commit to user
BAB IV PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Kabupaten Cilacap
1. Letak Geografis Kabupaten Cilacap a. Keadaan Umum Kabupaten Cilacap
Letak geografis Kabupaten Cilacap pada 108º 4’ 30 “ – 109º 22’ 30 “ Garis Bujur Timur dan 7º 30’ 20 “ – 7º 45’ Garis Lintang Selatan, dengan
luas wilayah 225.361 Km2 dengan batas wilayah meliputi : sebelah utara
:Kabupaten Banyumas sebelah selatan
:Samodera Hindia sebelah timur
:Kabupaten Kebumen sebelah barat
:Kabupaten Ciamis Secara geografis berada di bagian wilayah selatan Provinsi Jawa
Tengah berhadapan langsung dengan perairan Samudera Hindia, dengan panjang garis pantai ± 105 km, yang dimulai dari bagian timur pantai
Desa Jetis Kecamatan Nusawungu ke arah barat hingga Ujung Kulon Pulau Nusakambangan berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat.
Topografi wilayah Kabupaten Cilacap terdiri dari permukaan landai dan perbukitan dengan ketinggian antara 6-198 m dari permukaan laut.
Wilayah topografi terendah pada umumnya dibagian selatan yang merupakan daerah pesisir dengan ketinggian antara 6-12 m dpl, yang
meliputi wilayah Cilacap Timur yaitu Kecamatan Nusawungu, Binangun, Adipala, sebagian Kesugihan, Cilacap Utara, Cilacap Tengah,
commit to user Cilacap Selatan, Kampung Laut, dan sebagian Kawunganten. Topografi
yang termasuk dataran rendah dan sedikit berbukit antara lain Kecamatan Jeruklegi, Maos, Sampang, Kroya, Kedungreja, dan Patimuan dengan
ketinggian antara 8-75 m dpl. Sedangkan topografi yang termasuk dataran tinggi atau perbukitan meliputi wilayah Cilacap bagian barat
yaitu Kecamatan Daeyeuhluhur, Wanareja, Majenang, Cimanggu, Karangpucung, dengan ketinggian antara 75-198 m dpl, dan Kecamatan
Cipari, Sidareja, sebagian Gandrungmangu, dan sebagian Kawunganten dengan ketinggian antara 23-75 m dpl.
Kabupaten Cilacap dalam tatanan administrasi pemerintahan terdiri dari 24 Kecamatan dan 284 desakelurahan, dengan spesifikasi 11
Kecamatan 72 desakelurahan yang memiliki wilayah pesisir di wilayah selatan Jawa Tengah. Jumlah penduduk keseluruhannya berdasarkan
sensus penduduk pada tahun 2009 mencapai 1,744,128 jiwa laki-laki: 873,251 jiwa; perempuan: 870,877 jiwa, pertumbuhan penduduk sekitar
0.32. Berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin terbanyak pada kelompok umur 15-19 dengan jumlah 180,653 yaitu laki- laki 92,686 dan
perempuan 87,967. b. Visi
Visi pemerintah Kabupaten Cilacap sesuai RPJMD Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Cilacap Tahun 2008-2012 adalah “Terciptanya Pemerintahan Yang Tangguh,
commit to user Terpercaya
Dan Mandiri
Guna Mewujudkan
Kesejahteraan Masyarakat”.
c. Misi
Untuk mewujudkan Visi Kabupaten Cilacap ditetapkan Misi sebagai berikut:
Menyelenggarakan pemerintahan daerah secara efisien dan efektif dengan mensinergikan upaya-upaya bersama antara pemerintah, swasta
dan masyarakat Good Governance. 1 Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia baik sumberdaya
aparatur maupun sumberdaya masyarakat secara luas sebagai modal dasar bagi pelaksanaan otonomi daerah.
2 Memberikan pelayanan prima dalam rangka menumbuhkan iklim investasi yang sehat.
3 Penguatan struktur perekonomian daerah melalui penguatan potensi ekonomi lokal.
4 Meningkatkan pembangunan atau penyediaan sarana dan prasarana infrastruktur ekonomi, perdagangan, pendidikan dan kesehatan untuk
mencapai derajat manusia yang bermartabat. 5 Meningkatkan
kemampuan keuangan
daerah dengan
mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan daerah melalui
kebijakan yang berpihak pada masyarakat. Mengacu kepada Misi yang dijalankan oleh Kabupaten Cilacap
bahwa Pemerintah Daerah tersebut mengupayakan adanya kerjasama
commit to user yang sinergi antar lembaga yang saling terkait secara bersama-sama
memberdayakan potensi ekonomi lokal melalui pemberian bantuan yang mampu menunjang jalannya pemberdayaan tersebut.
