Faktor-Faktor Penentu Pilihan Bahasa

2.2.3.3 Variasi dalam Bahasa yang Sama variation within the same language

Jenis pilihan bahasa ini sering menjadi fokus kajian tentang sikap bahasa misalnya dimasukkan pilihan bentuk “sor-singgih” dalam bahasa Bali atau “ngoko- karma” dalam bahasa Jawa, karena variasi unda-usuk dalam kedua bahasa itu ada dalam “bahasa yang sama” Sumarsono, 2002:203-204. Contoh lain, variasi tunggal bahasa variasi dalam bahasa yang sama digunakan untuk menghindari timbulnya kesalahan pada penggunaan bahasa Jawa yang memiliki tingkatan bertutur. Pedagang dan pembeli umumnya tidak saling mengenal sehingga tidak diketahui tingkat sosial lawan bicaranya. Hal tersebut menyebabkan kedua belah pihak tidak tahu tingkat bahasa mana yang tepat digunakan. Jadi, bahasa Indonesia dianggap lebih aman dalam situasi tutur itu karena dapat terhindar dari keharusan menggunakan tingkat tutur yang berbeda seperti yang terdapat pada penggunaan bahasa Jawa Wibowo, 2006:50.

2.1.4 Faktor-Faktor Penentu Pilihan Bahasa

Pilihan bahasa dalam interaksi sosial masyarakat dwibahasa atau multibahasa disebabkan oleh beberapa faktor sosial dan budaya. Evin-Trip dalam Wibowo, 2006:24 mengidentifikasikan empat faktor, yaitu latar waktu dan tempat, situasi, partisipan, topik pembicaraan dan fungsi interaksi. Sedangkan menurut Geertz dalam Umar dan Napitupulu, 1994:25 menyatakan adanya latar belakang sosial, isi percakapan, sejarah hubungan sosial pembicara, dan kehadiran pihak ketiga dalam percakapan. Gal dan Rubin dalam Wibowo, 2006:24 masing-masing menyatakan bahwa partisipan adalah faktor terpenting terjadinya pilihan bahasa Universitas Sumatera Utara sedangkan Rubin menyatakan bahwa faktor lokasi terjadinya interaksi lebih menentukan pilihan bahasa.

2.2 Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai pilihan bahasa dan peristiwa tutur bukanlah hal yang baru, tetapi sudah ada peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan masalah tersebut. Namun, yang meneliti khusus pilihan bahasa pada peristiwa tutur produk makanan dan minuman belum pernah diteliti. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah: 1. Arto Wibowo 2006 dengan skripsinya yang berjudul “Pilihan Bahasa Pedagang Etnis Cina dalam Interaksi Jual-Beli di Pasar kota Salatiga”. Dia menyimpulkan wujud variasi tunggal bahasa, alih kode dan campur kode pedagang etnis Cina dalam interaksi jual beli di pasar kota Salatiga, pola bahasa pedagang etnis Cina dalam interaksi jual-beli di pasar kota Salatiga, dan faktor-faktor yang menentukan pilihan bahasa pedagang etnis Cina dalam interaksi jual beli dipasar kota Salatiga 2. Mayerni Sitepu 2007 dengan skripsinya yang berjudul “Campur Kode dalam Majalah Aneka Yess”. Dia menemukan bentuk-bentuk campur kode berupa penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata, frase, bentuk baster, pengulangan kata, dan ungkapan atau idiom. Selain menemukan bentuk campur kode, dia juga memaparkan pengaruh campur kode terhadap bahasa Indonesia yaitu pengaruh interferensi dan integrasi. 3. Ade Azwida 2007 dengan skripsinya yang berjudul “Pemakaian Bahasa Gaul pada Iklan Produk Komersial Televisi”. Dia menyimpulkan adanya gejala bahasa pada iklan komersial di televisi. Selain adanya gejala bahasa Universitas Sumatera Utara