4. Pembersihan Ternak Sapi
Di daerah penelitian peternak membersihkan ternaknya dengan cara sapi digosok dengan menggunakan brush. Air yang digunakan adalah air sumur dan
air PDAM dengan menggunakan selang dan dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore.
5. Pengendalian penyakit
Penyakit yang sering menyerang ternak sapi potong di daerah penelitian adalah pecernaan tidak lancar, selain itu ada penyakit lain seperti masuk angin,
cacingan dan patah kaki. Satu yang ditangkuti peternak adalah sapi memakan belalang dari rumput yang dimakan, kerena hal itu dapat membuat sapi
meninggal. Biasanya apabila ternak sakit, peternak pertama kali melakukan pengobatan secara tradisional dengan menggunakan bahan-bahan yang ada
disekitar tempat tinggal mereka seperti buah pinang untuk mengobati penyakit menceret. Apabila ternak tidak sembuh juga, maka perternak memanggil petugas
dari dinas peternakan dimana petugas kesehatan ini diwakili oleh inseminator untuk memberikan obat-obatan.
6. Pemasaran Ternak Sapi
Pemasaran ternak sapi potong di daerah penelitian dengan penjualan bobot hidup. Peternak menjual ternak melalui agen yang langsung datang kerumah
peternak. Penjualan ternak paling banyak dilakukan pada saat hari besar seperti Hari Raya Idul Adha, Idul Fitri, Tahun baru dan mau masuk sekolah. Selain hari
besar ini, peternak juga menjual ternak ketika ada keperluan mendesak seperti biaya pernikahan dan sakit. Sistim pembayaran yang dilakukan oleh agen adalah
dengan mencicil, pada saat penjualan agen hanya membayar separuh dari harga
Universitas Sumatera Utara
total dan sisanya dibayar 1 minggu sampai 2 minggu kemudian. Di daerah penelitian ada 2 agen besar yang penjualan sapi di desa tersebut, juga membeli
daril luar propinsi. Sapi yang dibeli tidak langsung dipotong, tetapi dipelihara terlebih dahalu sehingga lebih gemuk sebelum dijual kepada konsumen atau
rumah potong.
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAAAN
Faktor Sosial Ekonomi Peternak Sapi Potong
Faktor Sosial Ekonomi peternak dalam penelitian ini meliputi faktor sosial dan ekonomi. Faktor sosial peternak yang dianalisis meliputi: umur peternak,
tingkat pendidikan peternak, pengalamaan beternak, dan sumber informasi. Sedangkan faktor ekonomi meliputi: jumlah ternak dan pendapatan peternak.
Tabel 10. Faktor Sosial Ekonomi Peternak Sapi Potong di Desa Jati Kesuma No
Faktor Sosial Ekonomi Peternak Rentang
Rataan
1 Jumlah ternak ekor
1-7 4
2 Umur Peternak tahun
18-65 42
3 Tingkat pendidikan tahun
6-12 9
4 Pengalamaan beternak tahun
1-40 13
5 Sumber informasi
1-3 1
6 Pendapatan bersih usaha ternak Rp
105,000-11,723,830 2,786,380
Sumber: Hasil pengolahan data primer lampiran 1
Berdasarkan Tabel 10. dapat diketahui jumlah ternak sapi potong yang dimiliki peternak antara 1 ekor sampai 7 ekor dengan rataan sebesar 4 ekor. Hal
ini menunjukan bahwa jumlah ternak sapi potong yang dipelihara secara rata-rata sekitar 3 sampai 4 ekor.
