IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Lokasi Sungai Kampar Kiri
Provinsi Riau terletak antara 15’ Lintang Selatan dan 2
o
25’ Lintang Utara serta antara 100
o
Bujur Timur dan 105º45’ Bujur Timur. Di Riau terdapat empat sungai besar, salah satunya yaitu Sungai Kampar. Aliran Sungai Kampar secara
administratif masuk dalam Kabupaten Kampar kecuali bagian hulu yaitu Kampar Kiri masuk Kabupaten Indragiri Hulu dan Kampar Kanan masuk daerah Sumatera
Barat Pangkalan Kota Baru PPPKD, 1978. Iklim di Kabupaten Kampar dipengaruhi oleh musim Purwanto, 1997.
Kabupaten Kampar berada dalam iklim tropis dengan suhu rata-rata 22–31
o
C. Musim kemarau berlangsung pada bulan Maret–Agustus dan musim hujan
berlangsung pada bulan September-Februari PPR, 2008. Ini berarti sedang terjadi peralihan dari musim kemarau ke musim hujan saat pengambilan contoh
ikan pada bulan Juni-Desember. Rata-rata curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November dan terendah pada bulan Juli Gambar 2.
50 100
150 200
250 300
350 400
450 500
Januari Februari
Maret April
Mei Juni
Juli Agustus
September Oktober
November Desember
Bulan C
u ra
h H
u ja
n m
m
Gambar 2. Rata-rata curah hujan mm sesetiap bulan di Pekanbaru, Riau pada tahun 2006 Badan Meteorologi dan Geofisika, 2008
B. Kondisi Perairan Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri
Proses hidrologi mempengaruhi komponen biotik dan abiotik dalam suatu ekosistem Timchenko, 1994. Salah satu contohnya adalah yang terjadi di Sungai
Desnia. Danau rawa banjiran Sungai Desnia mempengaruhi kualitas air dan
kondisi ekosistem sungai Malafeyev Grib, 1994. Hal ini juga terjadi di rawa banjiran Sungai Kampar Kiri. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh
Simanjuntak 2007, selama pengambilan contoh paras muka air terendah terjadi pada bulan Agustus dan tertinggi pada bulan Desember Gambar 3.
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
Juni Juli
Agustus September
Oktober November
Desember
Bulan Pengamatan T
in g
g i
M u
k a
A ir
m
Mentulik Simalinyang
Gambar 3. Rataan tinggi paras air rawa banjiran Sungai Kampar Kiri secara keseluruhan pada bulan Juni-Desember 2006 Simanjuntak 2007
Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Effendie, 1979. Ikan-ikan di perairan tropis hidup pada lingkungan yang hangat
dengan fluktuasi suhu yang kecil sehingga ikan-ikan tersebut cenderung memiliki pertumbuhan yang cepat dan siklus hidup yang singkat Lowe-McConnell, 1987;
Moyle Cech, 2004. Suhu perairan di Mentulik memiliki kisaran yang lebih besar dibandingkan di Simalinyang Tabel 1. Hal ini disebabkan oleh
percampuran air di Simalinyang yang lebih sering mengingat rawa banjiran di Simalinyang selalu terhubung dengan aliran sungai utama sepanjang tahun. Secara
keseluruhan, suhu perairan di rawa banjiran Sungai Kampar Kiri berada dalam kisaran 24-30
o
C Tabel 1. Nilai suhu tersebut sama dengan yang dinyatakan oleh Sukendi 2001 bahwa suhu perairan di Sungai Kampar Kiri sebesar 28
o
C pada siang hari. Nugroho 1992 mendapatkan ikan motan T. thynnoides di sistem
aliran Sungai Musi hidup pada kisaran suhu 27,5-31
o
C. Di Sungai Godavari,
Sungai Khrisna, dan Sungai Tungabhadra, India, juga ditemukan ikan Thynnichthys sandkhol yang hidup pada kisaran suhu 28,4-29,6
o
C Chacko Ganapati, 1950.
Kedalaman perairan di rawa banjiran Sungai Kampar Kiri berkisar pada 1-15 m Tabel 1. Parameter ini dipengaruhi oleh tingkat curah hujan. Volume air
Sungai Kampar meluap saat musim hujan Putra, 1995. Selain itu, pada musim hujan sungai kampar secara reguler mengalami banjir Siregar, 1989. Akibat
peningkatan kedalaman dan penggenangan daratan, habitat berkembang sangat besar Moyle Cech, 2004. Perkembangan habitat melalui proses hidrologi
tersebut menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keragaman ruang Gosselink Turner, 1978.
Tingkat kecerahan perairan di rawa banjiran Sungai Kampar Kiri bekisar pada 0,2-1,0 m Tabel 1. Nilai ini cenderung rendah jika dibandingkan dengan
kedalaman perairan. Hal ini diduga terjadi karena adanya pengaruh vegetasi darat di sekitar rawa banjiran. Vegetasi darat tersebut menjadi kanopi yang mengurangi
penetrasi sinar matahari ke dalam perairan. Selain itu, Siregar 1989 juga menyatakan bahwa kecerahan perairan di Sungai Kampar mengalami penurunan
saat musim hujan karena pengaruh substrat daratan yang tergerus dan terbawa ke perairan.
Substrat dasar di rawa banjiran Sungai Kampar Kiri yaitu lumpur, liat, dan pasir Tabel 1. Jenis substrat pasir pada dasar Sungai Kampar kiri juga
dinyatakan oleh Sukendi 2001. Sementara itu, Nugroho 1992 menyatakan bahwa ikan motan ditemukan di sistem aliran Sungai Musi yang memiliki substrat
dasar berupa lumpur. Substrat lumpur diduga terbawa oleh arus air saat penggerusan daratan.
