wayang kulit purwa yang dikerjakan perajin wayang di desa Tunahan kebanyakan melambangkan kesaktian dan kedewasaan. Muka putih melambangkan kesucian
dan kehalusan budi, muka kuning melambangkan kebagusan dan kewibawaan. Muka merah melambangkan sikap brangasan dan bengis. Pada busana Bima
memiliki makna lain yakni, lauwamah hitam sifat angkara murka, amarah merah sifat brangasan, lekas naik darah. Supiah kuning kesenangan pada
sesuatu kebendaan yang bersifat merusak, sedangkan mutmainah putih adalah sifat murni dan jujur.Jadi karakter wayang tidaklah ditentukan oleh warna rias
muka saja, tetapi juga ditentukan oleh unsur lain, seperti misalnya bentuk patron wayang itu sendiri.
2. Saran
a. Bagi peneliti lain untuk menindaklanjuti hasil penelitian ini dengan mengkaji tentang wayang kulit yang ada di daerah-daerah lain agar mendapatkan hasil yang
lebih beranekaragam dan berbeda, khususnya dari segi pewarnaaannya atau dari segi lainnya.
b. Bagi Departemen terkait dalam seni rupa khususnya di daerah Jepara, dengan pemahaman tentang teknik pembuatan, nilai estetis dan simbolis
pewarnaansunggingan wayang kulit purwa pada perajin wayang yang ada di daerahnya sendiri, memungkinkan untuk digunakan sebagai pembelajaran yang
elementer di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, hasan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Anas, B. 1995. Indonesia Indah: Tenunan Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
Arikunto, Suharsimi.2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi IV. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Bastomi, Suwaji. 2001. Gelis Kenal Wayang. Surabaya : Pustaka Baru. _____________. Sejarah Seni Rupa Indonesia 1. Semarang : FPBS IKIP
Semarang. Dharsono, S.Kartika. 2007. Estetika. Cetakan Pertama. Bandung: Rekayasa Sains.
Geertz, C. 1992. Tafsir Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius. Gie, TL.1976. Garis Besar Estetika Filsafat Keindahan.Yogyakarta: Karya.
_______.1996. Pengantar Estetika. Yogyakarta: Yayasan Kanisius. Hartoko, D. 1984. Manusia dan Seni. Yogyakarta: Kanisius.
Hermawati, dkk. 2006. Wayang Koleksi Museum Jawa Tengah. Semarang: Museum Jawa Tengah Ronggowarsito.
Herusatoto, Budiono. 1983. Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: Hanindita.
Ismiyanto. 2003. Metode Penelitian. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Iswidayati, Sri dan Triyanto. 2006. ”Estetika”, Hand Out. Semarang: UNNES
Jurusan Seni Rupa. Joyomartono, M. 1991. Perubahan Kebudayaan dan Masyarakat dalam
Pembangunan. Semarang: IKIP Press. Koetjaraningrat. 1987. Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta: PT Tema
Baru. Miles dan Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan T.R.Rohidi.
Jakarta: UI Press. Moleong, Lexy J. 1988. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyono, Sri. 1989. Apa dan Siapa Semar. Jakarta: PT Tema Baru. ___________. 1987. Simbolisme dan Mistikisme dalam Wayang: Sebuah
Tinjauan Filosofi. Jakarta: PT.Gunung Agung. Poerwadarminto,W.J.S. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka. Rhondi, M. 2002. “Tinjauan Seni Rupa”. Paparan Perkuliahan Mahasiswa.
Jurusan Seni Rupa. Tidak dipublikasikan. Rohidi, T.R. 2000. Kesenian dalam pendekatan kebudayaan. Bandung: STSI
Bandung. Sachari, A. 2002. Estetika: Makna, Simbol dan Daya. Bandung: ITB.
Sumardjo, J. 2000. Filsafat Seni. Bandung: ITB. Sunaryo, Aryo. 2002. “Nirmana”. Paparan Perkuliahan Mahasiswa, Jurusan Seni
Rupa Unnes. Tidak dipublikasikan. _____________. 1996. “Konsep dan Sistem Warna Jawa”. Dalam Media FBS
IKIP Semarang. Unnes Press. Sutarno. 2007. Estetika Pedalangan. Surakarta: ISI Surakarta.
Syafii. 2006. “Konsep dan Model Pembelajaran Seni Rupa”. Paparan Perkuliahan Mahasiswa, Jurusan Seni Rupa. Tidak dipublikasikan.
Triyanto. 1984. ”Studi Tentang Aspek Estetika dan Simbolisme Seni Ornamen Masjid di Jateng”, Laporan Penelitian, Pusat Penelitian IKIP Semarang.
Usman, Syafaruddin dan Isnawita Din. 2010. Wayang Kepribadian Luhur Jawa. Jakarta: Cakrawala.
httpWikipediabahasaindonesia, ensiklopedia bebas.wayang07072010. www.wayang
kulit purwao70910. http:gulungkabel.blogspot.com05082010
. http:downloadpdf
03062010
INSTRUMEN PENELITIAN 1.
Pedoman Observasi
A. Gambaran umum lokasi penelitian
1. Letak Geografis dan Lokasi Penelitian
2. Keadaan Penduduk
3. Mata Pencarian
4. Agama
5. Keadaan Sosial dan Budaya
B. Medium pewarnaan wayang kulit purwa
1. Teknis
a. Bahan
b. Alat dan perlengkapan
c. Proses pewarnaan
1. Tahapan-tahapan pewarnaan wayang kulit purwa. 2 Warna-warna yang digunakan.
2. Nilai estetis
a. Kombinasi warna yang digunakan. b. Segi keindahan susunan warna-warna teknik sorotan yang
digunakan pada atribut dan busana tokoh wayang kulit. c. Penggunaan prada pada pewarnaan tokoh wayang kulit.
2. Pedoman Wawancara
Adapun masalah yang ingin diperoleh dengan teknik wawancara ini meliputi :
a. segi teknis b. nilai estetis
c. nilai simbolis a.
Wawancara dengan pemilikperajin wayang desa Tunahan kabupaten Jepara.
1. Bagaimana teknik pewarnaan wayang kulit purwa, serta tahapan-tahapan apa saja yang digunakan perajin dalam pewarnaan wayang kulit purwa.
2. Menggunakan pedoman pewarnaan wayang kulit purwa, Surakarta atau Yogyakarta? atau menggunakan pedoman lain?
3. Bahan dan alat apa saja yang digunakan dalam pewarnaan wayang kulit, serta dari mana diperoleh bahan dan alat tersebut?
4. Adakah kaitan pewarnaan wayang yang dikerjakan perajin desa Tunahan Kabupaten Jepara dengan penggunaan empat warna utama dalam
sistem warna jawa, yakni merah, kuning, putih, dan hitam? ataukah menggunakan sistem warna lain?
5. Adakah makna tertentu dari catur warna tersebut? 6. Adakah kaitan tentang pemahaman penggunaan keempat warna utama
tersebut dengan nilai estetis warna wayang kulit? 7. Bagaimana nilai estetis warna wayang kulit? Apa saja yang
mempengaruhi pencitraan estetisnya? 8. Adakah pengaruh dari penggunaan kombinasi warna, susunan,
keserasian, keseimbangan, serta ketepatan penggunaan warna, terhadap nilai estetis kein-dahan dari warna wayang kulit?