Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Utang Pajak Dengan Surat Paksa

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI

Pada pembahasan mengenai Analisa dan Evaluasi ini, penulis akan menganalisa suatu data mengenai tunggakan pajak yang dilakukan tindakan Penagihan Pajak serta pencairannya dengan menggunakan Surat Paksa guna meningkatkan penerimaan pajak yang melibatkan Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya.

A. Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Utang Pajak Dengan Surat Paksa

Dengan menganut Self Assessment System, yang memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajaknya untuk menghitung sendiri jumlah pajak terutangnya, pihak Direktorat Jenderal Pajak mengharapkan agar penerimaan Negara dari sektor pajak tersebut dapat meningkat. Sehingga dalam hal ini peranan Wajib Pajak sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan sistem perpajakan tersebut. Namun kenyataan yang terjadi di lapangan, masih banyak Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya yaitu dalam hal pelunasan utang pajaknya. Untuk Wajib Pajak dalam cakupan wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai ini sendiri, masih banyak Wajib Pajaknya yang tidak menghiraukan atas diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak dan selanjutnya pihak aparatur pajak harus menerbitkan Surat Teguran dan kemudian diikuti dengan Surat Paksa apabila Wajib Pajak tidak juga melunasi utang pajaknya. Tabel 4.1 Jumlah Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Binjai Tahun 2009 dan 2010 Tahun Wajib Pajak Orang Pribadi OP Wajib Pajak Badan Wajib Pajak Bendaharawan Jumlah Wajib Pajak Keseluruhan 2009 56.267 3.219 1.317 60.803 2010 69.849 3.755 1.592 75.196 Dari tabel 4.1 di atas, dapat kita lihat bahwa kesadaran Wajib Pajak akan kewajibannya di bidang perpajakan ini meningkat. Hal ini dapat kita lihat secara tidak langsung dari peningkatan jumlah Wajib Pajak antara tahun 2009 menuju tahun 2010. Walapun jumlahnya tidak signifikan, tetapi kesadaran Wajib Pajak ini akan kewajibannya tetap ada dan diharapkan terus meningkat. Walaupun jumlah Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Binjai ini meningkat dari tahun 2009 ke tahun 2010, permasalahan akan ketidakpatuhan ini tidak berhenti sampai disitu saja. Walaupun jumlah Wajib Pajaknya bertambah, namun jumlah utang pajaknya pun bertambah juga. Hal ini terlihat dari masih banyaknya jumlah Surat Teguran dan Surat Paksa yang dikeluarkan oleh Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Binjai. Tabel 4.2 Jumlah Penerbitan Surat Teguran untuk Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Binjai Tahun 2009 dan 2010 Tahun Surat Teguran lembar 2009 1178 2010 3197 Tabel 4.3 Jumlah Penerbitan Surat Paksa untuk Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Binjai Tahun 2009 dan 2010 Tahun 2009 Tahun 2010 Periode Surat Paksa lembar Periode Surat Paksa lembar Januari 11 Januari 39 Februari 17 Februari - Maret - Maret 33 April - April 36 Mei 31 Mei - Juni 26 Juni 26 Juli - Juli 20 Agustus 32 Agustus 26 September - September 30 Oktober 23 Oktober - November 26 November 30 Desember - Desember - Jumlah 166 Jumlah 240 Dari tabel 4.2 dan 4.3 di atas, dapat kita lihat kinerja aparatur pajak pada seksi penagihan pada KPP Pratama Binjai dalam pelaksanaan penagihan pajak pada tahun 2009 dan 2010. Ternyata Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakan masih tetap ada disetiap bulannya. Namun setelah Surat Teguran diterbitkan, masih tetap ada Wajib Pajak yang tidak menghiraukan, maka pihak aparatur pajak harus menerbitkan Surat Paksa sebagai sarana pencairan tunggakan pajak. Cara penagihan yang terakhir yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai ini adalah penagihan paksa, di mana fiskus melalui Jurusita Pajak Negara menyampaikanmemberitahukan surat paksa, melakukan penyitaan dan melakukan pelelangan melalui Kantor Lelang Negara terhadap barang-barang