Apabila Misi tersebut berhasil dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah secara keseluruhan maka secara tidak langsung Visi dari Pemerintah
Daerah Cilacap akan terwujud. Yaitu masyarakat yang mandiri dan sejahtera secara ekonomi dan sosial karena pembangunan ekonomi
yang baik adalah pembangunan ekonomi yang mampu menciptakan pemerataan kesejahteraan masyarakat. Salah satunya adalah dengan
pemberdayaan ekonomi masyarakat bawah agar mampu berkembang dengan baik serta mampu menciptakan kemandirian ekonomi sehingga
akan tercipta pembangunan nasional yang seutuhnya.
commit to user 2. Penyebaran Penduduk Kabupaten Cilacap
a. Gambaran Umum Demografis
Tabel 4.1
Daftar P4B menurut jenis kelamin periode tahun 2008
NO KECAMATAN
LAKI-LAKI PEREMPUAN
JUMLAH
1 DAYEUHLUHUR
24,116 24,519
48,635 2
WANREJA 47,316
47,449 94,765
3 MAJENANG
61,723 61,724
123,447 4
CIMANGGU 49,199
48,926 98,125
5 KARANG PUCUNG
35,951 36,786
72,737 6
CIPARI 30,532
30,619 61,151
7 SIDAREJA
28,205 28,866
57,071 8
KEDUNGREJA 40,252
39,922 80,174
9 PATIMUAN
22,263 22,553
44,816 10
GANDRUNGMANGU 50,489
51.237 101,726
11 BANTARSARI
34,408 34,086
68,494 12
KAWUNGANTEN 38,764
40,064 78,828
13 KAMPUNG LAUT
8,634 8,116
16,750 14
JERUK LEGI 31,423
30,268 61,691
15 KESUGIHAN
48,219 47,954
96,173 16
ADIPALA 40,124
39,994 80,118
17 MAOS
23,493 23,485
46,978 18
SAMPANG 18,611
18,346 36,957
19 KROYA
51,027 51,337
102,364 20
BINANGUN 33,185
32,448 65,633
21 NUSAWUNGU
38,576 38,278
76,854 22
CILACAP SELATAN 39,658
38,639 78,297
23 CILACAP TENGAH
42,217 41,835
84,052 24
CILACAP UTARA 34,866
33,426 68,292
TOTAL 873,251
870,877 1,744,128
Sumber Data : BPS Kabupaten Cilacap 20092010 Penduduk Kabupaten Cilacap tersebar ke dalam 24 Kecamatan.
Berdasarkan tabel 2.1 tersebut dapat terlihat bahwa Majenang merupakan
Kecamatan dengan
jumlah penduduk
terbesar dibandingkan dengan kecamatan–kecamatan lainnya di Kabupaten
Cilacap. Kroya berada pada urutan kedua Kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak. Sedangkan Kecamatan dengan jumlah penduduk
commit to user terkecil berada pada Kecamatan kampung laut yang merupakan
wilayah yang terisolasi karena pemukimannya berada diatas pantai. Kabupaten Cilacap bisa dikatakan sebagai Kabupaten dengan
berbagai sektor industri yang cukup menonjol. Terbukti dengan banyaknya industri besar yang berada di Kabupaten ini seperti induk
Pertamina terbesar di Jawa Tengah berada di Kabupaten Cilacap yang menyediakan kebutuhan minyak, gas dan bahan bakar lainnya. Cilacap
juga merupakan salah satu penghasil ikan hiu terbaik karena hiu-hiu tanggkapan dari daerah Cilacap memiliki kualitas kesegaran yang tidak
diragukan lagi. Cilacap merupakan pengekspor kapulaga dan temulawak terbesar ke Cina khususnya dari daerah Dayeuhluhur.
Selain itu juga terdapat industri pengolahan kayu lapis, PLTU, Holcim, dlsb.
Tingginya angka industri di Cilacap menunjukan iklim bisnis yang potensial di kawasan ini. Dengan demikian para investor telah banyak
yang mempercayakan modalnya untuk menjalankan usahanya di Kabupaten Cilacap. Secara tidak langsung hal ini akan memberikan
keuntungan yang berlipat karena selain perolehan dari PAD hal ini juga akan sejalan dengan lapangan pekerjaan yang akan tersedia.
Apabila kesempatan kerja tersebut mampu diimbangi dengan kualitas SDM yang sesuai dengan kebutuhan maka akan dapat mengurangi
angka pengangguran.
commit to user Mengacu kepada keuntungan yang akan di dapat maka akan
menjadi lebih baik apabila Pemerintah Kabupaten Cilacap terus mengupayakan dan membantu perkembangan sektor industri dalam
segala jenis usahanya agar terus maju dan berkembang karena sejalan dengan perkembangan tersebut akan memberikan keuntungan kepada
Pemerintah Daerah dan masyarakat pada umumnya. Berikut merupakan tabel mengenai jumlah perusahaan industri di Kabupaten
Cilacap beserta tenaga kerja yang ada di dalamnya.
