsentrasi di dekat permukaan karena faktor pendispersian polutan hanya
tergantung pada gerak udara vertikal yang selanjutnya mengakibatkan pemanasan di dekat permukaan bangunan Fardiaz, 1992 dalam Wisnu, 2003.
Kota dengan dominasi bangunan dan jalan akan menyimpan kemudian melepaskan panas lebih cepat pada siang hari. Bangunan-bangunan kota dapat
mengurangi efek aliran udara sehingga proses pengangkutan dan penumpukan panas kota menjadi lebih lambat. Kondisi iklim pada lapisan perbatas dicirikan
oleh tingkat perubahan permukaan. Permukaan yang didominasi oleh bangunan secara aerodinamik merupakan permukaan yang kasar pada lapisan pembatas
kota. Konsekuensinya di dalam lapisan pembatas tersebut proses-proses transfer panas massa dan momentum akan berlangsung sangat efektif Murdiarso dan
Suharsono, 1992. Aspal, plesteran, atap seng merupakan material yang cepat menyerap dan
melepaskan panas sehingga menyebabkan perbedaan antara perkotaan dan pedesaan. Hilangnya sebagian besar permukaan bervegetasi berlanjut pada
berkurangnya air resapan dan menurunkan kelembaban lokal terutama pada kondisi siang hari. Perumahan, gedung, kantor membentuk permukaan yang tidak
teratur sehingga memperlambat angin dan melewatkan energi lebih besar oleh permukaan Sutamiharja, 1992
Penelitian Hakim et al. 1993 mendapatkan bahwa pengubahan 10 wilayah pertanian menjadi pemukiman menyebabkan perubahan albedo
sebesar 2 , radiasi global 2 , suhu permukaan 2 dan suhu udara 2 . Perubahan ketersediaan energi paling sensitif terhadap perubahan suhu
permukaan dan suhu udara. Hakim menjelaskan bahwa pada daerah pertanian ketersediaan energi permukaan Rn kecil, sebab radiasi diserap oleh kanopi
tanaman. Daerah pemukiman yang tanahnya relatif terbuka, radiasi langsung sampai ke permukaan tanah sehingga mengakibatkan Rn lebih besar.
2.1.3. Tipe Penutupan Lahan Kota Bogor
Menurut Haris 2006 melalui hasil analisis data citra Landsat ETM pada bulan Januari 2003 disampaikan bahwa tipe penutupan lahan Kota
Bogor terbagi menjadi 10 kelas dengan presentase sebagaimana disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas dan Presentase Tipe Penutupan Lahan di Kota Bogor
No Tipe Penutupuan Lahan
Luasan Ha Presentase
1 Vegetasi rapat
400,83 3,58
2 Vegetasi campuran
3.507,91 31,30
3 Ladang 1.122,99
10,02 4 Sawah
869,37 7,76
5 Semak dan
rumput 444,43
3,97 6
Area terbangun 3.961,85
35,35 7 Lahan
kosong 397,16
3,54 8 Badan
air 17,23
0,15 9 Awan
324,64 2,90
10 Bayangan awan
162,09 1,45
Total 11.208,5 100
Sumber : Haris, 2006.
2.2. Suhu