BAB II KERANGKA TEORITIS
2.1. Tinjauan Tentang Komunikasi a.
Pengertian Komunikasi
Manusia tidak bisa hidup sendirian. Ia secara tidak kodrati harus hidup bersama manusia lain, baik demi kelangsungan hidupnya, keamanan hidupnya, maupun demi
keturunannya. Jelasnya, manusia harus hidup bermasyarakat. Masyarakat bisa berbentuk kecil, sekecil rumah tangga yang hanya terdiri dari dua orang suami istri,
bisa berbentuk besar, sebesar kampung, desa, kecamatan, kabupaten atau kota, propinsi, dan negara. Effendy, 2003:27
Semakin besar suatu masyarakat yang berarti semakin banyak manusia yang dicakup, cenderung akan semakin banyak masalah yang timbul, akibat perbedaan-
perbedaan di antara manusia yang banyak itu dalam pikirannya, perasaannya, kebutuhannya, keinginannya, sifatnya, tabiatnya, pandangan hidupnya,
kepercayaannya, aspirasinya, dan lain sebagainya, yang sungguh terlalu banyak untuk disebut satu demi satu.
Dalam pergaulan hidup manusia dimana masing-masing individu satu sama lain beraneka ragam itu terjadi interaksi, saling mempengaruhi demi kepentingan dan
keuntungan pribadi masing-masing. Terjadilah saling mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam bentuk percakapan.
11
Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia. Yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
bahasa sebagai alat penyalurnya. Dalam “bahasa” komunikasi pernyataan dinamakan pesan massage, orang
yang menyampaikan pesan disebut komunikator communicator sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama komunikan communicatee.
Komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan Effendy, 2003:28. Jika dianalisis pesan komunikasi terdiri dari dua aspek,
pertama isi pesan the content of the message, kedua lambang symbol. Konkretnya isi pesan itu adalah pikiran atau perasaan, lambang adalah bahasa. Pikiran dan perasaan
sebagai isi pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan, selalu menyatu secara terpadu. Effendy, 2003:28
Dewasa ini orang-orang semakin asyik mempelajari ilmu komunikasi oleh karena jika seseorang salah komunikasinya miscommunication, maka orang yang
dijadikan sasaran mengalami salah persepsi misperception, yang pada gilirannya salah interpretasi misinterpretation, yang pada giliran berikutnya terjadi salah pengertian
misunderstanding. Dalam hal-hal tertentu salah pengertian ini menimbulkan salah perilaku
misbehavior, dan apabila komunikasinya berlangsung berskala nasional, akibatnya bisa fatal.
Schramm menyatakan bahwa field of experience atau bidang pengalaman merupakan faktor yang amat penting untuk terjadinya komunikasi. Apabila bidang
12
pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar.
Sebaliknya, jikalau pengalaman komunikan tidak sama dengan pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain; dengan lain
perkataan situasi menjadi tidak komunikatif; atau dengan rumusan lain terjadi miscommunication miskomunikasi. Dan banyak lagi faktor-faktor lain yang
menyebabkan terjadinya miskomunikasi atau komunikasi yang salah itu. Schramm dalam Effendy, 2003:30
Wilbur Schramm menampilkan apa yang ia sebut “the condition of success in communication”, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu
pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki. Kondisi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik
perhatian komunikan. 2.
Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti.
3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan
beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut. 4.
Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada saat ia gerakkan
untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.
b. Tujuan Komunikasi :