1
Firsty Wildaniah, 2013 Program Bimbingan Untuk Mengembangkan Perilaku Prososial Anak Usia Dini Melalui Bermain di TPA Taman
Isola Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak usia dini merupakan saat seseorang mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang sangat pesat dalam kehidupannya. Perkembangan dan
pertumbuhan pada anak usia dini membutuhkan beragam stimulasi yang dapat membantunya untuk berkembang dengan baik sesuai dengan kebutuhan dan
potensinya. Saat ini jumlah anak usia dini semakin meningkat. Sesuai dengan data di
Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini 0-4 tahun di Indonesia mencapai 23 juta , sedangkan pada tahun 2011 mencapai 23.009.874 dan
pada tahun 2012 diperkirakan 23.352.721 www.depkes.go.id: 2011. Jumlah tersebut menunjukkan jumlah anak-anak usia dini mengalami peningkatan yang signifikan dan
membutuhkan bimbingan untuk mencapai perkembangan yang optimal. Perkembangan yang optimal adalah tercapainya tugas-tugas perkembangan
dan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan yang sesuai dengan anak usia dini. Pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif, motorik, emosi, bahasa serta sosial
merupakan beragam tugas perkembangan yang seyogyanya dicapai oleh anak-anak usia dini. Untuk mencapai perkembangan tersebut dibutuhkan pendidikan dan
pembelajaran yang dapat menstimulasi anak mencapai perkembangan dan pertumbuhannya.
2
Firsty Wildaniah, 2013 Program Bimbingan Untuk Mengembangkan Perilaku Prososial Anak Usia Dini Melalui Bermain di TPA Taman
Isola Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Sementara perkembangan sosial dibutuhkan oleh anak usia dini untuk belajar mengetahui dan memahami lingkungannya. Seperti yang dikemukakan oleh Norman
2011 manusia sejak lahir dikaruniai potensi sosialitas, artinya setiap individu memiliki kemampuan untuk mencapai tujuan hidupnya, tetapi juga merupakan sarana
untuk pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya. Karena manusia pada hakikatnya adalah mahluk sosial yang membutuhkan kerjasama, empati, simpati,
saling berbagi dan saling membantu dengan sesamanya. Salah satu aspek perkembangan anak adalah perkembangan sosial yaitu
kemampuan berperilaku yang sesuai dengan lingkungan sosial. Salah satu aspek penting yang membedakan manusia dengan mahluk lain adalah derajat saling tolong,
kerja sama dan memiliki kepedulian antara sesama manusia Knafo, 2006:1. Dalam perkembangan sosial terdapat perilaku prososial dan anti sosial. Perilaku prososial
yang ditampilkan dalam kehidupan masyarakat dikembangkan sejak usia dini dan dikenalkan oleh orangtua di rumah sebagai pendidik utama bagi anak-anak.
Usia dini adalah saat yang paling tepat untuk mengenalkan, menumbuhkan dan mengembangkan sikap prososial. Seperti yang diungkapkan oleh Hera 2010,
usia dini adalah salah satu tahapan untuk mengembangkan perilaku sosial sehingga perlu diberikan kesempatan untuk dapat bermain bersama teman-temannya.
Dari usia 2-6 tahun, anak belajar melakukan hubungan sosial dan bergaul dengan orang-orang di lingkungan rumah terutama dengan anak-anak yang usianya
sebaya. Mereka belajar menyesuaikan diri dan bekerja sama dalam kegiatan bermain. Studi lanjutan tentang kelompok anak menunjukkan bahwa sikap dan perilaku sosial
yang terbentuk pada usia dini biasanya menetap dan hanya mengalami perubahan sedikit Hurlock, 2006:261.
3
Firsty Wildaniah, 2013 Program Bimbingan Untuk Mengembangkan Perilaku Prososial Anak Usia Dini Melalui Bermain di TPA Taman
Isola Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Perilaku sosial yang memberikan pengaruh positif dan memberikan keuntungan serta kenyamanan untuk orang lain disebut perilaku prososial. Seperti
yang dikemukakan oleh Beaty 1998:147 perilaku prososial adalah perilaku positif yang diwujudkan dalam bentuk empati, murah hati, kerjasama dan kasih sayang.
