commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Industri skala kecil atau home industry sangat mempengaruhi tingkat perekonomian suatu negara dan memberikan konstribusi yang sangat besar
dalam mengurangi angka pengangguran yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Begitu pula dengan industri jamu tradisional atau
obat tradisional di Cilacap khususnya Cilacap Timur kecamatan Kroya yang merupakan industri rumah tangga yang memproduksi jamu tradisional khas
daerah Cilacap. Menurut Sekretaris Koperasi Aneka Sari bahwa industri ini terbukti mampu menyerap tenaga kerja lebih dari 6121 orang dari 254 perajin
jamu tradisional yang tersisa dari sekitar 1000 perajin pada tahun 1997-2000 pada waktu dulu sewaktu jamu ini dalam masa kejayaannya.
Industri jamu tradisonal ini telah memproduksi jutaan jamu tradisional yang tersebar hampir diseluruh nusantara dan selama ini produksinya telah
membawa manfaat yang besar baik bagi konsumen maupun produsennya, serta mengenalkan kabupaten Cilacap terhadap daaerah lain melalui produk
jamu yang khas dari daerah ini. Agar jamu tradisional ini mampu bertahan dan terus berkembang dibutuhkan suatu usaha pembinaan. Selain pengelolaan
dan pemberdayaan, perlindungan terhadap eksistensi industri rumahan ini kian menjadi penting untuk melindungi dari segelintir pihak dengan
kepentingan pribadinya yang dapat merugikan pihak lain.
commit to user Seiring dengan berkembangnya industri ini serta berkembangnya
pengetahuan dan harapan masyarakat pelaku industri jamu, akhirnya terjadi upaya pencampuran jamu tradisional dengan obat kimia dengan harapan
mampu meningkatkan kualitas jamu tradisional. Upaya ini dilakukan dengan bekal pengetahuan seadanya dari pelaku industri jamu dan tanpa adanya
arahan dari tenaga ahli farmasi serta pantauan atau arahan dari pihak yang berwenang. Usaha pencampuran tersebut ternyata berdampak positif terhadap
jumlah produksi industri ini karena harganya yang murah dan khasiat yang cepat terasa namun ternyata berpengaruh terbalik terhadap kelangsungan
industri di lingkungan masyarakat. Tidak adanya pantauan, resep atau pengetahuan yang dimiliki oleh pelaku industri jamu dalam indikasi
pencampuran obat kimia tertentu mendapat perhatian yang keras dari pemerintah melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM, Dinas
Kesehatan setempat dan sektor kepolisian sebagai upaya yang di kategorikan sebagai kriminalitas.
Berbagai pelaku industri yang terbukti mencampuri hasil produksinya dengan menggunakan bahan kimia obat tertentu mendapat pencekalan dengan
memberhentikan kegiatan produksi atau menyita hasil produksinya di pasaran. Berbagai pelaku industri menjadi gulung tikar dan tidak mampu lagi
berproduksi karena modal yang seadanya menjadi hilang akibat hasil operasi pasar tersebut. Jumlah perajin yang merugi dapat terlihat dari sejumlah
perajin yang mendatakan diri di Koperasi dari yang semula berjumlah 1000 perajin pada tahun 1997-2000 sekarang hanya berjumlah ± 254 perajin yang
commit to user masih aktif, belum lagi ditambah dengan mereka yang tidak mendatakan diri
di Koperasi karena keanggotaannya bersifat sukarela. BPPOM menghimbau bahwa dengan adanya pencampuran jamu
tradisional dengan bahan obat kimia akan membahayakan kesehatan bahkan nyawa bagi konsumen jamu ini. Namun berdasarkan hasil observasi dan
wawancara dengan Kepala Koperasi Aneka Sari selama ini belum ada konsumen yang mati karena mengonsumsi jamu tradisional Cilacap ataupun
komplain dari konsumen yang terkena penyakit dalam akibat meminum obat tradisional atau jamu tradisional ini. Himbauan ini jelas mematikan image
jamu tradisional di mata para konsumennya. Selama ini juga belum ada kata sepakat mengenai tolak ukur over dosis yang dihimbaukan oleh BPPOM
melalui Dinas Kesehatan atas produksi jamu Cilacap yang menggunakan BKO Bahan Obat Kimia.