Umur responden berkisar antara 18 sampai 65 tahun rataan sebesar 42 tahun. Hal ini menunjukan bahwa peternak masih berada dalam kategori umur
produktif 16 sampai 60 tahun sebanyak 32 orang 96.96 dan tidak produktif sebanyak 1 orang 3.03. Potensi peternak untuk bekerja dan mengelola usaha
ternaknya masih besar. Faktor umur biasanya lebih diindentikkan dengan produkitivitas kerja, jika seseorang masih tergolong usia produktif. Menurut
Chamdi 2003 dalam Febrina dan Liana 2008 mengatakan semakin muda usia peternak umumnya rasa keingitahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan
bermina untuk mengadopsi terhadap inovasi teknologi yang semakin tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Tingkat pendidikan peternak sapi potong antara 6 sampai 12 tahun dengan rataan sebesar 9 tahun. Responden yang memiliki pendidikan SD sebanyak 11
orang 33,3, pendidikan SMP sebanyak 6 orang 18,8 dan pendidikan SMA adalah 16 orang 48,8. Ini menunjukkan tingkat pendidikan peternak rata-rata
hanya tamat SMP, sehingga tingkat pendidikan peternak tergolong masih rendah. Menurut Syafaat dkk 1995 dalam Febrina dan Liana 2008 mengatakan bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan peternak maka akan semakin tinggi kualitas sumberdaya manusia, yang pada gilirannya akan semakin tinggi pula
produktivitas kerja yang dilakukannya. Oleh karena itu, dengan semakin tingginya pendidikan peternak maka diharapkan kinerja usaha peternakan akan semakin
berkembang dan ditambah Edwina 2006 dalam Febrina dan Liana 2008 tingkat pendidikan yang relatif tinggi memungkinkan peternak mampu
mengadopsi inovasi, penyuluhan serta bimbingan untuk meningkatkan usahanya. Pendidikan non formal seperti penyuluhan peternakan dan kelompok ternak di
daerah penelitian yang khusus mengenai usaha ternak sapi potong tidak begitu berjalan dengan baik. Padahal pola pendidikan yang dilaksanakan secara
kelompok dapat meningkat pengetahuan dan inovasi dalam mengelola usahaternaknya.
Pengalamaan beternak sapi potong menyebar antara 1-40 tahun dengan rataan 13 tahun. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa tingkat
pengalamaan beternak responden cukup, tetapi kurang menguasai teknik pengelolaan usahaternaknya. Umumnya pengalamaan beternak diperoleh dari
orang tuanya secara turun-temurun. Pengalamaan beternak yang cukup lama memberikan indikasi bahwa pengetahuan dan keterampilan peternak terhadap
Universitas Sumatera Utara
manajemen pemeliharaan ternak mempunyai kemampuan yang lebih baik. Pengalamaan beternak sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha. Sesuai
pendapat Edwina, dkk 2006 dalam Febrina dan Liana 2008 bahwa semakin lama seorang memiliki pengalamaan beternak akan semakin mudah peternak
mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialaminya Penggunaan sumber informasi oleh peternak berkisar 1 sampai 3 buah
sumber informasi dengan rataan sebesar 1 buah. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa pengusaan informasi responden sangat rendah. Penggunaan
sumber informasi oleh peternak adalah tetangga atau keluarga sebanyak 33 orang 100 , PPL sebanyak 8 orang 24,24 , majalah peternakanpertanian
sebanyak 1 orang 3,3 dan penggunaan sumber informasi yang tetangga, PLL dan majalah pertanian 1 3,30 , PLL dan tetangga adalah 8 oang 24,24 dan
hanya keluarga atau tetangga sebanyak 33 orang 100 dan kontak tani, pedang, LSM, TV, Internet, Radio, LeafletFolder, Diskusi dan demonstrasi tidak ada
lampiran 9. Hal ini disebabkan karena sumber informasi tidak tersedia di desa tersebut. Sumber informasi keluarga atau tetangga ini yang saling mereka gunakan
dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi, dan teknologi yang sering dibagikan hanya pengalamaan usahaternak yang sifatnya turun-temurun kepada
generasi yang selanjutnya. Pendapatan bersih dari usaha ternak sapi potong selam 1 satu tahun per
peternak berkisar antara Rp.105,000 sampai Rp11,723,830 peternak tahun dengan rataan Rp.2,786,380 peternak tahun lampiran 8. Hal ini sesuai dengan
Krisna dan Mashur 2006 dalam Jurnal Penyuluhan Pertanian mengatakan jumlah kepemilikan ternak 2 sampai 4 ekor tidak menguntungkan secara finansial.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 11. Rataan Pendapatan Peternak Sapi Potong di Jati Kesuma Uraian
Jumlah RpPeternakTahun
Persentase Rataan
A. PENERIMAAN
Penjualan Ternak 5,306,090
50.2
Penjualan Kotoran Ternak 630,363
6.0
Pertambahan Nilai Ternak 4,998,485
47.3
SUB TOTAL A 10,573,091
100
B.PENGELUARAN
Pakan dan Transportasi 662,300
8.5
Suntik IB 70,303
0.9
Garam 307,197
3.9
Transportasi bahan bakar 1,393,227
17,9
Air dan Listrik 11,490
0.1
Kandang 299,191
3.8
Obat-Obatan, Vaksin dan Vitamin 608,750
7.8
Tenaga Kerja 5,446,919
69.9
Peralatan dan perlengkapan 471,482
6.1
SUB TOTAL B 7,786,710
100
C.PENDAPATAN: A-B 2,786,381
Sumber: Hasil Olahan Data Primer lampiran 4- 8
1. Pengeluaran
Pengeluaran merupakan biaya produksi yang meliputi: biaya pakan, obat- obatan dan vaksin, Iseminasi Buatan IB, tenaga kerja, listrik, kandang, peralatan
dan perlengkapan. Rata-rata pengeluaran peternak sapi potong di daerah penelitian sebesar Rp.7,786,710. peternak tahun. Biaya pengeluaran pada proses
produksi terbesar pada biaya tenaga kerja sebesar Rp.5,446,919 atau 69,9 dari biaya pengeluaran keseluruhan.dan biaya paling kecil pada Air dan listrik sebesar
Rp.11,490 atau 0,1 dari biaya yang dikeluarkan semasa 1 tahun lampiran 5-6. - Pakan dan Transportasi
Mayoritas peternak responden memberi pakan hijauan dari limbah pertanian meliputi batang jagung, rumput lapangan, batang ubi dan penambahan
garam pada ternak sapinya. Hanya 3 responden 9.09 yang memberi kosentrat dan penambahan berupa dedak dan bungkil kelapa sawit yaitu kepemilikan sapi
Universitas Sumatera Utara
potong sebanyak 6 ekor. Sedangkan 30 responden 81.81 memilih memberi pakan dari limbah pertanian dan rumput lapangan. Harga rumput satu gulungan
sebesar Rp.7000. Kebutuhan pakan hijauan ekor hari sebanyak 1 gulungan untuk sapi yang dewasa dan sapi pedet sebanyak setengah gulung hari. Rata-rata total
pengeluaran untuk pakan hijauan, konsentrat, bungkil dan dedak sebesar Rp.662,300peternaktahun. Pengambilan pakan menggunakan alat transportasi
dengan sepeda motor dan mobil dengan biaya bensin hari sebesar Rp.5000 atau rata-rata total biaya transportasi sebesar Rp 1,393,227 peternaktahun. Peternak
memberi makan sapi ditambah dengan garam untuk kebutuhan ternak. Rata-rata garam yang dibutuhkan 306,197 peternaktahun lampiran 5.
- Obat-obatan, vaksin dan vitamin Penyakit yang sering menyerang ternak sapi di daerah penelitian adalah
penyakit pencernaan, disamping itu penyakit cacingan, kaki lemah, masuk angin, serta keracunan akibat termakan ulat. Pengobatan pertama kali dilakukan secara
tradisional dengan ramuan alami. Apabila ternak tidak sembuh, baru peternak memanggil petugas kesehatan mantri ternak untuk mengobati ternaknya. Obat
yang sering diberi Sanbe dan Menara lima yang sebutir Rp.7000 ekor dan pemberiannya dilakukan setahun 3 kali sedangkan biaya penyuntikan vitamin
sebesar Rp.80,000 ekor. Rata-rata total pengeluaran untuk obat-obatan, vaksin dan vitamin sebesar Rp.608,750peternaktahun lampiran 5.