Sementara menurut Eisenberg 1982:647 perbuatan yang dimaksudkan untuk menolong atau memberikan kenyamanan psikologis kepada orang lain dalam bentuk
empati dan simpati dikatakan sebagai perilaku prososial. Menurut beberapa penelitian, perilaku prososial adalah aspek yang akan
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan kognitif anak-anak. Seperti yang dikemukakan oleh Svetlova 2010:1, Dalton 2010:161-162, Smith
2002:465 perilaku prososial pada bayi dan balita ditentukan oleh pemikirannya terhadap perilaku orang dewasa di sekitarnya sebagai bentuk dari respon sosialnya.
Perilaku prososial berkembang sesuai dengan periode usia bayi, batita, balita, remaja dan dewasa serta perilaku tersebut berhubungan dengan dukungan sosial dari agama,
keluarga ayah dan ibu, guru dan persahabatan teman sebaya. Kebalikan dari perilaku prososial adalah anti sosial yaitu perilaku yang
menunjukkan keengganan untuk berhubungan dengan orang lain. Biasanya dilakukan dalam bentuk menyendiri, sedikit berbicara, berbohong dan sulit beradaptasi. Menurut
Dalton 2010:4 perilaku anti sosial adalah menolak dan menarik diri untuk berbagi atau membantu orang lain termasuk kekerasan fisik dan perilaku non fisik seperti
kekerasan verbal atau penolakan sosial. Kecenderungan saat ini, anak-anak banyak menghabiskan waktu dengan
menonton acara televisi, menonton film-film anak dalam DVD dan bermain games dalam media teknologi. Bagi sebagian orangtua, yang terpenting adalah anaknya
4
Firsty Wildaniah, 2013 Program Bimbingan Untuk Mengembangkan Perilaku Prososial Anak Usia Dini Melalui Bermain di TPA Taman
Isola Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
nyaman serta aman di rumah untuk duduk dan diam. Akhirnya anak menjadi asing ketika bertemu dengan anak seusianya saat keluar rumah atau pun saat memulai
sekolahnya. Sebagai contohnya terjadi pada anak laki-laki usia 3 tahun di sebuah komplek perumahan di kota Bandung yang menangis setiap bertemu dengan orang
lain di luar keluarganya meski hanya dengan teman sebayanya di sekitar rumah, anak tersebut banyak menghabiskan waktu dengan menonton film-film DVD di rumahnya
yang ditemani oleh pengasuhnya. Dengan demikian perkembangan sosialnya menjadi terbatas pada lingkungan rumah dan berkembangnya perilaku anti sosial pada anak
usia dini. Kecenderungan-kecenderungan perilaku anak usia dini yang merasa asing
dalam lingkungan sosial terlihat semakin meningkat karena didukung oleh pola bimbingan orangtua kepada anak-anaknya. Orangtua seringkali merasa khawatir jika
anak bermain di luar rumah dengan teman-temannya. Adapun ketika anak menghabiskan waktu bersama teman-temannya terdapat kecenderungan anak menjadi
egois dan ingin selalu diperhatikan oleh lingkungannya. Perilaku-perilaku pada anak usia dini dipengaruhi oleh keluarga dan orang-orang terdekatnya seperti pengasuh
atau pun keluarga yang tinggal serumah. Sementara perilaku prososial merupakan nilai penting dalam mengembangkan
hubungan sosial dengan lingkungan masyarakat, namun di sisi lain lingkungan cenderung mempengaruhi perilaku prososial anak usia dini. Ibrahim 2012 dalam
www.tabloidnova.com mengemukakan peran orangtua dalam mengkondisikan lingkungan yang baik dalam menstimulasi anak berperilaku prososial dapat berupa: a
membimbing dan mengajarkan anak berperilaku yang positif; b menjadi model yang baik bagi anak dalam berperilaku terhadap lingkungan sosial; c membimbing anak
5
Firsty Wildaniah, 2013 Program Bimbingan Untuk Mengembangkan Perilaku Prososial Anak Usia Dini Melalui Bermain di TPA Taman
Isola Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
dalam mempelajari perilaku orang lain dalam lingkungannya; d mendorong dan membantu kemampuan anak dalam bergaul dengan orang lain serta e berpartisipasi
aktif dalam mengembangkan perilaku sosial anak secara langsung di lingkungan sosialnya.
