Ada beberapa genus makrozoobentos yang terdapat hanya pada satu lokasi misalnya Copelatus, Limnodrillus, dan Ophiogomphus pada lokasi I, Cyrnellus pada
lokasi III, Palaemonetes, Pila, dan Viviparus pada lokasi IV. Hal ini disebabkan kisaran toleransi genus tersebut sangat sempit terhadap kondisi fisik kimia perairan
sehingga hanya dapat hidup pada habitat tertentu yang mendukung kehidupannya.
Desmukh 1992, hlm: 246 menyatakan bahwa dalam komunitas alami biasanya ada beberapa jenis yang melimpah dan banyak jenis yang jarang. Suin 2002,
hlm: 136 menyatakan bahwa daya dukung lingkungan turut menentukan laju populasi. McNaughton 1990, hlm: 64 menjelaskan bahwa kepadatan populasi yang
mantap Steady State Density umunya disebut daya dukung Carrying Capacity lingkungan, secara langsung sebanding dengan jumlah sumber-sumber alam yang
tersedia.
3.1.2 Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E
Perhitungan indeks keseragaman dan indeks keseragaman merupakan analisis yang biasa digunakan dalam analisis populasi dan komunitas makrozoobentos.
Tabel 3.3 Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E Makrozoobentos di Setiap Lokasi Penelitian
Indeks Lokasi
I II
III IV
Keanekaragaman H 1,81
1,94 1,33
1,20 Keseragaman E
0,79 0,78
0,56 0,53
Berdasarkan Tabel 3.3 dapat dilihat bahwa indeks keanekragaman yang diperoleh dari keempat lokasi berkisar antara 1,20 – 1,94. Lokasi II memiliki indeks
keanekaragaman tertinggi sebesar 1,94. Hal ini disebabkan pada lokasi II kandungan organik substrat sebesar 4,704 Tabel 3.5 lebih tinggi dibandingkan ketiga stasiun
lainnya sehingga banyak jenis makrozoobentos yang dapat hidup di lokasi ini. Menurut Barus 2004, hlm: 121, suatu komunitas dinyatakan mempunyai
keanekragaman spesies yang tinggi apabila terdapat banyak spesies dengan jumlah individu masing-masing spesies relatif merata. Dengan kata lain bahwa apabila suatu
kominitas hanya terdiri dari sedikit spesies dengan jumlah individu yang tidak merata, maka komunitas tersebut mempunyai keanekaragaman yang rendah.
Lokasi IV memiliki H’ terendah terdapat pada lokasi yaitu sebesar 1,20. Hal ini disebabkan karena lokasi IV memiliki nilai penetrasi cahaya, pH, oksigen terlarut,
intensitas cahaya, kandungan organik substrat, dan kejenuhan oksigen yang paling rendah bila dibandingkan dengan ketiga lokasi lainnya sehingga mengakibatkan
keanekaragaman organisme rendah dan penyebarannya tidak merata.
Berdasarkan indeks diversitas Shannon – Wienner, diketahui bahwa lokasi penelitian di Sungai Bah Bolon merupakan perairan yang memiliki keanekaragaman
organisme rendah. Berdasarkan kriteria tingkat pencemaran maka dapat diketahui bahwa lokasi I dan II termasuk kategori tercemar ringan serta lokasi III dan IV
termasuk dalam kategori tercemar sedang. Menurut Barus 2004, hlm: 125, klasifikasi tingkat pencemaran berdasarkan nilai indeks diversitas Shannon – Wienner,
2,0 tidak tercemar; 1,6 – 2,0 tercemar ringan; 1,0 – 1,6 tercemar sedang; 1,0 tercemar beratparah.
Nilai indeks keseragaman E yang diperoleh dari keempat lokasi penelitian berkisar 0,53 – 0,79. Lokasi II memiliki indeks keseragaman tertinggi sebesar 0,79.
Hal ini disebabkan oleh penyebaran individu pada lokasi ini lebih merata dibandingkan dengan penyebaran individu di lokasi lain. Lokasi IV memiliki indeks
keseragaman terendah sebesar 0,53. Hal ini disebabkan pada lokasi ini penyebaran makrozoobentos tidak merata. Menurut Yulianda Damar 1994, hlm: 15, indeks
keseragaman E berkisar 0 - 1, dimana jika indeks keseragaman mendekati 0 maka dalam ekosistem tersebut ada kecenderungan terjadinya dominansi jenis yang
disebabkan oleh adanya ketidakstabilan faktor-faktor lingkungan dan populasi, dan jika indeks keseragaman mendekati 1 maka ekosistem tersebut dalam kondisi yang
relatif stabil atau mantap yaitu jumlah individu tiap jenis relatif sama.
3.1.3 Indeks Similaritas IS