Tabel 4.2 Jumlah Perusahan Industri Dan Tenaga Kerja
Menurut Kode Industri Kabupaten Cilacap Tahun 2009
Kode Industri
Besar Sedang
Jml Perus
Tenaga Kerja Produksi Tng Kerja Lainnya
Laki2 PR
Jml Laki2
PR Jml
15 Besar
Sedang 6
33 594
582 841
380 1,435
962 280
149 64
32 344
181 17
Besar Sedang
1 -
480 -
- -
480 190
- 20
- 210
20 Besar
Sedang 3
1 1,863
21 373
- 2,236
21 57
10 29
- 86
10 23
Besar Sedang
- 1
- 30
- 30
60 7
- -
- 7
24 Besar
Sedang -
3 -
96 -
42 138
- 96
- 12
108 25
Besar Sedang
5 1
1,837 50
725 20
2,562 70
1,111 5
221 2
1,332 7
26 Besar
Sedang 1
- 598
- 5
- 603
132 -
29 -
161 36
Besar Sedang
- 1
- 15
- 45
60 -
3 -
- 3
Sumber : BPS Kabupaten Cilacap 20092010 Keterangan :
15 Perusahaan Industri Makanan dan Minuman
17 Perusahaan Industri Tekstil
20 Perusahaan Industri Pengolahan Kayu, barang dari kayu tidak
termasuk furniture dan barang anyaman 23
Industri Batu Bara, Pengilangan Minyak Bumi dan Pengolahan Gas Bumi, Barang-barang Dari Hasil Pengilangan Minyak Bumi, Dan
Bahan Bakar Nuklir 24
Perusahaan Industri Kimi dan Barang-barang dari Kimia 25
Perusahaan Industri Pengolahan Karet dan barang-barang dari karet 26
Perusahaan Industri Pengolahan barang galian bukan logam 36
Industri Furniture dan Industri Pengolahan Lainnya
commit to user Dari tabel tersebut terlihat bahwa sektor industri yang paling
banyak adalah berada pada perusahaan makanan dan minuman kategori industri sedang yang mencapai jumlah 33 industri yang
mampu menyerap tenaga kerja ± 1143 tenang kerja. Menurut BPS Kabupaten Cilacap bahwa industri besar adalah
perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja minimal 100 orang, industri sedang adalah perusahaan industri dengan tenaga kerja 20-99
orang serta industri kecil adalah industri dengan tenaga kerja 5-19 orang sedangkan industri rumah tangga adalah industri dengan tenaga
kerja 1-4 orang. Sesuai dengan tabel 4.2 diatas sektor perusahaan makanan dan minuman memiliki jumlah tenaga kerja laki–laki lebih
banyak dibanding dengan perempuan. Selain itu sektor industri makanan dan minuman merupakan salah satu jenis mata pencaharian
sektor industri yang menonjol dibandingkan dengan lainnya. Dengan demikian banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada
sektor perusahaan menengah tersebut. 3. Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Cilacap
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat esensial karena kondisi kesehatan seseorang akan sangat
mempengaruhi kelancaran aktivitasnya. Kepedulian Pemerintah terhadap masalah kesehatan diwujudkan antara lain melalui penyediaan beberapa
sarana kesehatan seperti Pukesmas, Puskesmas Pembantu dan Polindes yang keberadaannya telah menyebar di tiap Kecamatan. Adanya
commit to user Puskesmas tersebut merupakan wujud fasilitas kesehatan dari Pemerintah
yang mudah, dekat dan terjangkau bagi masyarakat. Puskesmas tersebut berfungsi untuk melayani kebutuhan kesehatan bagi masyarakat setempat,
membina dan mengawasi kesehatan masyarakat sekitarnya. Di Kabupaten Cilacap setiap Kecamatan telah memiliki minimal satu
Puskesmas. Bahkan beberapa Kecamatan yang penduduknya relatif banyak telah berdiri dua Puskesmas, sehingga ratio Puskesmas terhadap
penduduk pada tahun 2009 adalah satu Puskesmas rata-rata melayani 48,488 penduduk BPS Kabupaten Cilacap Tahun 2009-2010.
Di samping itu, untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, di Kabupaten Cilacap telah ada 81 Puskesmas pembantu dan
2,062 Posyandu. Salah satu peran serta masyarakat dalam upaya pembangunan kesehatan adalah dengan mengikuti program KB dan
proram imunisasi. Pada tahun 2009 pencapaian akseptor KB baru tercatat sebanyak 62,711 dari target sebanyak 99,942.
