tersebut dari pencipta, atau orang lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut UU. No. 19 Tahun 2002 Pasal 1 angka 4.
Menurut Lindsey yang dikutip oleh Widjaja 2006, 115, Sehubungan dengan hak- hak Pencipta untuk mengumumkan dan memperbanyak Ciptaannya,
terdapat sejumlah hak untuk melakukan perwujudannya yaitu berupa: a.
Hak untuk mengumumkan yang berarti pencipta atau pemegang hak cipta berhak mengumumkan right to publish untuk yang pertama kalinya suatu
ciptaan dibidang seni atau sastra atau ilmu pengetahuan; b.
Hak untuk mengumumkan dengan cara mengumumkan dengan cara memperdengarkan ciptaan lagu yang direkam, misalnya kepada publik
secara komersial di retoran-restoran, hotel, dan pesawat udara; c.
Hak untuk menyiarkan suatu ciptaan dibidang seni atau sastra atau ilmu pengetahuan dalam bentuk karya siaran dengan menggunakan transmisi
dengan atau tanpa kabel atau melalui sistem elektromagnetik; d.
Hak untuk memberi izin atau melarang orang lain yang tanpa persetujuannya menyewakan ciptaan karya film dan program komputer
untuk kepentingan yang bersifat komersial.
Dari uraian diatas dinyatakan bahwa pemegang hak cipta merupakan pihak yang diberikan oleh pencipta untuk menggunakan
ciptaan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati bersama oleh pencipta dan pemegang hak cipta.
2.2.3 Perlindungan Hak Cipta
Menurut Wheina tentang UU. No. 19 Tahun 2002 Pasal 14 Sampai Pasal 18, yang mengatur soal pembatasan hak cipta. Pembatasan dan pengecualian hak
cipta dikenal dengan istilah “fair use” atau “fair dealing” yang mengijinkan pemakaian, pengambilan atau perbanyakan suatu ciptaan tanpa izin pemegang hak
ciptanya sepanjang penggunanya menyebut sumbernya dalam hal itu dilakukan terbatas untuk kegiatan yang bersifat non komersial termasuk untuk kegiatan
sosial. Fair use yang diatur dalam UU Hak Cipta diantaranya: 1.
Pengambilan berita aktual 2.
Penggunaan Ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan
kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta.
3. Pengambilan Ciptaan pihak lain guna keperluan ceramah yang semata-
mata untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan. 4.
Perbanyakan suatau Ciptaan selain Program Komputer, oleh Perpustakaan umum, lembaga ilmu pengetahuan atau pendidikan, dan
Universitas Sumatera Utara
pusat dokumentasi yang nonkomersial semata-mata untuk keperluan aktivitasnya,
5. Pembuatan salinan cadangan suatau program komputer oleh pemilik
program komputer yang dilakukan semata-mata untuk digunakan sendiri.
Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa ciptaan dilindungi apabila ide tersebut telah diwujudkan dan ada izin dari pencipta kepada pihak lain untuk
digunakan dengan tujuan tidak merugikan pencipta.
2.3.4 Sanksi Terhadap Pelanggaran
Sanksi terhadap pelanggaran hak cipta dapat dituntut secara perdata, juga dapat secara pidana hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi pelanggaran terhadap
suatu ciptaan. Berhubung hak moral tetap melekat pada penciptanya, pencipta atau ahli waris suatu ciptaan berhak untuk menuntut atau menggugat seseorang
yang telah meniadakan nama penciptanya yang tercantum pada ciptaan itu, mencantumkan nama pencipta pada ciptaannya, mengganti atau mengubah isi
ciptaan itu tanpa persetujuan terlebih dahulu. Pasal 65 Undang-Undang Hak Cipta Tahun 2002 menyatakan bahwa penyerahan hak cipta atas seluruh ciptaan kepada
pihak lain tidak mengurangi hak pencipta atau ahli warisnya untuk menggugat yang tanpa persetujuannya:
a. Meniadakan nama pencipta yang tercantum pada ciptaan itu;
b. Mecantumkan nama pencipta pada ciptaannya
c. Mengganti atau mengubah judul ciptaan itu; atau
d. Mengubah isi ciptaan.
Pasal 58 Undang- Undang Hak Cipta menyatakan: Pencipta atau ahli waris suatau ciptaan dapat mengajukan gugatan ganti rugi atas pelanggaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24. Hak dari pemegang Hak Cipta untuk mengajukan tuntutan perdata tidak berlaku lagi terhadap ciptaan yang berada pada
pihak yang tidak memperdagangkan ciptaan yang didapat diatas pelanggaran hak cipta dan memperolehnya semata-mata untuk keperluan sendiri dan tidak
digunakan untuk kegitan komersial. Penyelesaian sengketa pelanggaran hak cipta, selain dapat diselesaikan
melalui pengadilan niaga, menurut Undang- Undang Hak Cipta Tahun 2002 juga dapat diselesaikan melalui Arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa.
Universitas Sumatera Utara
Penyelesaian sengketa Hak Cipta melalui negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau cara lain yang dipilih oleh para pihak sesuai dengan undang-undang yang berlaku
.Pengajuan tuntutan pelanggaran atas hak cipta jug dapat dilakukan secara pidana. Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa sanksi terhadap pelanggaran
hak cipta dapat di kenakan sanksi secara pidana dan dapat diselesaikan melalui negoisasi, mediasi, konsiliasi, atau cara lain sesuai dengan hukum yang berlaku.
2.3.5 Lisensi Hak Cipta