Terjadinya Persepsi Faktor-faktor Keterlantaran Anak Fungsi Pelayanan Sosial

Persepsi merupakan proses pengamatan seseorang yang berasal dari komponen kognisi. Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman, proses belajar cakrawala dan pengetahuannya. Mar’at, 1984:22. Berdasarkan definisi ini maka persepsi dapat disebabkan oleh adanya pengamatan seseorang akan dipengaruhi oleh sesuatu yang terjadi di sekelilingnya. Bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan, mengecap dan mencium dunia di sekitar kita, dengan kata lain persepsi dapat pula didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dialami oleh manusia. Morgan King Robinson dalam Setiobawono, 2006:32. Berdasarkan definisi ini maka persepsi terbentuk atas dasar data-data yang kita peroleh dari lingkungan yang diserap oleh panca indera kita serta sebagian lainnya diperoleh dari pengolahan ingatan berdasarkan pengalaman yang dimilikinya.

b. Terjadinya Persepsi

Pada umumnya interaksi masyarakat dapat ditandai dengan adanya komunikasi diantara warga masyarakat baik itu antar individu, kelompok dan masyarakat pada umumnya yang terjadi dalam suatu lingkungan tempat tinggal. Proses terbentuknya persepsi ditandai dengan adanya komunikasi dalam setiap kehidupan masyarakat sehingga akan memberikan suatu simbol-simbol tergantung penafsiran dan pikiran tentang makna yang diterima oleh panca inderanya masing-masing. Proses terbentuknya persepsi merupakan suatu proses dimana individu mendapatkan dan menerima stimulus dari panca inderanya, kemudian diorganisir, ditafsirkan dan diterjemahkannya, ini disebut dengan proses kognitif. Rakhmat, 2007:59 15

c. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi sosial yang menggambarkan bagaiman suatu hasil kontak atau hubungan interaksi mempengaruhi tingkah laku dan cara jalan pikiran seseorang, ada 3 faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut : 1. Faktor Perhatian Perhatian adalah proses mental ketika stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita dan mengesampingkan masukan-masukan alat indera yang lain. 2. Faktor Fungsional Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lampau dan hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor personal yang menentukan persepsi. Berarti objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. Seperti kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional dan latar belakang budaya terhadap persepsi. 3. Faktor Struktural Faktor struktural semata-mata berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek syaraf yang ditimbulkannya pada sistem syaraf individu. Artinya bila kita mempersepsikan sesuatu, kita mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan. Rakhmat, 1992:62 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi seseorang terhadap suatu objek terbatas, sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Manusia tidak mampu memproses seluruh stimulus yang diterimanya, sebab ada kecenderungan ia hanya tertarik pada hal-hal tertentu yang berguna bagi dirinya. Akibat tingkat 16 penafsiran berbeda-beda, sehingga menimbulkan perbedaan pilihan, tindakan dan tingkah laku terhadap objek yang sama. Ada dua golongan variabel yang mempengaruhi persepsi, yaitu : a. Variabel Struktural, yaitu faktor-faktor yang terkandung dalam rangsangan fisik dan proses neurofisiologik. b. Variabel Fungsional, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri si pengamat seperti kebutuhan suasana hati, pengalaman masa lampau dan sifat-sifat individu lainnya. Krech Crutchfield dalam Wirawan, 2005:88 Dengan demikian, kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dan tidak dapat dipisahkan serta dapat disimpulkan bahwa persepsi yang timbul dari diri anak tergantung pada rangsang atau input yang diterima anak, orang tua merupakan pembina pribadi yang pertama bagi anak dan tokoh yang diidentifikasi atau ditiru anak. Kepribadian anak yang baik timbul dari teladan yang diberikan oleh orang tua, baik yang menyangkut sikap, kebiasaan-kebiasaan berprilaku atau tata cara hidupnya merupakan unsur-unsur pendidikan yang tak langsung memberikan pengaruh.

2. 3. Tinjauan Tentang Masalah Sosial a.