4. Struktur Mata Pencaharian Masyarakat Kecamatan Kroya
Jenis mata pencaharian di Kecamatan Kroya dibagi menjadi beberapa jenis mata pencaharian yaitu 8 sektor. Diantaranya adalah
pertanian, pertambangan, industri, bangunan, perdagangan, angkutan komunikasi, jasa dan lain-lainnya yang tidak termasuk dalam kelompok-
kelompok tersebut. Di Kecamatan Kroya mayoritas penduduknya bekerja pada sektor pertanian dengan jumlah 21,619 penduduk kemudian disusul
dengan perdagangan mencapai jumlah 8,945 penduduk, jumlah tersebut
commit to user dari jumlah keseluruhan tenaga kerja 48,820 penduduk. Sektor industri
hanya mencapai 2,775 penduduk dan menempati urutan ke-enam. Kelompok masyarakat yang bekerja pada sektor industri jamu merupakan
kelompok masyarakat yang masuk dalam kelompok perdagangan dan perindustrian. Salah satu sisi mereka sebagai produksen di sisi lainnya ada
juga yang sebagai distributor atau pedagang. Atau bahkan ada juga yang berperan dua-duanya. Data lebih lanjut dapat terlihat pada tabel 4.3.
Banyaknya jumlah penduduk yang bekerja pada suatu sektor akan mempengaruhi jumlah buruh yang ada di dalamnya. Seringkali semakin
banyak penduduk yang bekerja pada suatu sektor maka akan menciptakan hubungan yang positif dengan jumlah buruh yang ada di dalamnya. Hal ini
karena semakin tinggi produksi suatu barang maka akan semakin tinggi pula tuntutan terhadap SDM. Salah satunya adalah sebagai tenaga produksi
atau buruh. Semakin berkembangnya suatu sektor maka kesempatan pekerjaan bagi buruh akan semakin meningkat. Apalagi dalam sektor
industri pada khususnya seringkali berhubungan dengan produksi dalam jumlah yang besar yang membutuhkan tenaga manusia lebih banyak
walaupun mesin-mesin produksi modern telah berkembang di masyarakat. Banyaknya jumlah buruh di Kecamatan Kroya dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.3 Mata Pencaharian Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Lapangan Usaha Akhir Tahun 2009
Desa Kel Pertanian
Pertambangan Industri
Bangunan Perdagangan
Angkutan Komunikasi
Jasa Lainnya
Jumlah
Sikampuh 2,402
- 140
140 360
39 318
126 3,525
Karangturi 1,627
- 88
185 253
28 154
100 2,435
Ayamalas `1,206
- 129
130 301
47 616
232 2,661
Karangmangu 1,242
- 72
159 522
73 952
228 3,248
Pucung Kidul 1,124
- 440
155 519
70 421
135 2,864
Mergawati 842
- 296
184 157
32 270
`179 1,960
Pucung Lor 1,100
- 392
140 466
53 317
128 2,596
Bajing 476
- 61
207 842
89 1,010
301 2,986
Kroya 616
- 135
182 1,029
187 307
381 2,837
Pesanggrahan 754
- 90
195 401
88 360
132 2,020
Pekuncen 1,468
- 55
245 343
92 943
242 3,388
Bajing Kulon 872
- 72
190 651
59 943
196 2,983
Kedawung 1,733
- 145
265 812
80 419
200 3,654
Mujur 1,282
- 194
136 531
99 381
278 2,901
Gentasari 2,441
- 301
240 1,149
68 702
329 5,230
Mujur Lor 792
- 90
139 352
43 161
206 1,783
Buntu 821
- 75
138 257
46 210
202 1,749
Jumlah 21,619
- 2,775
3,030 8,945
1,193 8,484
3,595 48,820
Sumber : BPS Kabupaten Cilacap 20092010
Tabel 4.4 Banyaknya Buruh Tani, Nelayan, Buruh Industri, Buruh Bangunan, PNS, TNI POLRI Dan Pensiunan Menurut Desa
Tahun 2009
Desa Kelurahan Buruh Tani
Nelayan Buruh Industri
Buruh Bangunan
PNS POLRI Pensiunan
Pengusaha
Sikampuh 1,200
3 175
132 76
47 90
Karangturi 930
3 60
169 13
3 89
Ayamalas 560
- 92
116 47
25 86
Karangmangu 740
- 68
145 109
42 126
Pucung Kidul 580
4 300
140 86
30 154
Mergawati 521
3 176
167 32
9 73
Pucung Lor 649
- 342
136 40
6 160
Bajing 290
2 46
188 175
89 187
Kroya 290
1 120
170 382
100 222
Pesanggrahan 468
14 86
181 13
10 132
Pekuncen 1,052
3 47
230 71
23 90
Bajing Kulon 330
2 99
172 70
84 110
Kedawung 860
6 190
251 82
30 168
Mujur 650
4 257
120 92
40 128
Gentasari 1,852
4 334
229 186
65 291
Mujur Lor 418
4 108
121 17
20 88
Buntu 500
1 96
119 46
8 82
Jumlah 11,890
54 2,596
2,787 1,537
631 2,276
Sumber : BPS Kabupaten Cilacap 20092010
commit to user Berdasarkan tabel 4.4 tersebut terlihat bahwa jumlah buruh terbesar
berada pada sektor pertanian mencapai 11,890 kemudian disusul dengan jumlah buruh bangunan dengan jumlah 2,787. Terdapat angka yang menarik
yaitu pada jumlah buruh industri pada tabel 4.4 tersebut yaitu mencapai angka 2,596. Hal ini karena sesuai tabel 4.3 jumlah penduduk dengan mata
pencaharian industri tidak begitu menonjol dibandingkan dengan sektor lainnya, namun jumlah buruh yang bekerja pada sektor industri mampu
memberikan angka yang signifikan dibandingkan dengan jumlah buruh pada sektor mata pencaharian lainnya.