Saat ini peran orangtua untuk membimbing anak dalam mengembangkan perilaku prososial semakin berkurang intensitasnya karena kesibukan orangtua
khususnya ibu yang bekerja seharian, sehingga cenderung kurang memiliki waktu untuk berinteraksi dengan anak-anaknya. Kesibukan orangtua bekerja dan
keterbatasan waktu dalam membimbing dan mendidik anak menjadi salah satu hambatan untuk mengembangkan perilaku sosial pada anak usia dini. Sehingga salah
satu sikap terbaik orangtua untuk mengoptimalkan perkembangan anaknya adalah menitipkan anaknya ke TPA Taman Penitipan Anak yang biasanya berdekatan
dengan lokasi pekerjaannya. Menurut pengamatan terhadap beberapa anak usia dini di satu komplek
perumahan di kota Bandung, terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara anak yang dititipkan di TPA dan anak yang diasuh di rumah. Anak yang dititpkan di TPA
memperlihatkan perilaku prososial yang lebih baik ketika bergaul dengan teman sebayanya seperti toleransi, kerjasama, berbagi dan lebih
‘familiar’. Mereka juga terlihat mandiri, disiplin dan memiliki kosa kata yang lebih banyak dibandingkan
anak-anak seusianya. Untuk anak yang diasuh oleh pengasuh di rumah, terlihat menyendiri, egois, pemalu atau ketika bergaul dengan teman sebayanya sikapnya
selalu ingin mendominasi pergaulan. Kemampuan bicaranya pun masih terbatas dan menghindar dari pergaulan dengan teman sebaya. Pengamatan-pengamatan tersebut
sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hurlock 2006:261 anak yang mengikuti
6
Firsty Wildaniah, 2013 Program Bimbingan Untuk Mengembangkan Perilaku Prososial Anak Usia Dini Melalui Bermain di TPA Taman
Isola Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
pendidikan prasekolah melakukan penyesuaian sosial yang lebih baik dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mengikuti pendidikan pra sekolah.
Untuk menghindari permasalahan perilaku sosial yang semakin besar dihadapi anak usia dini maka terjadi fenomena masyarakat yang menarik akhir-akhir ini dalam
meningkatkan pendidikan anak usia dini yaitu mempercepat anak untuk memasuki dunia persekolahan seperti play group kelompok bermain, lembaga PAUD, TPQ
Taman Pendidikan Qur‟an, termasuk yang dititipkan di Taman Penitipan Anak TPA. Meski taman penitipan anak bukanlah sekolah, namun masyarakat umum
lazim mengatakan TPA adalah sekolah untuk anak usia dini. Keluarga muda yang memiliki anak usia dini cenderung memilih TPA untuk menitipkan anaknya dengan
harapan mendapatkan pendidikan dan bimbingan yang lebih baik dibandingkan dengan pengasuhnya di rumah.
Fenomena tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Susanto 2006:1, tentang adanya kecenderungan karir ganda yang terjadi di hampir setiap keluarga
muda di perkotaan. Di satu sisi, mereka memiliki sedikit waktu untuk mendidik dan membimbing anak-anaknya di rumah namun di sisi lain secara ekonomi memiliki
alokasi dana untuk menitipkan anak-anaknya ke TPA. Dengan demikian, pilihan keamanan dan kenyamanan orangtua dengan menitipkan anak ke TPA merupakan
solusi terbaik untuk masa depan anaknya. Harapan orangtua menitipkan anaknya ke TPA adalah dapat tercapainya
beragam aspek perkembangan yang dimiliki oleh anak-anak usia dini. Dengan asumsi semakin dini anak memasuki dunia persekolahan maka kemampuan akademiknya
akan semakin baik. Namun, masalah selanjutnya adalah terjadi fenomena anak-anak yang cenderung tidak peduli terhadap lingkungannya.
7
Firsty Wildaniah, 2013 Program Bimbingan Untuk Mengembangkan Perilaku Prososial Anak Usia Dini Melalui Bermain di TPA Taman
Isola Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
TPA fungsinya sebagai „rumah kedua‟ untuk anak-anak usia dini yang memiliki pelayanan untuk orangtua yang kurang memiliki waktu dalam membimbing
dan mendidik anak-anaknya secara optimal. Pengasuh di TPA akan memberikan pelayanan seperti memasak makanan anak, memberinya makan, menidurkan,
mengajaknya bermain, memandikan, menggantikan pakaiannya dan yang terpenting adalah memberikan bimbingan secara intensif kepada anak-anak.
