21
Gambar 4 Variabel Kualitas Strategi Aliansi dan Indikatornya
Sumber : Yli-Renko, Autio, Sapienza 2001
2.1.5. Kinerja Bisnis
Tujuan utama dari suatu perusahaan dalam mengelola aktivitas manajemennya adalah untuk meningkatkan kinerja bisnis perusahaannya.
Kinerja bisnis perusahaan menunjukkan ukuran prestasi yang berhasil diperoleh oleh suatu perusahaan. Setelah perusahaan tersebut melakukan berbagai proses
aktivitas perusahaan secara menyeluruh. Kinerja perusahaan juga dapat dijadikan sebagai dasar dalam mengevaluasi apakah strategi yang digunakan telah sesuai
dengan yang diharapkan. Permadi 1998 dan Maun 2002 menyatakan bahwa kinerja perusahaan
merupakan suatu konsep untuk mengukur prestasi pasar suatu produk. Setiap perusahaan berkepentingan untuk mengetahui prestasi pasar dari produk –
produknya, sebagai cermin dari keberhasilan usahanya di dunia bisnis. Kinerja perusahaan menurut Ferdinand 2000, merupakan konstruk yang umum
digunakan untuk mengukur dampak dari strategi perusahaan, namun demikian kinerja merupakan konsep yang sulit, baik definisi maupun dalam
Kualitas Strategi Aliansi
Tidak bertindak merugikan anggota lain
Tidak mengambil keuntungan dari pihak
lain
Perilaku pelanggan
22 pengukurannya Keats dan Hitt, 1988, karena sebagai sebuah konstruk, kinerja
bersifat multidimensional, dan oleh karena itu pengukuran dengan menggunakan dimensi pengukuran tunggal tidak mampu memberikan pemahaman yang
komprehensif. Bhargava et al., 1994 ; Li dan Simerly, 1998. Untuk itu, pengukuran kinerja hendaknya menggunakan atau mengintegrasikan dimensi
pengukuran yang beragam multiple measures. Bhargava et al., 1994 ; Lumpkin dan Dess, 1996 ; Murphy et al., 1996 ; Venkatraman dan Ramanujam, 1986 ;
Wiklund, 1999 ; Hashim, 2001. Kesulitan muncul ketika harus menguji kinerja perusahaan , dimana
manajer atau pemilik berkeberatan memberikan informasi dan data – data obyektif kinerja perusahaannya, khususnya informasi dan data – data
keuangannya. Kondisi seperti ini lazim ditemui pada penelitian perusahaan – perusahaan kecil Beal, 2000 ; Covin, 1991 ; Covin dan Slevin, 1989 ; Covin dan
Covin, 1990 ; Dollinger dan Golden, 1992 ; Kotey dan Meredith, 1987 ; McGhee dan Rubach, 1996 ; Nicholson et al., 1990 ; Sapienza et al., 1988. Hal ini
tentunya akan berbeda dengan kondisi dimana ketersediaan informasi dan data – data obyektif kinerja relative mudah diakses.
Untuk mengantisipasi tidak tersedianya data – data kinerja obyektif dalam sebuah penelitian, maka dimungkinkan untuk menggunakan ukuran
kinerja subyektif, yang mendasarkan pada persepsi manajer. Beal, 2000; Covin dan Slevin, 1989; Covin dan Covin, 1990; Davis dan Schul, 1993; Kotey dan
Meredith, 1997; Swamidass dan Newell, 1987. Disamping itu untuk mengantisipasi tidak tersedianya data maupun informasi yang obyektif, Lee dan
Miller 1996 mengemukakan bahwa ukuran subyektif bisa digunakan dalam sebuah penelitian dimana sample terdiri dari beraneka ragam perusahaan atau
23 industri yang memiliki tujuan dan criteria pengukuran kinerja yang berbeda –
beda. Sejalan dengan alur pemikiran diatas, dalam penelitian ini kinerja perusahaan pada umumnya menekankan pada profitabilitas dan pertumbuhan
pelanggan. Profitabilitas menunjukkan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Sedangkan pertumbuhan pelanggan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menanggapi pelanggan baru. Pertumbuhan pelanggan pada akhirnya akan bermuara pada profitabilitas. Nash dalam Hashim et al., 2001 menyatakan
bahwa profitabilitas merupakan indicator yang terbaik untuk mengidentifikasi apakah perusahaan tersebut telah melakukan sesuatu dengan benar. Hal ini
terkait dengan apakah strategi yang digunakan perusahaan telah sesuai. Selain itu profitabilitas juga dipandang sebagai salah satu tolok ukur kesuksesan
perusahaan. Profitabilitas menunjukkan kenerja perusahaan jika dilihat dari sudut pandang keuntungan secara financial.
Selanjutnya Hashim et. al. 2001 juga menjelaskan bahwa indicator – indicator seperti pertumbuhan profit, pertumbuhan asset, pertumbuhan penjualan,
dan pertumbuhan pangsa pasar juga merupakan indicator – indicator yang biasa dipakai dalam mengukur profitabilitas keuangan financial profitability.
Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa setidaknya ada dua besaran utama yang bisa digunakan dalam menilai kinerja perusahaan. Besaran
pertama adalah nilai penjualan yang menunjukkan berapa rupiah atau berapa unit produk yang telah berhasil dijual. Nilai penjualan yang tinggi menunjukkan
bahwa produk yang dijual telah berhasil dibeli oleh konsumen dalam jumlah yang relative besar. Besaran kedua adalah pertumbuhan penjualan yang
menunjukkan berapa besar kenaikan penjualan produk yang sama dibandingkan penjualan pada periode waktu sebelumnya. Pertumbuhan penjualan akan
24 dikatakan naik bila penjualan pada saat ini lebih tinggi dibandingkan penjualan
pada masa sebelumnya. Penelitian yang dilakukan Anderson dan Narus 1990 juga
menyimpulkan bahwa untuk meningkatkan kinerja perusahaan, kunci perusahaan yang sukses ternyata terletak pada adanya upaya untuk menjalin dan membangun
kerjasama atau kemitraan dengan perusahaan lain. Adanya kerjasama ini akan memperkuat kemampuan kedua belah pihak dalam menghadapi persaingan yang
ada. Hal ini didasari oleh adanya kenyataan bahwa persaingan yang harus dihadapi seorang diri oleh perusahaan ternyata kurang mampu memberikan
pengaruh positif bagi perusahaan jika dibandingkan dengan persaingan yang dihadapi secara bersama – sama dengan mitra. Secara grafis dimensionalisasi
variabel kualitas aliansi tampak dalam gambar di bawah ini
Gambar 5 Variabel Kinerja Bisnis dan Indikatornya
Sumber : Hashim et al. 2001
Kinerja Bisnis
Pertumbuhan Penjualan
Pertumbuhan Aset Pertumbuhan
Profit
Pertumbuhan Pangsa Pasar
25
2.2. Komunikasi dan Kualitas Strategi Aliansi