Perairan rawa banjiran Sungai Kampar Kiri memiliki warna cokelat-hitam Tabel 1. Karakteristik warna perairan pada rawa banjiran tersebut
menjadikannya tergolong dalam black waters. Warna coklat-hitam berasal dari asam humat yang terkandung pada bahan-bahan organik di perairan Moyle
Cech, 2004. Asam humat berasal dari proses dekomposisi bahan organik, terutama vegetasi darat yang mati akibat penggenangan air.
Keberadaan asam humat di perairan rawa banjiran tidak hanya berpengaruh terhadap warna perairan, namun juga berpengaruh terhadap derajat keasaman
pH air. Keberadaan asam humat menyebabkan perairan di rawa banjiran bersifat asam Lowe-McConnell, 1987; Moyle Cech, 2004. Jhingran 1975
menyatakan bahwa nilai pH menurun saat musim hujan akibat adanya proses dekomposisi bahan organik dari vegetasi darat yang mati karena penggenangan.
Akan tetapi, Siregar 1989 menyatakan bahwa nilai pH air di Sungai Kampar mengalami nilai tertinggi saat musim hujan dan nilai terendah saat musim
kemarau. Peningkatan volume air saat musim hujan diduga dapat mengurangi konsentrasi asam di perairan tersebut. Nilai pH di rawa banjiran Sungai Kampar
Kiri yang berada pada kisaran 4-5 Tabel 1. Walaupun sama-sama mampu hidup pada perairan yang cukup asam, namun ikan motan di DAS Musi hidup pada nilai
pH yang lebih tinggi, yaitu 5,75-6,27 Nugroho, 1992. Oksigen dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi metabolisme. Oleh karena
itu, kelangsungan hidup ikan sangat ditentukan oleh kemampuan memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya. Kandungan oksigen dalam air tawar pada
suhu 25
o
C yaitu 5,77-8,24 mgl dan mengalami penurunan pada suhu 30
o
C yaitu 5,28-7,54 mgl Fujaya, 2002. Kadar oksigen terlarut di air terkait dengan ukuran
badan air, derajat stratifikasi suhu, penutupan vegetasi, pertumbuhan fitoplankton, dan pergerakan angin. Nilai oksigen terlarut di rawa banjiran sekitar Danau
Takapan mengalami penurunan seiring peningkatan volume air akibat proses deoksigenasi dari dekomposisi bahan organik Hartoto, 1999. Selain itu,
peningkatan kekeruhan perairan saat musim hujan berpengaruh terhadap intensitas cahaya matahari yang masuk ke kolom air. Berkurangnya intensitas cahaya
mengakibatkan penurunan aktivitas fotosintesis sehingga kadar oksigen terlarut dalam air juga menurun.
Nilai oksigen terlarut di rawa banjiran Sungai Kampar Kiri berkisar pada 4,0- 6,3 mgl Tabel 1. Nilai tersebut serupa dengan nilai oksigen terlarut di beberapa
sungai di India pada bulan Juni-September, tempat ditemukannya ikan Thynnichthys sandkhol, yaitu sebesar 4,2-5,8 mgl Chacko Ganapati, 1950.
Akan tetapi, ikan motan di sistem aliran Sungai Musi tercatat mampu hidup pada kondisi perairan dengan nilai oksigen terlarut yang lebih rendah, yaitu 3,13-3,94
mgl Nugroho, 1992. Salah satu sebab ikan-ikan Cyprinid mampu hidup pada kondisi oksigen terlarut yang rendah adalah afinitas darahnya yang tinggi terhadap
oksigen Lagler et al., 1977 in Hartoto, 1999.
Tabel 1. Kisaran parameter fisika dan kimia perairan pada lokasi pengambilan contoh Simanjuntak, 2007
Parameter Satuan
Daerah Pengambilan Contoh a
b c
d e
f g
h Fisika
Suhu
o
C 27-29
27-29 25-28
25-27 25-29
24-30 27-30
28-30 Kedalaman
m 1-7
2-8 5-15
2-8 3-10
1-8 1-12
3-10 Kecerahan
m 0,2-0,5
0,2-1,0 0,3-0,5
0,3-0,4 0,4-1,0
0,2-0,3 0,2-0,3
0,2-0,3 Substrat dasar
- lp,li
pa,lp lp
lp lp,li
lp,pa lp,pa
lp Warna perairan
- coklat
coklat- hitam
coklat- hitam
coklat coklat-
hitam coklat-
hitam coklat
coklat Kimia
pH unit
4-5 4-5
4-5 4-5
4-5 4-5
4-5 4-5
Oksigen terlarut mgl
4,8-6,0 4,3-6,2
4,4-5,8 4,7-6,0
4,2-6,3 4,1-5,9
4,0-6,1 4,1-6,2
Keterangan: a-f adalah lokasi pengambilan contoh di Mentulik, g dan h adalah lokasi pengambilan contoh di Simalinyang; a = anak Sungai Kampar; b = Sungai Tonan; c = Danau Belanti; d = Danau Puyuh; e = Danau
Pakis; f = Danau Sungai Kampar Lama; g = Danau Baru; h = Danau Belimbing; lp = lumpur; li = liat; pa = pasir
C. Sebaran Frekuensi Panjang Ikan Motan Thynnichthys thynnoides