Pengertian Masalah Sosial Masalah sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan moral, masalah tersebut merupakan persoalan karena menyangkut tata kelakuan imoral, berlawanan dengan hukum dan bersifat merusak. 17 Sebab itu masalah-masalah sosial tak akan mungkin ditelaah tanpa mempertimbangkan ukuran-ukuran masyarakat mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Masalah sosial adalah : 1. Semua bentuk tingkah laku yang melanggar atau memperkosa adat istiadat masyarakat dan adat istiadat tersebut diperlukan untuk menjamin kesejahteraan hidup masyarakat. 2. Situasi sosial yang dianggap oleh sebagian besar warga masyarakat sebagaian mengganggu, tidak dikehendaki, berbahaya dan merugikan orang banyak. Kartono, 1992:2 Jelaslah adat istiadat itu mempunyai nilai pengontrol dan nilai sanksional terhadap tingkah laku anggota masyarakat. Maka tingkah laku yang dianggap cocok, melanggar norma dan adat, atau berintegrasi dengan tingkah laku umum, dianggap sebagai masalah sosial.

b. Karakteristik Masalah Sosial

Masalah sosial timbul dari kekurangan-kekurangan dalam diri manusia atau kelompok sosial yang bersumber pada faktor-faktor ekonomis, biologis, biopsikologis dan kebudayaan. Setiap masyarakat mempunyai norma yang bersangkut paut dengan kesejahteraan, kebendaan, kesehatan fisik, kesehatan mental, serta penyesuaian diri individu atau kelompok sosial. Problema-problema yang berasal dari faktor ekonomis antara lain kemiskinan, pengangguran dan sebagainya. Penyakit misalnya bersumber pada faktor biologis, psikologis timbul persoalan seperti penyakit syaraf, bunuh diri, disorganisasi jiwa dan seterusnya. Sedangkan 18 persoalan yang menyangkut perceraian, kejahatan, konflik sosial, keagamaan dan kenakalan anak bersumber pada faktor kebudayaan. Ada empat karakteristik masalah sosial, yaitu : 1. Kondisi yang dirasakan orang banyak Suatu masalah baru dapat dikatakan sebagai masalah sosial apabila kondisisnya dirasakan oleh banyak orang. Namun demikian tidak ada batasan mengenai beberapa jumlah orang yang harus merasakan masalah tersebut. Jika suatu masalah mendapat perhatian dan menjadi pembicaraan lebih dari satu orang, masalah tersebut adalah masalah sosial. Peran media massa sangat menentukan apakah masalah tertentu menjadi pembicaraan khalayak umum, jika sejumlah artikelberita yang membahas suatu masalah muncul di media massa masalah tersebut segera menarik perhatian orang. 2. Kondisi yang dinilai tidak menyenangkan Menurut faham hedonisme orang cenderung mengulang suatu yang menyenangkan dan menghindari sesuatu yang tidak menyenangkan, orang senantiasa menghindari masalah karena masalah selalu tidak menyenangkan. Penilaian masyarakat sangat penting dalam menentukan suatu kondisi dapat disebut sebagai masalah sosial oleh masyarakat tertentu tapi tidak oleh masyarakat lainnya, ukuran “baik” atau “buruk” sangat tergantung pada nilai suatu norma yang dianut masyarakat. 19 3. Kondisi yang menuntut pemecahannya Suatu kondisi yang tidak menyenangkan senantiasa menuntut pemecahannya, umumnya suatu kondisi dianggap perlu dipecahkan jika masyarakat merasa bahwa kondisi tersebut memang dapat dipecahkan. 4. Pemecahan dilakukan melalui aksi sosial secara kolektif Masalah sosial berbeda dengan masalah individual, masalah individual dapat diatasi secara individual tetapi masalah sosial hanya dapat diatasi melalui aksi sosial, kebijakan sosial atau perencanaan sosial karena penyebab dan akibatnya menyangkut orang banyak. Suharto dalam Setiobawono, 2006:20

2. 4. Tinjauan Tentang Anak Asuh a.

Pengertian Tentang Anak Asuh Anak asuh adalah seseorang yang belum mencapai usia 21 tahun, belum pernah kawin dan dalam keadaan terlantar yang mendapat pelayanan sosial dengan ciri-ciri sebagai berikut : 1. Anak yang tidak mempunyai salah satu atau kedua orang tua kandung 2. Anak yang tidak diakui oleh salah satu atau kedua orang tua kandung dan terlantar. 3. Anak yang tidak mampu, yaitu anak yang karena sesuatu sebab tidak terpenuhi kebutuhannya, baik secara rohani, jasmani maupun sosial. Anak yang mendapatkan pengasuhan dari pihak lain selain dari orang tua pada dasarnya disebabkan oleh karena fungsi-fungsi keluarga secara keseluruhan maupun 20 salah satu fungsi dari keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan anak baik secara jasmani, rohani maupun sosialnya.

