Komunikasi Kepercayaan Konsep Dan Dasar Teori

13 perusahaan. Lambert, 2001, hal 19. Sementara perusahaan bersaing melalui penyesuaian produk, kualitas yang tinggi, pengurangan biaya, dan kecepatan mencapai pasar, diberikan penekanan tambahan terhadap rantai pasokan. Pemikiran yang mendasari Supply Chain Management adalah pemfokusan pada pengurangan kesia-siaan dan maksimisasi pada rantai pasokannya. Namun yang menjadi inti dari kegiatan-kegiatan Supply Chain Management adalah pembelian Render dan Heizer, 2001. Dalam rantai suplai terjadi proses transaksi bisnis dalam pertukaran atau perolehan resource yang berada di luar perusahaan. Oleh karena itu perusahaan akan terdorong untuk mengadakan aliansi dalam proses ini. Aliansi stratejik merupakan relasi jangka panjang dimana pihak – pihak yang terlibat atau partisipan bekerja sama dan berkemauan untuk melakukan atau memodifikasi praktek bisnis untuk memperbaiki performance bersama. Kegiatan aliansi tersebut bersifat strategik karena melibatkan jumlah dana yang cukup besar dan time horizone yang cukup panjang serta membutuhkan komitmen.

2.1.1 Komunikasi

Anderson dan Narus 1984, hal 44 mendefinisikan komunikasi merupakan suatu konteks industri sebagai hal yang formal seperti halnya berbagi informal, tentang informasi tepat waktu dan penuh arti antara perusahaan. Leek et al. 1999 menyatakan komunikasi yang terpercaya dan terbuka itu adalah penting untuk interaksi yang positif, sedangkan kerenggangan di dalam hubungan dapat disebabkan oleh suatu ketiadaan pengetahuan dan pemahaman dari tiap bisnis mitra dan pasar. 14 Hunt dan Morgan 1994 mengamati kesediaan untuk berbagi informasi tepat waktu, penuh arti adalah penting manakala memilih suatu mitra, karena komunikasi adalah suatu penting yang merupakan bagian dari pemecahan perselisihan paham. Hal ini juga penting untuk mengembangkan kepercayaan, pengertian dan komitmen diantara mitra. Sementara itu, Mohr dan Nevin 1990 mengatakan komunikasi adalah hubungan timbal balik yang terstruktur, terencana dan rutin antara perusahaan dengan pemasok. Dalam penelitian ini, komunikasi diukur dengan beberapa indikator yang diadopsi dari Mohr dan Nevin 1990, yakni : frekuensi komunikasi, media komunikasi, kandungan informasi, dan kesepakatan jangka panjang. Secara grafis, dimensionalisasi variabel komunikasi tampak dalam gambar di bawah ini. Gambar 1 Variabel Komunikasi dan Indikatornya Sumber : Mohr dan Nevin 1990 Komunikasi Frekuensi Komunikasi Media Komunikasi Kandungan Informasi Kesepakatan jangka panjang 15

2.1.2 Kepercayaan

Kepercayaan dirasakan semakin penting dalam sebuah hubungan antar organisasi, khususnya dalam perubahan networking yang semakin berorientasi pada hubungan maya. Menurut teori Kanter, kepercayaan berkembang dari pengertian mutual yang berbasis pada pembagian nilai diantara partner. Kepercayaan didefinisikan Gilbert dan Tang 1998 sebagai sebuah bentuk kesungguhan dalam berkomitmen pada hubungan kerjasama organisasionalnya. Kepercayaan akan muncul dari sebuah keyakinan bahwa hubungan kerjasama akan memberikan manfaat seperti yang diharapkan oleh kedua belah pihak. Mishra dan Monrissey 1990 menyatakan bahwa komunikasi yang terbuka, keterbukaan dalam informasi kritikal, keterbukaan dalam persepsi dan feeling, dan besarnya keterlibatan pekerja dalam keputusan memfasilitasi kepercayaan dalam hubungan antar organisasi. Butler 1991 menyatakan bahwa terdapat sebelas 11 kondisi dari kepercayaan secara organisasional yang sebaiknya dipenuhi, yakni : bijaksana dalam memilih, availibilitas, kompetensi, konsistensi, kejujuran, integritas, loyality, keterbukaan, kepercayaan yang menyeluruh, pemenuhan janji, penerimaan suatu kondisi. Dalam kerangka fungsional Manajemen Sumber Daya Manusia, Swan dan Nolan 1985 meneliti tingkat kepercayaan dengan menggunakan indikator – indikator perasaan yakin komponen emosional di luar pengalaman, pemikiran atau keyakinan akan kepercayaan, perencanaan dan keputusan untuk bersikap jujur, dan menjalankan kepercayaan dalam perilaku sehari – hari. Hanya saja kepercayaan dalam konteks ini lebih tepat jika diaplikasikan dan diteliti pada obyek hubungan kerja karyawan dengan perusahaan. 16 Namun menurut Swan et al 1988, untuk mengukur kepercayaan organisasional dapat digunakan indikator kepercayaan dalam hal kompetensi, kejujuran, reliabilitas, pertanggungjawaban, dan pengalaman yang memadai. Secara grafis, dimensionalisasi variabel kepercayaan tampak dalam gambar di bawah ini Gambar 2 Variabel Kepercayaan dan Indikatornya Sumber : Swan et al 1988

2.1.3. Komitmen