Beberapa penelitian menjelaskan dampak anak-anak usia dini dititipkan di TPA. Penelitian di Amerika dalam jurnal Encyclopedian on Early Childhood
Development Jay Belsky, 2005:3 anak-anak yang menghabiskan waktunya di TPA
memiliki ketidaknyamanan dengan ibunya karena kurangnya sentuhan, interaksi dan komunikasi. Rata-rata anak usia dini telah dititipkan di TPA sejak usianya masih
dibawah satu tahun, sehingga pertumbuhan dan perkembangan awal kehidupannya dibimbing oleh para pengasuh di TPA. Meskipun TPA yang ditempati anak-anak
tersebut berkualitas dan menjamin seluruh kebutuhan anak dengan sangat baik, namun mereka cenderung memiliki masalah perilaku pada usia 2 tahun, usia pra
sekolah dan usia sekolah. Kendatipun demikian, untuk perkembangan kognitif dan linguistik anak-anak usia dini yang dititipkan di TPA memiliki kualitas yang lebih
baik dibandingkan anak-anak seusianya. Menurut Clarke 2007:2 terdapat reaksi yang positif terhadap anak-anak usia
dini yang dititipkan di TPA karena anak memiliki perubahan dalam keterampilan sosial, kemandirian dan memiliki kemajuan perkembangan dibandingkan dengan
anak-anak lainnya. Sementara menurut penelitian Ipah Saripah 2006: 194 anak-anak
di TPA telah mampu menampilkan perilaku prososial, yang dibuktikan dengan kemampuan anak dalam menunjukkan empati, murah hati, kerja sama, dan kasih
8
Firsty Wildaniah, 2013 Program Bimbingan Untuk Mengembangkan Perilaku Prososial Anak Usia Dini Melalui Bermain di TPA Taman
Isola Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
sayang
.
Penelitian Meiyani dalam Ipah saripah 2006:7 menunjukkan anak-anak membutuhkan bimbingan untuk mengembangkan perilaku prososialnya karena
kesulitan atau kegagalan yang dialami anak dalam bidang ini ternyata tidak hanya berdampak terhadap aspek akademis, melainkan juga menyangkut aspek
perkembangan pribadi, sosial, kematangan berfikir dan sistem nilai. TPA dikembangkan sebagai upaya untuk mengisi kesenjangan dalam
pengasuhan, pembinaan dan bimbingan sosial kepada anak balita selama orangtuanya bekerja atau melaksanakan tugas Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, 2011:7.
Pengasuhan diartikan sebagai pembiasaan yang dilakukan secara konsisten untuk membentuk perilaku dan kepribadian anak. Sementara pembinaan dan bimbingan
sosial adalah upaya membantu anak dalam mengembangkan tugas-tugas perkembangannya.
Salah satunya terlihat di TPA Taman Isola Bandung yang terletak di lingkungan kampus Universitas Pendidikan Indonesia dan memiliki sejumlah anak
usia dini yang dititipkan oleh para orangtua yang memiliki aktivitas di sekitar kampus, baik sebagai ibu bekerja atau pun sebagai mahasiswa tingkat lanjut. Anak-
anak usia dini di TPA tersebut memperoleh beragam stimulasi yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologisnya. Seperti yang
terjadi pada seorang anak laki-laki yang pada awal dititipkannya memiliki kecenderungan untuk selalu „rewel‟ dan tidak mau bergaul dengan teman sebayanya
di TPA. Namun dengan beragam stimulasi yang diberikan oleh pengasuh selama beberapa minggu terlihat mulai menunjukkan sikap yang kooperatif dan mandiri.
Begitu juga dengan anak perempuan yang berusia tiga tahun yang masih bersifat egosentris dalam bergaul dengan teman sebaya, selalu dititipkan ibunya yang
9
Firsty Wildaniah, 2013 Program Bimbingan Untuk Mengembangkan Perilaku Prososial Anak Usia Dini Melalui Bermain di TPA Taman
Isola Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
mahasiswa di TPA tersebut sehingga perkembangan psikologisnya mengalami peningkatan.
Namun pendidikan dan pembelajaran di TPA masih memiliki keterbatasan dalam mengoptimalkan potensi anak-anak usia dini khususnya perilaku prososial.
Secara umum, para pengasuh di TPA belum memiliki program bimbingan khususnya untuk mengembangkan sikap prososial anak usia dini sehingga seyogyanya terdapat
program yang dapat membantu pengasuh dalam mengoptimalkan perkembangan sosial anak usia dini.
Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dikaji mengenai program bimbingan anak usia dini untuk mengembangkan perilaku prososial di TPA Taman Isola
Bandung.
B. Batasan dan Rumusan Masalah