BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Informal dan Formal
1. Pengertian Pendidikan Informal Pendidikan informal adalah kegiatan pendidikan yang tidak
diorganisasikan secara struktural dan tidak mengenal tingkatan umum maupun keterampilan atau pengetahuan Kadir, 2012. Tim pengembang
ilmu pendidikan 2007, Pendidikan informal adalah proses yang berlangsung sepanjang usia sehingga hasilnya setiap individu memperoleh
nilai, sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang bersumber dari pengalaman hidup sehari-hari. Sedangkan pengaruh lingkungan termasuk
di dalamnya adalah pengaruh kehidupan keluarga, hubungan dengan tetangga, lingkungan pekerjaan, permainan, pasar, perpustakaan dan media
masa. Danim 2010 mengatakan, pendidikan informal atau pendidikan
kemasyarakatan yang umumnya merupakan jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Sedangkan menurut
Undang Undang No 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat 11 dan Ayat 13, pendidikan informal adalah jalur pendidikan
keluarga dan lingkungan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas
peserta didik dalam proses pembelajaran. Keluarga mengambil peran penting dalam pendidikan. Hal ini
dikarenakan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak
5
dalam berinteraksi dan sebagai tempat pembentukan kepribadian yang meliputi akhlak, nilai-nilai atau norma, kebiasaan atau etika. Lingkungan
keluarga berpengaruh kepada anak dari sisi yang meliputi perlakuan, kedudukan, keadaan ekonomi, keadaan pendidikan, dan pekerjaan orang
tua. Untuk sukses membina dan mendidik anak di dalam keluarga melalui dua cara yaitu keluarga harus dibina secara harmonis dan mengikuti
perubahan zaman secara selektif. Jadi pendidikan informal ialah proses pendidikan yang mulai
sejak lahir hingga akhir hayatnya yang terjadi di dalam keluarga tanpa mengenal tingkatan. Pendidikan informal juga dapat diartikan sebagai
pendidikan yang ditempuh manusia di lembaga-lembaga keterampilan atau kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan
bertanggung jawab. 2. Pengertian Pendidikan Formal
Kadir 2012, Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, berstruktur, bertingkat, berjenjang, dimulai dari sekolah dasar
sampai dengan perguruan tinggi. Misalnya: kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program spesialisasi, dan latihan
profesional, yang dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus. Danim 2010, mengatakan pendidikan formal atau sekolah merupakan jalur
pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan formal
menurut Undang Undang No 20 tahun 2003 adalah jalur pendidikan yang
6
terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Jadi pendidikan formal yaitu pendidikan yang diselenggarakan di sekolah dan mempunyai jalur yang berjenjang jelas mulai dari dasar
sampai perguruan tinggi. Pendidikan formal merupakan bagian dari pendidikan nasional yang bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya sesuai dengan fitrahnya, yaitu pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, demokratis,
menjunjung tinggi hak asasi manusia, menguasai ilmu pengetahuan, tekhnologi dan seni, memiliki kesehatan jasmani dan rohani, memiliki
keterampilan hidup yang berharkat dan bermartabat, memiliki kepribadian yang mantap, mandiri, dan kreatif, serta memiliki tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan yang mampu mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas dan berdaya saing di era global.
Fungsi sekolah menurut Sudarwan, sebagai pusat pendidikan formal, terlihat pada tujuan institusional yaitu tujuan kelembagaan pada
masing-masing jenis dari tingkatan sekolah. Selain itu menurut Inglis merinci enam fungsi dasar sekolah antara lain: fungsi penyesuaian
adjustive function, pengintegrasian integrating function, diagnotik dan direktif diagnostic and directive function, diferensiasi deferentiation
function, selektif selective function, hubungan pembantuan dan referral helping and referral function. Dalam konteks pendidikan anak, fungsi
sekolah antara lain: mewadahi anak untuk meniru atau mengikuti,
7
tanggungjawab, pelestarian budaya, latihan dan pengembangan tenaga kerja, dan fungsi kecerdasan. Tujuan pengadaan lembaga pendidikan
formal menurut Andika yaitu tempat sumber ilmu pengetahuan, tempat untuk mengembangkan bangsa, dan tempat untuk menguatkan masyarakat
bahwa pendidikan itu penting guna bekal kehidupan di masyarakat sehingga siap pakai.