Diungkapkan oleh Sekretaris Koperasi Aneka Sari bahwa akibat dari permasalahan ini berbagai ribuan karyawan menjadi menganggur, ratusan
salesman atau distributor menjadi kehilangan pekerjaan mereka, serta pemilik industri kecil jamu tradisional tersebut tidak lagi mempunyai pendapatan atau
pemasukan akibat berhentinya usaha mereka. Masalah pelik ini telah terjadi hampir sekitar 10 tahun lamanya namun hingga sampai sekarang belum ada
penyelesaian yang tepat yang mampu mewakili kepentingan berbagai pihak yang terlibat di dalamnya.
Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap selaku badan yang berwenang dalam fungsi kesehatan masyarakat diharapkan mampu untuk mengelola,
commit to user memberdayakan, dan melindungi kegiatan ekonomi yang bergerak dalam
bidang kesehatan khususnya industri jamu tradisional atau obat tradisional. Sekarang ini industri jamu tradisional atau obat tradisional di Cilacap dalam
kondisi yang kritis dan memprihatinkan. Bahkan boleh dikatakan hampir punah. Terlihat hanya tinggal segelintir perajin yang mampu bertahan yaitu
sejumlah ± 254 perajin dari jumlah sebelumnya yaitu 1000 perajin pada tahun 1997-2000. Dikatakan oleh Sekretaris Koperasi Aneka Sari bahwa
menurunnya jumlah perajin tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah :
1. Pembunuhan karakter terhadap jamu tradisional Cilacap karena disinyalir menggunakan BKO yang membahayakan kesehatan oleh beberapa
oknum tertentu bahwa jamu Cilacap berbahaya untuk dikonsumsi. 2. Plagiat dari daerah lain karena terbuktinya potensi industri rumah tangga
ini dalam menghasilkan rupiah yang besar. Apalagi didorong oleh lemahnya eksistensi industri jamu ini di Cilacap.
3. Lemahnya koordinasi antar perajin jamu tradisional di kabupaten Cilacap 4. Preferensi oleh masyarakat sebagai akibat dari pembunuhan karakter
terhadap jamu ini melalui media massa Dibutuhkan suatu sikap, tindakan dan ketegasan dari pemerintah
melalui Dinas Kesehatan khususnya akan fenomena yang terjadi terhadap industri ini dan menjadikan hasil indutri ini tidak merugikan kesehatan
maupun keselamatan konsumennya seirama dengan pemberdayaan jenis
commit to user usaha ini sehingga masyarakat kembali mendapatkan sumber pendapatan
mereka. Sikap Dinas Kesehatan dalam permasalahan ini menjadi suatu
perhatian yang penting terkait sebagai lembaga yang membawahi masalah kesehatan masyarakat dan mengingat tingginya potensi ekonomi dalam sektor
ini. Diharapkan kebijakan melalui program pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan merupakan kebijakan yang tepat dan mampu menjawab
persoalan yang terjadi serta sesuai dengan kebutuhan dan harapan stakeholder lainnya yaitu perajin jamu dan konsumen.
Sikap Dinas Kesehatan tersebut dengan memberikan tanggapan bahwa para perajin jamu harus menstandarkan produksinya sesuai dengan ketentuan
CPOTB Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik. Hal ini didukung dengan kegiatan pembinaan yang dilakukan baik formal maupun informal.
Pembinaan yang telah berlangsung lama tersebut ternyata belum memberikan hasil yang efektif. Hal ini terbukti karena masih adanya
pengusaha jamu yang menggunakan BKO. Dengan demikian dalam upaya pencapaian tujuan tersebut yaitu produk jamu yang sesuai dengan CPOTB,
pembinaan harus dilakukan secara tepat yaitu pemberian layanan yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat sebagai penerima layanan dengan
tetap menerapkan prinsip adil dan bijaksana. Pemenuhan pelayanan yang sesuai dengan aspirasi tersebut hendaknya juga tidak menganggu ketentraman
masyarakat lainnya yang berada diluar sasaran program pembinaan tersebut. Sehingga pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan harus sesuai
commit to user dengan kebutuhan dan harapan masyarakat yaitu pembinaan yang responsif
terhadap perajin jamu. Responsivitas Dinas Kesehatan dalam pembinaan yang diberikan kepada perajin jamu menjadi hal penting yang harus diamalkan
dalam upaya menciptakan tata pemerintahan yang baik sebagai pemberi layanan kepada masyarakat.
B. RUMUSAN MASALAH