Dengan demikian dapat terlihat bahwa sektor industri lebih berperan dalam penyerapan tenaga kerja di dalamnya. Sektor industri mampu
menyerap tenaga kerja lebih banyak dibandingkan dengan sektor usaha lainnya. Dengan demikian sektor industri seharusnya harus terus
mendapatkan perhatian dari Pemerintah agar dapat terus berkembang.
commit to user 5. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap
Setiap organisasi memiliki Visi sebagai identitas keberadaan
organisasi tersebut ada. Melalui Visi maka dapat terlihat untuk apa organisasi itu hadir dan ada di tengah kehidupan masyarakat. Selain itu Visi merupakan
arah tujuan utama organisasi berjalan. Begitupula dengan Dinas Kesehatan yang merupakan lembaga pemerintah di tingkat daerah yang berwenang dan
berfungsi untuk memelihara, membina dan meningktkan tingkat kesehatan masyarakat di tingkat wilayahnya. Dalam mewujudkan fungsi tersebut Dinas
Kesehatan juga memilikin Visi dan Misi yang menjadi arah tujuannya. Berikut merupakan Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap :
a. Visi Visi
Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap yaitu terwujudnya
masyarakat Cilacap yang sejahtera, maju, mandiri, bersaing, memiliki solidaritas yang tinggi dalam suatu pemerintahan yang adil, demokratis,
bersih, bertanggungjawab serta Cilacap sebagai pusat pembangunan Jawa Tengah bagian selatan melalui pemanfaatan secara optimal segenap
sumber daya yang ada dengan mempertimbangkan keserasian dan kelestarian.
b. Misi Dalam upaya mewujudkan Visi tersebut beberapa Misi yang akan
dilakukan yaitu:
commit to user 1
Meningkatkan pendapatan masyarakat melalui pengembangan ekonomi kerakyatan dengan memperhatikan aspek pemerataan dan
keadilan. 2
Meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan formal maupun pendidikan ketrampilan untuk mewujudkan masyarakat yang maju
dan memiliki daya saing tinggi. 3
Meningkatkan kemandirian melalui pengembangan program-program pemberdayaan
serta merangsang
tumbuhnya kewaspadaan
masyarakat. 4
Meningkatkan derajat ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam rangka meningkatkan kualitas moral dan kerukunan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
commit to user 6. Gambaran Umum Jamu Cilacap
Kabupaten Cilacap pada umumnya, dan wilayah Cilacap Timur khususnya terkenal sebagai daerah perajin jamu jawa. Usaha ini merupakan
usaha turun-temurun dari nenek moyangnya. Seperti kita ketahui bersama bangsa kita terkenal beraneka ragam tanaman obat yang tersebar di seluruh
kepulauan Indonesia. Bahkan tanaman yang berkhasiat obat banyak tumbuh secara liar disekeliling kita. Pemanfaatan tanaman obat yang bisa
dimanfaatkan menjadi jamu awalnya digunakan sebagai pertolongan pertama untuk obat keluarga khususnya di wilayah Cilacap timur yaitu di
Desa Gentasari, namun karena ternyata mendatangkan nilai ekonomis, dibuatlah usaha peracik jamu tradisional.
Usaha perajin jamu jawa yang ada di desa Gentasari pada awalnya adalah usaha pengisi waktu luang sehabis para petani mengerjakan usaha
tani tanaman pangan sawah. Sebagai usaha sampingan pengisi waktu luang tentunya dalam pemasarannya tidak terlalu luas atau besar.