Wajib Pajak. Cara penagihan ini dikenal sebagai penagihan yang “keras” dibidang perpajakan, namun langkah inilah yang diambil dalam upaya terakhir agar Wajib Pajak segera memenuhi kewajibannya. Tata cara pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Binjai terhadap Wajib Pajak yang tidak melunasi utang pajaknya adalah : 1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama mengeluarkan Surat Teguran setelah 7 tujuh hari setelah jatuh tempo pembayaran melalui Kantor Pos dari hasil produk penelitian di antaranya : a. Surat Tagihan Pajak STP b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT Di dalam Pelaksanaan Penagihan ini masih dalam penagihan pasif penyerahan ketetapan pajak. 2. Kemudian apabila Wajib Pajak tidak melunasi utang pajaknya, yang seharusnya dilunasi setelah lewat waktu 21 dua puluh satu hari sejak diterbitkannya Surat Teguran, Pejabat segera menerbitkan Surat Paksa, dan dalam hal ini : a. Jurusita Pajak mendatangi tempat tinggal tempat kedudukan Wajib Pajak Penanggung Pajak dengan memperlihatkan tanda pengenal diri. Jurusita kemudian mengemukakan maksud kedatangannya yaitu memberitahukan Surat Paksa dengan pernyataan dan menyerahkan salinan surat paksa tersebut. b. Jika Jurusita bertemu langsung dengan Wajib Pajak Penanggung Pajak dan meminta agar Wajib Pajak memperlihatkan surat-surat keterangan pajak yang ada untuk diteliti : 1 Apakah tunggakan pajak menurut STPSKP cocok dengan jumlah tunggakan yang tercantum dengan Surat Paksa. 2 Apakah ada Surat Keputusan Pembetulan dan Keberatan Penghapusan. 3 Apakah ada kelebihan pembayaran dari tahun jenis pajak lainnya yang diperhitungkan. 4 Apakah terdapat kelebihan utang tersebut dalam Surat Paksa, diajukan Keberatan. c. Bila Jurusita tidak menjumpai Wajib Pajak Penanggung Pajak maka salinan Surat Paksa tersebut dapat diserahkan kepada : 1 Keluarga Wajib Pajak atau orang yang bertempat tinggal bersama Wajib Pajak Penanggung Pajak yang dewasa dan sehat mental. 2 Anggota pengurus komisaris atau para persero dari badan usaha yang bersangkutan. 3 Pejabat Pemerintahan setempat Bupati Walikota Camat Lurah dalam hal mereka tersebut pada butir 1 dan 2 di atas juga tidak dijumpai. Pejabat ini harus memberi tanda tangan pada surat paksa dan salinannya kepada Wajib Pajak Penanggung Pajak yang bersangkutan. 4 Jurusita yang telah melaksanakan penagihan pajak dengan surat paksa harus membuat laporan pelaksanaan Surat Paksa. d. Bila Wajib Pajak tidak ditemukan di kantor atau tempat usaha tempat tinggal. Apabila hal ini terjadi, maka Jurusita dapat menyerahkan salinan Surat Paksa kepada : 1 Seseorang yang ada di kantornya salah seorang pegawai 2 Seseorang yang ada di tempat tinggalnya misalnya : istri, anak, atau pembantu rumah tangga e. Biaya Penyampaian Surat Paksa 1 Biaya pelaksanaan atau penyampaian Surat Paksa yang meliputi Biaya Harian dan Biaya Perjalanan Jurusita Pajak. Biaya ini dikeluarkan untuk setiap Surat Paksa yang harus disampaikan oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak. 2 Apabila seorang Jurusita Pajak telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, maka ia berhak sepenuhnya menerima biaya penagihan tanpa dikaitkan dengan apakah piutang pajak dan biaya penagihannya telah dilunasi atau belum oleh Wajib Pajak Penanggung Pajak. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa Jurusita yang bersangkutan setelah menerima biaya penagihan, lalu bebas dari tanggung jawabnya terhadap pencairan piutang pajak tersebut. Apabila Jurusita yakin bahwa Wajib Pajak Penanggung Pajak tersebut masih aktif dan potensial, maka ia harus mengambil langkah- langkah untuk melakukan tahap tindakan penagihan lebih lanjut. f. Surat Paksa yang telah dilaksanakan, diserahkan kepada Kasubsi Penagihan disertai dengan Laporan Pelaksanaan Penagihan dengan Surat Paksa dan diteruskan kepada Kepala Seksi Penagihan dan Verifikasi untuk ditanda tangani dan selanjutnya dimasukkan dalam berkas Penagihan Wajib Pajak Penanggung Pajak yang bersangkutan dan terlebih dahulu dicatat tanggal pelaksanaan Surat Paksa dalam buku register pengawasan penagihan, buku register tindakan penagihan, kartu pengawasan tunggakan pajak dan tindakan STPSKP yang bersangkutan. Dalam melaksanakan surat paksa tersebut Jurusita sedapat mungkin melihat keadaan rumah tangga perusahaan Wajib Pajak Penanggung Pajak untuk dapat memberikan informasi dalam rangka mengambil langkah berikutnya. g. Laporan Pelaksanaan Surat Paksa Atas pelaksanaan Surat Paksa dibuat laporan oleh Jurusita yang melaksanakan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa tersebut. Hal-hal yang mendapat perhatian untuk dilaporkan yaitu : 1 Pengakuan penyelesaian surat keberatan. Mengenai hal ini agar diuraikan secara jelas dan jangan sampai melaksanakan penagihan secara paksa sedangkan tunggakannya ternyata sudah dikurangi. 2 Jenis, letak dan taksiran harga dari objek sita dengan memperhatikan tunggakan pajak dan biaya pelaksanaan yang mungkin dikeluarkan. 3 Dalam kesan dan usul hendaknya dilaporkan keadaan yang sebenarnya dari Wajib Pajak Penanggung Pajak antara lain : kemampuan bayar, itikad mau membayar dan pandangannya terhadap penetapan penagihan pajak dan sebagainya, sehingga Jurusita dapat mengajukan usul untuk tindakan penagihan selanjutnya. h. Apabila Jurusita tidak dapat melaksanakan surat paksa secara langsung, maka Jurusita membuat laporan secara tertulis mengenai sebab-sebabnya dan usaha-usaha yang dilakukan dalam upaya surat paksa, antara lain menghubungi Pejabat Pemerintah setempat, Polisi dan sebagainya. Disamping Pejabat Jurusita dapat memperlihatkan melihat aset-aset atau barang-barang yang dimiliki Wajib Pajak untuk melakukan penyitaan suatu saat nanti jika Wajib Pajak masih tetap untuk tidak membayar utangnya. 3. Apabila utang pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak setelah lewat 2 x 24 jam sejak Surat Paksa diberitahukan kepada Wajib Pajak, Pejabat segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan SPMP yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak dengan disaksikan sekurang-kurangnya 2 dua orang yang telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh Jurusita Pajak, dan dapat dipercaya. Pengajuan keberatan oleh Wajib Pajak tidak mengakibatkan penundaan pelaksanaan penyitaan. Penyitaan dapat dilaksanakan terhadap Penanggung Pajak yang berada di tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan atau di tempat lain, termasuk yang penguasaannya berada di tangan pihak lain atau yang dibebani dengan hak tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu. Di dalam pelaksanaan, Jurusita dapat menempelkan kertas penyitaan kepada barang yang akan disita, biasanya barang yang akan disita tidak akan dibawa oleh Jurusita dikarenakan : a. Tidak adanya tempat penyimpanan barang sitaan. b. Mengantisipasi terjadinya kerusakan barang sitaan dalam perjalanan. Barang dari hasil sita harus sebanding dengan jumlah utang pajak yang ditanggung Penanggung Pajak dan jika tidak sebanding maka akan dilakukan penyitaan. 4. Apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak setelah lewat waktu 14 empat belas hari sejak tanggal pelaksanaan penyitaan, Pejabat segera melaksanakan pengumuman lelang. Dan dalam hal pelaksanaan lelang Jurusita mempertanyakan dulu kepada Dinas yang bersangkutan mengenai hak milik barang yang dilelang, misalnya tanah kepada Dinas Pertanahan setempat. Hasil lelang digunakan terlebih dahulu untuk membayar biaya penagihan pajak yang belum dibayar dan sisanya untuk membayar utang pajak. Dalam hal hasil lelang sudah mencapai jumlah yang cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak, pelaksanaan lelang dihentikan walaupun barang yang akan dilelang masih ada. Sisa barang beserta uang kelebihan hasil lelang dikembalikan oleh Pejabat kepada Penanggung Pajak setelah pelaksanaan lelang.

B. Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Penagihan Utang Pajak