3. Pengertian Masyarakat Gemar Belajar Masyarakat gemar belajar mengandung pengertian perubahan dari
situasi kehidupan semu dreaming society ke arah masyarakat berencana planning society. Kehidupan yang semu digambarkan sebagai suasana
kehidupan yang merasa tertekan, masa bodoh, tercekam dalam derita kehidupan, dan fatal. Dalam masyarakat ini penduduk tidak dapat
berinteraksi positif dengan lingkungannya. Mereka senantiasa menjadi objek dan bukan subjek pengembangan masyarakat yang ditandai
rendahnya tingkat pendidikan, pendapatan, kesehatan, kesempatan kerja dan kesadaran terhadap lingkungan.
Manurut Kamil 2005, munculnya konsep masyarakat gemar belajar sebagai master concept yang mendorong individu, lembaga,
asosiasi, masyarakat peduli pendidikan atau badan usaha lain untuk ikut berpartisipasi dalam mengembangkan cara berpikir baru serta merespon
tantangan kebutuhan baru masyarakat tentang pendidikan dan belajar learning. Masyarakat gemar belajar disebut juga masyarakat berencana
planning society, adalah masyarakat yang amat tanggap terhadap
8
perubahan-perubahan yang sedang terjadi dan kemungkinan perubahan yang akan terjadi di masa depan. Masyarakat memiliki kesadaran yang
tinggi terhadap lingkungan dan pembangunan masyarakat, bangsa dan negara. Sikap ilmiah dan terbuka, pikiran dan tindakan rasional, toleransi
terhadap perbedaan pandangan dan latar belakang kehidupan, serta menitik beratkan segi kemanusiaan mewarnai tingkah laku mereka. Jadi
masyarakat gemar belajar ialah masyarakat yang mau menata dalam kehidupan nyata untuk mandiri belajar dan mengkondisikan lingkungan
untuk mau merubah dengan kebiasaan yang baik. Strategi yang digunakan dalam membangun masyarakat gemar
belajar antara lain dengan membuka peluang keterampilan dan kecakapan sesuai dengan potensi. Strategi dasar yang digunakan melalui pendekatan
kemanusiaan, pendekatan partisipatif, pendekatan kolaboratif, pendekatan berkelanjutan, dan pendekatan budaya.
Beberapa harapan yang ingin dicapai melalui learning society, khususnya jika dikaitkan dengan perwujudan masyarakat madani, menurut
Pudji Muljono 2007 adalah sebagai berikut: a. Terciptanya masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa. b. Terciptanya masyarakat yang demokratis dan beradab yang
menghargai adanya perbedaan pendapat. c. Masyarakat yang mengakui hak-hak asasi manusia.
9
d. Masyarakat yang tertib dan sadar hukum, budaya malu apabila melanggar hukum yang melekat dalam semua lapisan kehidupan
kenegaraan dan kemasyarakatan. e. Masyarakat yang percaya pada diri sendiri, memiliki kemandirian dan
kreatif terhadap pemecahan masalah yng dihadapi, masyarakat memiliki orientasi yang kuat pada penguasaan ilmu dan teknologi.
f. Sebagai bagian dari masyarakat global, yang memiliki semangat kompetitif dalam suasana kooperatif, penuh persaudaraan dengan
bangsa-bangsa lain dengan semangat kemanusiaan yang universal. g. Terwujudnya tatanan masyarakat yang beradab yang menjunjung
tinggi. h. Mewujudkan masyarakat belajar yang tumbuh dari masyarakat, oleh
masyarakat dan untuk masyarakat.
B. Integrasi antara Pendidikan Informal dan Pendidikan Formal