Sejalan dengan perkembangan ekonomi di negara kita, ternyata hal ini berdampak baik terhadap perkembangan pemasaran jamu jawa dari Desa
Gentasari pada khusunya dan Kecamatan Kroya pada umumnya, selain itu jamu jawa semakin mendapat tempat di hati para konsumen, sehingga
kedudukan usaha jamu semakin berkembang, dan menjadi usaha pokok atau setidaknya mempunyai kedudukan yang sama dengan usaha pertanian.
Atas pertimbangan tersebut pada tahun 1978 dibentuk Himpunan Perajin Jamu Jawa yang ada di Gentasari dan sekitarnya dan sekaligus
commit to user merupakan embrio dari Koperasi. Perkembangan Perajin Jamu Jawa
semakin meningkat maka para pembina terutama dari Departemen Koperasi, Departemen Perindustrian dan Departemen Perdagangan memandang perlu
untuk menjadikan HPJA sebagai Koperasi dan pada tanggal 10 Juli 1985. Himpunan Perajin Jamu Jawa Asli dilikuidasi menjadi Himpunan Perajin
Indonesia HIPMI sektor jamu jawa sebagai wadah kelembagaannya dan Koperasi Perajin Jamu Asli Gentasari sebagai bidang usahanya dan Badan
Hukum disyahkan pada tanggal 10 Februari 1986 oleh Bupati Cilacap Pujono Pranyoto dengan nomor Badan Hukum : 10485BHVI.
Untuk memperluas jangkauan pembinaan anggota Koperasi maka pada tanggal 16 Agustus 1994 diadakan rapat anggota khusus untuk membahas
perubahan ADART, dan dari hasil musyawarah tersebut disetujui untuk merubah nama Koperrasi Perajin Jamu Asli Gentasari menjadi Koperasi
Aneka Sari. Berdasarkan PerMenKes Nomor: 246MenKesPerV1990 Bab I
Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 1 bahwa Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan
atau galenik atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun menurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Dengan
demikian bahwa pelaku atau pengusaha obat tradisional merupakan orang atau pihak yang membuat atau mengusahakan bahan atau ramuan tersebut
diatas dengan berdasarkan pengalaman.
commit to user Kualifikasi industri obat tradisional menurut PerMenKes tersebut diatas
adalah sebagai berikut yang tertuang dalam Bab 1 ketentuan Umum Pasal 1 ayat 2 dan 3 yaitu : 2 Industri Obat Tradisional adalah industri yang
memproduksi obat tradisional dengan total aset diatas Rp 600.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan, 3 Industri Kecil Obat Tradisional adalah
industri obat tradisional dengan total aset tidak lebih dari Rp 600.000.000, tidak termasuk harga tanah dan bangunan.
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi di lapangan bahwa rata- rata modal pengusaha jamu PJ adalah jauh dibawah Rp 600.000.000.
Dengan demikian berdasarkan kualifikasi tersebut maka rata-rata pengusaha jamu di kecamatan Kroya adalah merupakan pengusaha industri kecil obat
tradisional. Dalam usaha mendirikan industri obat tradisional diperlukan izin dari Mentri hal ini sesuai dengan PerMenKes Bab I Pasal 2 ayat 1.
Selain itu industri kecil obat tradisional wajib memenuhi persyaratan untuk memiliki NPWP Nomor Pokok Wajib Pajak sesuai dalam
PerMenKes 246 Bab III Pasal 6 ayat 2. Selain memiliki NPWP industri kecil obat tradisional harus memperkerjakan sekurang-kurangnya seorang
Apoteker warga negara Indonesia sebagai penanggung jawab tekhnis hal ini tertuang pada PerMenKes 246 Bab III Pasal 8 ayat 2. Industri kecil obat
tradisional kemudian juga diwajibkan untuk mengikuti pedoman CPOTB Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik tertuang pada PerMenKes
246 Bab III Pasal 9 ayat 1. Berdasarkan lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor: HK.00.05.4.1380 CPOTB
commit to user merupakan persyaratan kelayakan dasar untuk menerapkan sistem jaringan
mutu yang diakui dunia internasional. Untuk itu sistem mutu hendaklah dibangun, dimantapkan dan diterapkan sehingga kebijakan yang ditetapkan
dan tujuan yang diinginkan dapat dicapai. Dalam PerMenKes 246 Bab IV Pasal 13 ayat 2 dan 3 terdapat suatu
kelonggaran berkaitan dengan pembangunan proyek perajin obat tradisional dapat mengajukan perpanjangan persetujuan prinsip industri kecil obat
tadisional selama-lamanya satu tahun lihat lampiran PerMenKes 246. Dalam industri kecil obat tradisional bahan baku ditentukan oleh
pejabat Dinas Kesehatan setempat. Dalam PerMenKes 246 Bab V Pasal 23 ayat 2 bahwa salah satunya dilarang menggunakan bahan kimia sintetik
atau hasil isolasi yang berkhasiat sebagai obat lihat lampiran PerMenKes 246.
Klasifikasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan ataupun Koperasi mengenai tingkatan industri obat tradisional atau jamu tidak ada standar
bakunya. Berdasarkan kondisi di lapangan atau masyarakat jamu saat ini dari jumlah 257 perajin 222 diantaranya adalah skala home industry atau
industri kecil obat tradisional dengan modal di bawah Rp 600.000.000. Dengan demikian ± 35 perajin lainnya merupakan skala menengah diatas Rp
600.000.000. Namun berdasarkan observasi dilapangan diantara 35 perajin yang digolongkan sebagai industri obat tradisional modal diatas Rp
600.000.000 belum ada yang telah memiliki gedung atau bangunan standar CPOTB.
commit to user Diungkapkan oleh Bidang Pelayanan Kesehatan bagian Farmami
bahwa pernyataan Jamu Tradisional sebenarnya kurang tepat karena ungkapan yang benar menurut pihak Dinas Kesehatan adalah Obat
Tradisional. Namun mengacu pada lampiran Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor: HK.00.05.4.1380 istilah obat tradisional
merupakan jamu. Keberadaan obat tradisional atau jamu tradisional di Kecamatan Kroya dan sekitarnya memiliki potensi yang positif. Namun,
karena seiring dengan perkembangan para pengusaha jamu tersebut sehingga menciptakan kecenderungan kuat dengan mencampuri hasil
produksi mereka dengan bahan kimia obat BKO. Hal ini merupakan satu hal yang dilarang pada pembuatan obat tradisional. Walaupun menggunakan
pengawasan Apoteker produksi obat tradisional dilarang menggunakan Bahan Kimia Obat.
Perbedaan konsep peristilahan antara perajin jamu tradisional dan Dinas Kesehatan yaitu “Jamu Tradisional” dan konsep “Obat Tradisional”
didasarkan pada skala produksi dan efek produk tersebut. Berdasarkan informasi dari Dinas Kesehatan istilah yang seharusnya digunakan adalah
obat tradisional bukan jamu tradisional. Menurut pihak Dinas Kesehatan bagian staff Farmami yaitu Ibu Titi bahwa dari segi produksinya terdapat
beberapa perajin atau pengusaha dengan skala produksi menengah ke atas sehingga tidak layak apabila didefinisikan sebagai perajin yang konotasinya
adalah skala kecil. Selain itu istilah kata perajin secara tidak langsung bermakna legalitas produksi dengan cara yang tradisional seperti peralatan
commit to user yang tradisional dan tanpa adanya Apoteker. Hal ini karena Dinas
Kesehatan mengharapkan bahwa produksi obat jamu tradisional harus diproduksi sesuai dengan standar kesehatan salah satunya adalah adanya
Apoteker dan sesuai dengan alur produksi CPOTB. Namun klasifikasi yang diberikan oleh Dinas Kesehatan mengenai skala usaha industri baik skala
menengah atau kecil tidak ada indikator baku yang digunakan maka penetapan ini menjadi tidak jelas dan tepat. Hal ini karena klasifikasi yang
ada pada PerMenKes 246 tidak dijadikan pedoman yang baku dalam menentukan skala usaha industri obat tradisional.
Awal mula penggunaan BKO pada sejumlah produksi jamu diungkapkan oleh salah satu perajinpengusaha jamu bahwa telah terjadi
sekitar tahun 1999 sebagai konsekuensi adanya salah satu pengusaha jamu yang menggunakan BKO sehingga memancing perajinpengusaha jamu
lainnya untuk ikut menggunakan BKO sebagai bentuk persaingan usaha. Apalagi ditambah dengan khasiat yang lebih cepat terasa dan harga produksi
yang menjadi lebih murah. Jamu tradisional Cilacap memproduksi berbagai jenis jamu dengan
khasiat yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan konsumen. Diantaranya adalah:
1 Jamu Gemuk Sehat
2 Jamu Pegal Linu
3 Jamu Pengobatan Asam Urat
4 Jamu Pengobatan Asma
commit to user 5
Jamu Pelangsing 6
Jamu Mengobati Hipertensi, dlsb Berdasarkan ungkapan Apoteker bahwa jamu tradisional ini mencapai
zaman kesuksesannya sekitar tahun 1997-2000. Mereka peracik jamu home indutry ini mampu menyerap karyawan sampai 150-200 orang, sedangkan
skala menengah mampu menyerap sekitar 3000 karyawan dengan omset rata-rata per-PJ 200 juta untuk per-bulan. Skala yang digunakan tersebut
juga tidak ada indikator yang jelas. Hal ini hanya didasarkan pada sejumlah pengusaha jamu yang dianggap jauh menonjol dibandingkan dengan
lainnya. Dalam waktu tersebut yaitu tahun 1997-2000 pengusaha dengan skala yang dianggap menengah tersebut hanya 2-3 pengusaha.