- Inseminasi Buatan IB Responden semuanya menggunakan Inseminasi Buatan IB. Penyuntikan
IB biasanya dilakukan oleh menteri hewan dimana harganya tergantung jenis bibit yang disuntikkan, kalau rataanya Rp.60,000- Rp 80,000 rupiah dimana jenisnya
adalah Brahmana, Limosin, dan Ongole. Dan dengan IB, bisa mendapatkan sapi
Universitas Sumatera Utara
yang unggul bila dibandingkan dengan sistem kawin alamiah. Rata-rata total pengeluaran untuk IB sebesar Rp.70,303.03peternak tahun lampiran 5.
- Tenaga kerja Tenaga kerja yang digunakan petenak dikelompokkan menjadi dua
kelompok besar, yaitu tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar keluarga upahan. Tenaga kerja keluarga khusus dibagi atas 4 yaitu: kelompok pertama
terdiri dari Pria, Wanita dan Anak dengan jumlah 5 responden 15,15 , kelompok kedua yaitu: Pria dan Wanita dengan jumlah 18 responden 54,54,
kelompok ketiga yaitu: Pria dan Anak dengan jumlah 1 responden 3,03, kelompok keempat yaitu Pria dengan jumlah 9 responden 27,27 dan untuk
tenaga kerja dari luar upahan tidak ada yang menggunakan. Ini sistem peternakan disana semua sudah dikandang dengan baik dan pekerjaan yang
dilakukan disini berupa pengambilan pakan dari ladang, pemberian pakan dan minum, pengendalian penyakit, bersihkan kandang, sanitasi ternak dan
reproduksi. Uang yang diperoleh oleh pria sebesar Rp.5000jam, wanita Rp.4000jam dan Anak Rp.2500jam dengan ketentuan Upah Minumum Propinsi
UMP sebesar Rp.822, 205bulan tahun 2009. Rata-rata total pengeluaran untuk tenaga kerja sebesar Rp.5, 446,140peternak tahun lampiran 5.
- Listrik Dan Air Pemakaian listrik untuk penerangan dan menghidupkan pompa air.Rata-
rata total pengeluaran untuk pakan pemakaian listrik sebesar Rp.10,945.45 peternaktahun.dan penggunaan air dari PDAM oleh peternak 3 responden
9,09 dan sisanya penggunaan air sumur 30 responden 90,90 dimana digunakan untuk minum, bersihkan kandang dan mandikan ternak sapi. Rata-rata
Universitas Sumatera Utara
biaya pemakaian air PDAM sebesar Rp.6000 peternak tahun atau Rp.461, 53 ST tahun lampiran 5.
-Kandang Kandang ternak sapi di daerah penelitian pada umumnya semua dibuat
dari bahan atapnya menggunakan seng dan seng asbes, dimana menggunak seng asbes 30 peternak 90,90 dan atap rumbia sebanyak 3 peternak 9,09.
Penggunaan atap seng asbes lebih tahan lama sekitar 5 sampai 7 tahun, tetapi atap rumbia 2 tahun harus sudah diganti. Lantai kandang sapi semua peternak sudah
disemen dan dinding kandang ada yang menggunakan kayu 31 peternak 93,9 dan 2 peternak 6.06 kandang disemen keliling setinggi 1 meter dan untuk
tempat makanan langsung dibuat permanen selebar kandang. Rata-rata total pengeluaran untuk kandang Rp.299,19.919 peternak tahun.lampiran 4
- Peralatan dan Perlengkapan Peralatan dan perlengkapan yang dipakai berupa cangkul, arit, kereta
sorong, ember, sapu, lampu, pompa air, selang, tali, sekop, dan sisir. Masa pemakaian peralatan dan perlengkapan berbeda-beda sesuai dengan jenisnya.
Rata- rata pengeluaran untuk peralatan sebesar Rp.471,482.32 peternak tahun. lampiran 4
2. Penerimaan