b. Faktor-faktor Keterlantaran Anak

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan keterlantaran anak secara umum menurut Wahyu, yang dikutip oleh Agus Sujanto adalah sebagai berikut : 1. Mereka yang orang tuanya tidak mampu atau sangat miskin 2. Mereka yang tidak mampu serta tidak mempunyai orang tua 3. Akibat bencana alam 4. Anak yang menderita penyakit fisik atau mental atau mempunyai tingkah laku yang menyimpang 5. Mereka yang orang tuanya menderita penyakit fisik atau mental 6. Mereka yang sengaja diterlantarkan orang tuanya. Sujanto dalam Setiobawono, 2006:40 Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa anak asuh adalah anak yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik dan sangat memerlukan bantuan pelayanan sosial guna meningkatkan fungsi sosialnya dengan baik.

c. Kebutuhan Anak

Anak menjadi terlantar karena kebutuhannya tidak terpenuhi. Kebutuhan anak terlantar pada dasarnya sama dengan kebutuhan manusia pada umumnya. Kebutuhan manusia terbagi menjadi 5 bagian yaitu : 1. Kebutuhan fisik 2. Kebutuhan rasa aman 21 3. Kebutuhan untuk dicintai dan mencintai 4. Kebutuhan akan penghargaan 5. Kebutuhan aktualisasi diri. Maslow dalam Soekoco, 1998 Selain itu kebutuhan anak meliputi: 1. Kebutuhan fisik : Meliputi perawatan kesehatan, pengan, sandang dan papan. 2. Kebutuhan emosional : Meliputi kasih sayang, perhatian yang mendukung, kestabilan emosi dan perkembangan kepribadian. 3. Kebutuhan intelektual : Mencakup kebutuhan untuk mengembangkan intelektualnya dan cara bergaul dengan lingkungan- nya. Hurlock, 1998:228 Kebutuhan-kebutuhan anak yang perlu mendapat perhatian mengenai upaya pemenuhan kebutuhannya, karena apabila tidak terpenuhi akan dapat mempengaruhi perkembangan anak.

2. 5. Tinjauan Tentang Pelayanan Sosial a.

Pengertian Pelayanan Sosial Pelayanan sosial merupakan pelayanan yang memberikan bantuan kepada individu, kelompok dan masyarakat dalam mengatasi masalah sosial baik dari luar maupun dari dirinya. Pelayanan sosial bertujuan untuk meningkatkan kemampuan orang dalam memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia. Pelayanan sosial adalah : Pelayanan sosial terdiri dari program-program yang diadakan tanpa mempertimbangkan kriteria pasar untuk menjamin suatu tingkatan dasar dalam penyediaan fasilitas pemenuhan kebutuhan akan fungsi-fungsinya untuk 22 memperlancar kemampuan menjangkau dan menggunakan pelayanan- pelayanan serta lembaga-lembaga yang telah ada dan membantu warga masyarakat yang mengalami kesulitan dan keterlantaran. Kahn dalam Soetarso, 1993:26 Pelayanan sosial dapat dicapai dengan cara yang bersifat informasi, bimbingan dan pertolongan meallui berbagai bentuk kegiatan yang berkenaan dengan pemecahan masalahnya. Pelayanan sosial dapat dibedakan menjadi 2 dua yaitu : 1. Pelayanan sosial dalam arti luas adalah pelayanan sosial yang mencakup fungsi pengembangan termasuk pelayanan sosial dalam bidang pendidikan, kesehatan, perumahan, tenaga kerja dan sebagainya. 2. Pelayanan sosial dalam arti sempit atau disebut juga pelayanan kesejahteraan sosial yang mencakup program pertolongan dan perlindungan kepada golongan yang tidak beruntung seperti pelayanan sosial bagi anak terlantar, keluarga miskin, cacat, tuna sosial dan sebagainya. Muhidin, 1997:40 Pernyataan di atas menunjukkan bahwa pelayanan sosial merupakan sistem yang terorganisir untuk memberikan pelayanan dan bantuan kepada individu, keluarga dan masyarakat agar dapat meningkatkan kesejahteraannya.

b. Fungsi Pelayanan Sosial

Pelayanan sosial mungkin dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara, tergantung dari tujuan klasifikasi. Fungsi pelayanan sosial yang dapat dikaji dari perspektif masyarakat adalah sebagai berikut : 1. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan individu, kelompok dan masyarakat untuk masa sekarang dan untuk masa yang akan datang. 2. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan sebagai suatu investasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan sosial suatu program tenaga kerja. 3. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan untuk melindungi masyarakat. 23 4. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan sebagai program-program kompensasi bagi orang-orang yang tidak mendapat pelayanan sosial. Titmuss dalam Muhidin, 1994:42. Pendapat di atas dapat diketahui bahwa fungsi pelayanan sosial dapat menciptakan atau meningkatkan kesejahteraan sosial bagi individu, kelompok dan masyarakat, dimana sebagai investasi untuk mencapai tujuan dan pelayanan sosial.

c. Tujuan Pelayanan Sosial