BAB III
Narasi Metafora “Dunia Kabut” dalam Kalatidha : Sebuah Gugatan tentang Keadilan terhadap
Narasi Pemerintah Orde Baru mengenai G 30 S PKI
Dalam bab ini akan disajikan berbagai hal yang berkaitan dengan permasalahan-permasalahan dalam novel yang berkaitan dengan dunia kabut
dan pemaknaannya secara metaforis, yakni sesuatu yang memberikan makna pencitraan lain dengan menampilkan bentuk seperti kabut, samar-samar dan
penuh misteri. Selanjutnya berbagai hal tersebut dihubungkan dengan narasi pemerintah Orde Baru mengenai G 30 S PKI. Sebelumnya akan diuraikan
terlebih dahulu mengenai batasan pengertian keadilan secara umum dan dari pandangan tokoh utama. Tokoh utama adalah narator serba tahu yang menuturkan
sekaligus menyatakan pendapatnya mengenai kisah-kisah ketidakadilan yang ada di Kalatidha.
3.1 Pengertian Keadilan Inti keadilan adalah meletakkan segala sesuatu pada tempatnya. John Rawls
menyatakan bahwa keadilan adalah kelebihan virtue pertama dari institusi sosial, sebagaimana halnya kebenaran pada sistem pemikiran. Menurut sebagian besar
teori, keadilan memiliki tingkat kepentingan yang besar. Namun menurut berbagai teori juga, keadilan belum lagi tercapai: kita tidak hidup di dunia yang adil.
Banyak orang yang percaya bahwa ketidakadilan harus dilawan dan dihukum,
33
Menggugat dunia..., Dian Susilastri, FIB UI, 2008
sehingga banyak gerakan sosial dan politis di seluruh dunia yang berjuang menegakkan keadilan.
37
Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang. Keadilan tersebut diperhitungkan dari
segi moral. Moral dari Bahasa Latin Moralitas adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif.
Manusia tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak
yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara eksplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu. Tanpa moral manusia tidak bisa
melakukan proses sosialisasi. Moral pada zaman sekarang mempunyai nilai implisit karena banyak orang yang mempunyai moral atau sikap amoral itu dari
sudut pandang yang sempit. Manusia harus mempunyai moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai keabsolutan dalam kehidupan
bermasyarat secara utuh.
38
Bila ditinjau dari etimologi kata, keadilan merupakan bentukan dari kata adil yang pada hakikatnya berarti tidak memihak
39
. Menurut Foucault, keadilan dalam pengertian humanisme atau masyarakat adil yang berbasiskan martabat
humanistik manusia berpaut secara spesifik dengan kepentingan penguasa ruling class.
40
Dengan demikian, sekalipun konsep keadilan merupakan suatu kondisi yang nilainya universal yang dilandasi atas dasar moral-kemanusiaan, keadilan
37
Diambil dari Wikipedia Indonesia.
38
Ibid.
39
Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi Ketiga, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional dan Balai Pustaka, 2003.
40
Suyono, op.cit. hlm 309—310.
34
Menggugat dunia..., Dian Susilastri, FIB UI, 2008
dalam konteks tertentu akan tergantung pada ruang dan waktu. Konsep tentang keadilan pada suatu waktu dan tempat tertentu dapat berbeda pada waktu dan
tempat yang berbeda. Namun bisa juga terjadi pada tempat yang sama tetapi waktu yang berbeda, oleh karena sesuatu hal misalnya perubahan ideologi atau
rezim penguasa, konsep keadilan menjadi berubah. Dalam
Kalatidha tokoh utama aku merupakan narator yang serba tahu sehingga setiap kisah adalah berdasarkan pilihannya. Kisah-kisah yang
disampaikan oleh tokoh utama tersebut menghadirkan pandangan tentang keadilan yang secara tidak langsung menjadi penyampai pesan kelompok yang diwakilinya,
yaitu korban-korban ketidakadilan. Berikut ini akan diuraikan beberapa pandangan tokoh utama tersebut.
a. Mendefinisikan sikap adil-tidak adil