Sekarang ini hal tersebut hanya sebatas cerita pengrajin jamu dengan ± 3000 karyawan. Sejak adanya oknum yang mempelopori penggunaan BKO
usaha ini kini hampir punah dan belum juga mendapat titik terangnya. Hal ini karena produksi jamu yang disinyalir mnenggunkan BKO akan terus
diawasi dan dilakukan penertiban lokasi produksi dan pasar sehingga bisa mengakibatkan hilang dan berkurangnya modal para perajinpengusaha
jamu. Terdapat salah satu peracik jamu tradisional yaitu Bapak Parmin 07
Februari 2011 yang kini menjadi percontohan produksi jamu tanpa BKO bahwa dia memproduksi jamu tradisional murni dari khasiat tumbuh-
tumbuhan yang diramu sedemikian rupa sehingga menghasilkan jamu sesuai
commit to user dengan khasiat yang diinginkan. Bahan-bahan yang digunakan antara lain
adalah : a. cabe jawa
b. temu lawak c. lengkuas
d. pala e. kunir
f. jahe g. kencur
h. kapulaga i. sambiroto, dlsb.
Berbagai bahan tersebut kemudian dikeringkan dengan mesin oven yang merupakan pemberian cuma-cuma dari pihak LIPI untuk kemudian
digiling lagi menggunakan mesin penghalus yang juga merupakan hadiah dari LIPI dan Lembaga Riset dan Tekhnologi Jawa Tengah atas partipasinya
dalam rintisan jamu tradisional yang murni. Hasil dari proses tersebut akan menjadi berbentuk serbuk.
Usaha jamu Bapak Parmin kini dilanjutkan oleh anaknya dengan merintis dari awal produksi murni tanpa menggunakan BKO merupakan
suatu tantangan tersendiri bagi pengusaha muda yang merupakan penerus ke-3 dari leluhurnya. Salah satunya adalah kendala pasaran dalam menerima
hasil produksinya yang dengan harga lebih mahal dibanding dengan produksi jamu lainnya. Selain itu masih terdapat persepsi sebagian
commit to user masyarakat yang merasakan khasiat kurang manjur dengan produksi jamu
yang murni tradisional. Harga pokok hasil produksi jamu tradisional murni tersebut diperkirakan sekitar 12000-13000 rupiah sedangkan yang
menggunakan BKO sekitar 7000 rupiah. Dengan demikian dibutuhkan suatu usaha yang keras dalam
mengembangkan produksi jamu tradisonal murni ini. Namun terdapat suatu peluang tersendiri karena sifat pemasaran jamu tradisional ini adalah selling
direct yaitu door to door sehingga perajin bisa langsung menjual hasil produksinya langsung kepada konsumen sehingga tidak memperpanjang
harga dengan berbagai alur distributor seperti hasil produksi barang lainnya. Diharapkan usaha rintisan anak Pak Parmin ini bisa menjadi
percontohan bagi pegusaha yang lain. Selama bertahun-tahun usaha jamu yang diindikasi menggunakan BKO ini menjadi seperti usaha terselubung
dikalangan Dinas Kesehatan, Kepolisian dan lembaga lainnya. Selama itu pula masalah jamu tradisional belum terpecahkan dengan baik. Jutaan
produk jamu tradisional Cilacap telah tersebar diberbagai Nusantara bahkan ke negara tetangga dan sejumlah produk itu pula telah berkhasiat bagi
sejumlah konsumennya. Namun adanya penggunaan BKO pada sejumlah produk tersebut belum juga mendapat titik temu. Data per-Juni 2010
pengusaha jamu tradisional yang memiliki izin TR hanya berjumlah 31 jenis usaha jamu lihat di lampiran. Sedangkan pengusaha jamu yang masih
terdaftar di Koperasi Aneka Sari berjumlah 254. Berikut merupakan tabel pembagiannya :
commit to user Tabel 4.5
Data Pembagian Perajin Jamu Tradisional Koperasi Aneka Sari
Sumber : Dokumen Koperasi Aneka Sari
Nama Unit Jumlah
I 15
II 23
III 23
IV 9
V 26
VI 28
VII 13
VIII 36
IX 14
X 16
XI 18
XII 33
Jumlah 254
commit to user
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan