integrasi antara pendidikan informal dan

(1)

MAKALAH PENDIDIKAN

INTEGRASI PENDIDIKAN INFORMAL DAN FORMAL

DALAM RANGKA MEMBANGUN MASYARAKAT

GEMAR BELAJAR

Disusun Guna Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Landasan Kependidikan Dosen Pengampu : Prof. Dr. Joko Sutarto, M.Pd

Dr. Khomsun Nurhalim, M.Pd

Oleh:

Arum Ratnaningsih (0103513110)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

KONSENTRASI BAHASA INDONESIA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

ABSTRAK

Makalah ini membahas tentang peran penting antara pendidikan informal dan pendidikan formal dalam menciptakan masyarakat gemar belajar (learning society). Pada makalah ini bertujuan Mengetahui peran pendidikan informal, pendidikan formal dan integrasi keduanya dan pengaruh pendidikan informal dan formal terhadap pembentukan masyarakat gemar belajar (learning society). Tri pusat pendidikan membagi lingkungan menjadi tiga yaitu keluarga atau pendidikan informal, sekolah atau pendidikan formal, dan masyarakat. Learning society berkembang dengan cara bertahap, pertama yang harus dilakukan adalah memberi peluang pada masyarakat untuk mengembangkan proses belajar melalui pendidikan. Kedua, kesadaran masyarakat terhadap makna pendidikan, sehingga perwujudan masyarakat belajar akan lebih mudah tercapai. Integrasi pendidikan keluarga dan pendidikan sekolah dalam rangka membangun masyarakat gemar belajar (learning society), diharapkan dapat mewujudkan masyarakat berencana (planning society). Sehingga dapat memperbaiki kualitas masyarakat bangsa Indonesia dalam segala aspek kehidupan dan menjawab tantangan-tantangan persoalan Negara di masa mendatang.


(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pengalaman di lingkungan. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi manusia, karena lingkungan merupakan tempat seorang memperoleh pendidikan secara langsung dan tidak langsung. Oleh karena itu diperlukan usaha sadar untuk mengatur dan mengendalikan lingkungan agar berorientasi pada tujuan pendidikan yang benar.

Tri pusat pendidikan membagi lingkungan menjadi tiga yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketiga ranah tersebut mempunyai bagian sendiri dalam memajukan pendidikan. Namun masyarakat merupakan komunitas yang khas dalam peran mencerdaskan generasi muda. Sehingga perlunya ada kontrol dari tri pusat pendidikan, agar menghasilkan pendidikan seperti yang kita harapkan bersama.

Pemahaman yang sekarang berkembang adalah menekankan pendidikan formal pada lingkungan sekolah, sehingga sekolah mendapat perhatian yang cukup besar. Sebagai konsekuensinya, apabila terjadi suatu ketidakselarasan atau penyimpangan pendidikan yang berlangsung dengan tujuan yang ditetapkan, maka sekolah akan mendapatkan sorotan yang paling tajam. Sementara pendidikan keluarga dan lingkungan masyarakat kurang mendapatkan perhatian, atau bahkan cenderung terabaikan. Inilah yang kemudian membuat situasi pendidikan terlihat pincang, sebab pertumbuhan


(4)

setiap manusia atau setiap masyarakat tidak hanya ditentukan oleh pengalaman pendidikan formal. Tetpi juga dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan masyarakat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud pendidikan informal, formal dan masyarakat? 2. Bagaimana integrasi antara pendidikan informal dan formal?

3. Apa pengaruh hubungan pendidikan informal dan formal terhadap masyarakat gemar belajar?

C. TUJUAN

Mengetahui peran pendidikan informal, pendidikan formal dan integrasi keduanya dan pengaruh pendidikan informal dan formal terhadap pembentukan masyarakat gemar belajar (learning society).


(5)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Informal dan Formal 1. Pengertian Pendidikan Informal

Pendidikan informal adalah kegiatan pendidikan yang tidak diorganisasikan secara struktural dan tidak mengenal tingkatan umum maupun keterampilan atau pengetahuan (Kadir, 2012). Tim pengembang ilmu pendidikan (2007), Pendidikan informal adalah proses yang berlangsung sepanjang usia sehingga hasilnya setiap individu memperoleh nilai, sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang bersumber dari pengalaman hidup sehari-hari. Sedangkan pengaruh lingkungan termasuk di dalamnya adalah pengaruh kehidupan keluarga, hubungan dengan tetangga, lingkungan pekerjaan, permainan, pasar, perpustakaan dan media masa.

Danim (2010) mengatakan, pendidikan informal atau pendidikan kemasyarakatan yang umumnya merupakan jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Sedangkan menurut (Undang Undang No 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (11) dan Ayat (13), pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.

Keluarga mengambil peran penting dalam pendidikan. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak


(6)

dalam berinteraksi dan sebagai tempat pembentukan kepribadian yang meliputi akhlak, nilai-nilai atau norma, kebiasaan atau etika. Lingkungan keluarga berpengaruh kepada anak dari sisi yang meliputi perlakuan, kedudukan, keadaan ekonomi, keadaan pendidikan, dan pekerjaan orang tua. Untuk sukses membina dan mendidik anak di dalam keluarga melalui dua cara yaitu keluarga harus dibina secara harmonis dan mengikuti perubahan zaman secara selektif.

Jadi pendidikan informal ialah proses pendidikan yang mulai sejak lahir hingga akhir hayatnya yang terjadi di dalam keluarga tanpa mengenal tingkatan. Pendidikan informal juga dapat diartikan sebagai pendidikan yang ditempuh manusia di lembaga-lembaga keterampilan atau kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab.

2. Pengertian Pendidikan Formal

Kadir (2012), Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, berstruktur, bertingkat, berjenjang, dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Misalnya: kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program spesialisasi, dan latihan profesional, yang dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus. Danim (2010), mengatakan pendidikan formal atau sekolah merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan formal menurut Undang Undang No 20 tahun 2003 adalah jalur pendidikan yang


(7)

terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

Jadi pendidikan formal yaitu pendidikan yang diselenggarakan di sekolah dan mempunyai jalur yang berjenjang jelas mulai dari dasar sampai perguruan tinggi. Pendidikan formal merupakan bagian dari pendidikan nasional yang bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya sesuai dengan fitrahnya, yaitu pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, demokratis, menjunjung tinggi hak asasi manusia, menguasai ilmu pengetahuan, tekhnologi dan seni, memiliki kesehatan jasmani dan rohani, memiliki keterampilan hidup yang berharkat dan bermartabat, memiliki kepribadian yang mantap, mandiri, dan kreatif, serta memiliki tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan yang mampu mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas dan berdaya saing di era global.

Fungsi sekolah menurut Sudarwan, sebagai pusat pendidikan formal, terlihat pada tujuan institusional yaitu tujuan kelembagaan pada masing-masing jenis dari tingkatan sekolah. Selain itu menurut Inglis merinci enam fungsi dasar sekolah antara lain: fungsi penyesuaian (adjustive function), pengintegrasian (integrating function), diagnotik dan direktif (diagnostic and directive function), diferensiasi (deferentiation function), selektif (selective function), hubungan pembantuan dan referral (helping and referral function). Dalam konteks pendidikan anak, fungsi sekolah antara lain: mewadahi anak untuk meniru atau mengikuti,


(8)

tanggungjawab, pelestarian budaya, latihan dan pengembangan tenaga kerja, dan fungsi kecerdasan. Tujuan pengadaan lembaga pendidikan formal menurut Andika yaitu tempat sumber ilmu pengetahuan, tempat untuk mengembangkan bangsa, dan tempat untuk menguatkan masyarakat bahwa pendidikan itu penting guna bekal kehidupan di masyarakat sehingga siap pakai.

3. Pengertian Masyarakat Gemar Belajar

Masyarakat gemar belajar mengandung pengertian perubahan dari situasi kehidupan semu (dreaming society) ke arah masyarakat berencana (planning society). Kehidupan yang semu digambarkan sebagai suasana kehidupan yang merasa tertekan, masa bodoh, tercekam dalam derita kehidupan, dan fatal. Dalam masyarakat ini penduduk tidak dapat berinteraksi positif dengan lingkungannya. Mereka senantiasa menjadi objek dan bukan subjek pengembangan masyarakat yang ditandai rendahnya tingkat pendidikan, pendapatan, kesehatan, kesempatan kerja dan kesadaran terhadap lingkungan.

Manurut Kamil (2005), munculnya konsep masyarakat gemar belajar sebagai master concept yang mendorong individu, lembaga, asosiasi, masyarakat peduli pendidikan atau badan usaha lain untuk ikut berpartisipasi dalam mengembangkan cara berpikir baru serta merespon tantangan kebutuhan baru masyarakat tentang pendidikan dan belajar (learning). Masyarakat gemar belajar disebut juga masyarakat berencana (planning society), adalah masyarakat yang amat tanggap terhadap


(9)

perubahan-perubahan yang sedang terjadi dan kemungkinan perubahan yang akan terjadi di masa depan. Masyarakat memiliki kesadaran yang tinggi terhadap lingkungan dan pembangunan masyarakat, bangsa dan negara. Sikap ilmiah dan terbuka, pikiran dan tindakan rasional, toleransi terhadap perbedaan pandangan dan latar belakang kehidupan, serta menitik beratkan segi kemanusiaan mewarnai tingkah laku mereka. Jadi masyarakat gemar belajar ialah masyarakat yang mau menata dalam kehidupan nyata untuk mandiri belajar dan mengkondisikan lingkungan untuk mau merubah dengan kebiasaan yang baik.

Strategi yang digunakan dalam membangun masyarakat gemar belajar antara lain dengan membuka peluang keterampilan dan kecakapan sesuai dengan potensi. Strategi dasar yang digunakan melalui pendekatan kemanusiaan, pendekatan partisipatif, pendekatan kolaboratif, pendekatan berkelanjutan, dan pendekatan budaya.

Beberapa harapan yang ingin dicapai melalui learning society, khususnya jika dikaitkan dengan perwujudan masyarakat madani, menurut Pudji Muljono (2007) adalah sebagai berikut:

a. Terciptanya masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Terciptanya masyarakat yang demokratis dan beradab yang menghargai adanya perbedaan pendapat.


(10)

d. Masyarakat yang tertib dan sadar hukum, budaya malu apabila melanggar hukum yang melekat dalam semua lapisan kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan.

e. Masyarakat yang percaya pada diri sendiri, memiliki kemandirian dan kreatif terhadap pemecahan masalah yng dihadapi, masyarakat memiliki orientasi yang kuat pada penguasaan ilmu dan teknologi. f. Sebagai bagian dari masyarakat global, yang memiliki semangat

kompetitif dalam suasana kooperatif, penuh persaudaraan dengan bangsa-bangsa lain dengan semangat kemanusiaan yang universal. g. Terwujudnya tatanan masyarakat yang beradab yang menjunjung

tinggi.

h. Mewujudkan masyarakat belajar yang tumbuh dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat.

B. Integrasi antara Pendidikan Informal dan Pendidikan Formal

Pendidikan keluarga dan pendidikan sekolah dapat berjalan secara integrasi, maka akan mengefektifan pengokohan nilai-nilai moral yang baik. Akan tetapi, pada kenyataannya pendidikan keluarga dan pendidikan sekolah belum dapat bersinergis dalam membangun masyarakat gemar belajar (learning society). Orang tua dan pendidik seringkali masih memiliki pandangan yang kurang tepat dan sempit tentang proses membangun masyarakat gemar belajar (learning society), yakni terbatas pada kegiatan akademik saja, seperti: membaca, menulis, menghitung, dan mendengar. Oleh karena itu diperlukan suatu langkah nyata dalam membangun masyarakat


(11)

gemar belajar (learning society) yaitu dengan adanya Integrasi Pendidikan Keluarga dan Pendidikan Sekolah dalam Rangka membangun masyarakat gemar belajar (learning society).

Integrasi antara pendidikan informal dengan pendidikan formal ini bertujuan untuk mensinergikan peran komponen-komponen aktif pembangun masyarakat pada masing-masing lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah sehingga gemar belajar (learning society) yang akan dimiliki oleh seorang anak berkualitas baik dan kokoh. Pada integrasi antara pendidikan keluarga dan pendidikan sekolah dapat dioptimalisasikan dalam bentuk forum diskusi antar orang tua seorang siswa serta pendidik. Jadi dengan adanya forum tersebut orang tua siswa dapat mengutarakan berbagai persoalan mengenai perkembangan anaknya kepada para pendidik, sehingga pendidik dapat mengetahui kebutuhan pendidikan setiap siswanya. Selain itu, antara orang tua dan pendidik harus saling menghargai potensi anak, memberi rangsangan-rangsangan yang kaya untuk segala aspek perkembangan anak, baik secara kognitif, afektif, sosial emosional, moral, agama, dan psikomotorik.

Usaha yang dapat dilakukan guna mewujudkan masyarakat belajar adalah dengan memberdayakan keluarga agar menjadi keluarga yang gemar belajar. Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat sangat menentukan karakteristik sosial ekonomi dan budaya masyarakat. Pengaruh keluarga dalam hal ini adalah mengarahkan proses tumbuh kembang generasi muda dalam masyarakat.


(12)

Dengan terlaksananya integrasi pendidikan keluarga dan pendidikan sekolah dalam rangka membangun masyarakat gemar belajar (learning society), diharapkan dapat mewujudkan masyarakat berencana (planning society). Sehingga dapat memperbaiki kualitas masyarakat bangsa Indonesia dalam segala aspek kehidupan dan menjawab tantangan-tantangan persoalan Negara di masa mendatang.

C. Pengaruh Pendidikan Informal dan Pendidikan Formal terhadap Masyarakat Gemar Belajar

Menurut Tatang, manusia adalah makhluk yang perlu didik dan perlu mendidik. Adapun asumsi bahwa manusia perlu mendidik melalui berbagai prinsip antara lain prinsip historisitas, prinsip idealitas, dan prinsip posibilitas/aktualitas. Sedangkan asumsi bahwa manusia perlu didik melalui prinsip yang melandasinya antara lain prinsip potensialitas, prinsip dinamika, prinsip sosialitas, prinsip individualitas, dan prinsip moralitas. Keluarga merupakan bagian dari pendidikan informal dan bagian terkecil dari sebuah masyarakat. Keluarga juga merupakan lingkungan pendidik yang pertama dan utama. Sehingga peran keluarga memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap perkembangan kepribadian dan potensi anak. Sedangkan pendidikan pada dasarnya mencegah atau mengendalikan kemungkinan-kemungkinan terjadinya perubahan yang mengarah kejelekan. Menurut Andika, peran keluarga terhadap anak sangat penting hal ini dikarenakan anak meniru norma-norma pada keluarga.


(13)

Sedangkan sekolah sebagai bagian dari pendidikan formal yang memegang peranan penting dalam pembentukan sifat masyarakat dan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap jiwa anak. Meskipun demikian, sekolah tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya dukungan dari lingkungan masyarakat sekitar. Selain itu, menurut Rakhmat W. dalam Syaripudin terdapat komponen kegiatan pembelajaran yang meliputi masukan mentah (raw input) meliputi siswa, masukan sarana (instrumental input) meliputi sumber belajar, tempat serta peralatan belajar, media pembelajaran dan sebagainya, masukan lingkungan (environmental input) meliputi faktor sosial budaya, keamanan lingkungan, dan lain-lain, masukan lain (other input) meliputi kebijakan-kebijakan atau peraturan yang berhubungan langsung dengan kegiatan pembelajaran, dan pengaruh (impact) meliputi kurikulum, pemerintahan, aktivitas kelompok sosial dan lain-lain.

Seluruh komponen di atas saling mempengaruhi, oleh karena itu antara sistem pendidikan informal, sistem pendidikan formal dan sistem yang ada dalam masyarakat akan saling mempengaruhi. Jadi learning society

berkembang dengan cara bertahap. Pertama yang harus dilakukan adalah memberi peluang pada masyarakat untuk mengembangkan proses belajar melalui pendidikan. Selama ini, pendidikan memang telah menunjukkan perannya, akan tetapi tidak jarang peran tersebut tidak selaras dengan gerak pembangunan di sektor lainnya, sehingga terlihat pincang. Oleh karena itu, bergulirnya gagasan otonomi daerah, yang diikuti oleh otonomi pendidikan perlu disambut gembira, dengan harapan peran masyarakat dalam pendidikan


(14)

dan proses belajar dapat berlangsung secara maksimal dan optimal. Pada sisi lain, dengan adanya otonomi pendidikan diharapkan akan meningkatkan tanggungjawab masyarakat terhadap keberlangsungan kehidupan, khususnya dalam mempersiapkan generasi mudanya, guna menyongsong masa depan yang lebih baik dengan penuh optimisme. Kedua, kesadaran masyarakat terhadap makna pendidikan, sehingga perwujudan masyarakat belajar akan lebih mudah tercapai. Usaha dalam mewujudkan masyarakat belajar ini tidak terlepas dari political will pemerintah untuk memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam dunia pendidikan, termasuk di dalamnya keterlibatan masyarakat dalam memutuskan kebijakan-kebijakan di bidang pendidikan dalam rangka pemberdayaan masyarakat itu sendiri.


(15)

BAB III PENUTUP

A. SIMPULAN

Pendidikan informal juga dapat diartikan sebagai pendidikan yang ditempuh manusia di lembaga-lembaga keterampilan atau kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab. Pendidikan formal yaitu pendidikan yang diselenggarakan di sekolah dan mempunyai jalur yang berjenjang jelas mulai dari dasar sampai perguruan tinggi. Masyarakat gemar belajar ialah masyarakat yang mau menata dalam kehidupan nyata untuk mandiri belajar dan mengkondisikan lingkungan untuk mau merubah dengan kebiasaan yang baik.

Integrasi antara pendidikan informal dengan pendidikan formal ini bertujuan untuk mensinergikan peran komponen-komponen aktif pembangun masyarakat pada masing-masing lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah sehingga gemar belajar (learning society). Pengaruh lembaga formal yang resmi mampu memberikan dampak yang positif seperti tumbuhnya semangat dan motivasi untuk belajar mandiri (independent learning), sehingga terwujud pendidikan sepanjang hayat pada masyarakat melalui masyarakat gemar belajar (learning society).

B. SARAN

Untuk mewujudkan masyarakat gemar belajar (learning society) perlu adanya dukungan sepenuhnya dari berbagai pihak.


(16)

Daftar Pustaka

Danim, Sudarwan. 2010. Pengantar Kependidikan. Bandung: Alfabeta.

Kadir, Abdul dkk. 2012. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Kamil, Mustofa. 2005. Pendidikan Non-Formal dalam Membangun Masyarakat Gemar Belajar (Learning Society) Analisis Masyarakat sebagai Sasaran. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Muljono, Pudji. 2007. Learning society, Penyuluhan dan Pembangunan Bangsa. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Syaripudin, Tatang. 2012. Landasan Pendidikan. Jakarta: DirJend. Pendidikan Islam.

Tim pengembang ilmu pendidikan FIP-UPI. 2007. ilmu & aplikasi pendidikan bagian 2 ilmu pendidikan praktis. Bandung: IMTIMA.

http://ketikaduniakuberbicara.blogspot.com/ (diakses tanggal 23/11/2013, pukul 18:41)


(17)

(1)

Dengan terlaksananya integrasi pendidikan keluarga dan pendidikan sekolah dalam rangka membangun masyarakat gemar belajar (learning society), diharapkan dapat mewujudkan masyarakat berencana (planning society). Sehingga dapat memperbaiki kualitas masyarakat bangsa Indonesia dalam segala aspek kehidupan dan menjawab tantangan-tantangan persoalan Negara di masa mendatang.

C. Pengaruh Pendidikan Informal dan Pendidikan Formal terhadap Masyarakat Gemar Belajar

Menurut Tatang, manusia adalah makhluk yang perlu didik dan perlu mendidik. Adapun asumsi bahwa manusia perlu mendidik melalui berbagai prinsip antara lain prinsip historisitas, prinsip idealitas, dan prinsip posibilitas/aktualitas. Sedangkan asumsi bahwa manusia perlu didik melalui prinsip yang melandasinya antara lain prinsip potensialitas, prinsip dinamika, prinsip sosialitas, prinsip individualitas, dan prinsip moralitas. Keluarga merupakan bagian dari pendidikan informal dan bagian terkecil dari sebuah masyarakat. Keluarga juga merupakan lingkungan pendidik yang pertama dan utama. Sehingga peran keluarga memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap perkembangan kepribadian dan potensi anak. Sedangkan pendidikan pada dasarnya mencegah atau mengendalikan kemungkinan-kemungkinan terjadinya perubahan yang mengarah kejelekan. Menurut Andika, peran keluarga terhadap anak sangat penting hal ini dikarenakan anak meniru norma-norma pada keluarga.


(2)

Sedangkan sekolah sebagai bagian dari pendidikan formal yang memegang peranan penting dalam pembentukan sifat masyarakat dan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap jiwa anak. Meskipun demikian, sekolah tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya dukungan dari lingkungan masyarakat sekitar. Selain itu, menurut Rakhmat W. dalam Syaripudin terdapat komponen kegiatan pembelajaran yang meliputi masukan mentah (raw input) meliputi siswa, masukan sarana (instrumental input) meliputi sumber belajar, tempat serta peralatan belajar, media pembelajaran dan sebagainya, masukan lingkungan (environmental input) meliputi faktor sosial budaya, keamanan lingkungan, dan lain-lain, masukan lain (other input) meliputi kebijakan-kebijakan atau peraturan yang berhubungan langsung dengan kegiatan pembelajaran, dan pengaruh (impact) meliputi kurikulum, pemerintahan, aktivitas kelompok sosial dan lain-lain.

Seluruh komponen di atas saling mempengaruhi, oleh karena itu antara sistem pendidikan informal, sistem pendidikan formal dan sistem yang ada dalam masyarakat akan saling mempengaruhi. Jadi learning society berkembang dengan cara bertahap. Pertama yang harus dilakukan adalah memberi peluang pada masyarakat untuk mengembangkan proses belajar melalui pendidikan. Selama ini, pendidikan memang telah menunjukkan perannya, akan tetapi tidak jarang peran tersebut tidak selaras dengan gerak pembangunan di sektor lainnya, sehingga terlihat pincang. Oleh karena itu, bergulirnya gagasan otonomi daerah, yang diikuti oleh otonomi pendidikan perlu disambut gembira, dengan harapan peran masyarakat dalam pendidikan


(3)

dan proses belajar dapat berlangsung secara maksimal dan optimal. Pada sisi lain, dengan adanya otonomi pendidikan diharapkan akan meningkatkan tanggungjawab masyarakat terhadap keberlangsungan kehidupan, khususnya dalam mempersiapkan generasi mudanya, guna menyongsong masa depan yang lebih baik dengan penuh optimisme. Kedua, kesadaran masyarakat terhadap makna pendidikan, sehingga perwujudan masyarakat belajar akan lebih mudah tercapai. Usaha dalam mewujudkan masyarakat belajar ini tidak terlepas dari political will pemerintah untuk memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam dunia pendidikan, termasuk di dalamnya keterlibatan masyarakat dalam memutuskan kebijakan-kebijakan di bidang pendidikan dalam rangka pemberdayaan masyarakat itu sendiri.


(4)

BAB III PENUTUP

A. SIMPULAN

Pendidikan informal juga dapat diartikan sebagai pendidikan yang ditempuh manusia di lembaga-lembaga keterampilan atau kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab. Pendidikan formal yaitu pendidikan yang diselenggarakan di sekolah dan mempunyai jalur yang berjenjang jelas mulai dari dasar sampai perguruan tinggi. Masyarakat gemar belajar ialah masyarakat yang mau menata dalam kehidupan nyata untuk mandiri belajar dan mengkondisikan lingkungan untuk mau merubah dengan kebiasaan yang baik.

Integrasi antara pendidikan informal dengan pendidikan formal ini bertujuan untuk mensinergikan peran komponen-komponen aktif pembangun masyarakat pada masing-masing lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah sehingga gemar belajar (learning society). Pengaruh lembaga formal yang resmi mampu memberikan dampak yang positif seperti tumbuhnya semangat dan motivasi untuk belajar mandiri (independent learning), sehingga terwujud pendidikan sepanjang hayat pada masyarakat melalui masyarakat gemar belajar (learning society).

B. SARAN

Untuk mewujudkan masyarakat gemar belajar (learning society) perlu adanya dukungan sepenuhnya dari berbagai pihak.


(5)

Daftar Pustaka

Danim, Sudarwan. 2010. Pengantar Kependidikan. Bandung: Alfabeta.

Kadir, Abdul dkk. 2012. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Kamil, Mustofa. 2005. Pendidikan Non-Formal dalam Membangun Masyarakat Gemar Belajar (Learning Society) Analisis Masyarakat sebagai Sasaran. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Muljono, Pudji. 2007. Learning society, Penyuluhan dan Pembangunan Bangsa. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Syaripudin, Tatang. 2012. Landasan Pendidikan. Jakarta: DirJend. Pendidikan Islam.

Tim pengembang ilmu pendidikan FIP-UPI. 2007. ilmu & aplikasi pendidikan bagian 2 ilmu pendidikan praktis. Bandung: IMTIMA.

http://ketikaduniakuberbicara.blogspot.com/ (diakses tanggal 23/11/2013, pukul 18:41)


(6)