Karakteristik Peternak Sampel Sapi Potong di Desa Jati Kesuma Tahun Okt 08-Okt09 Perubahan Ternak Sapi Potong Dalam Kurung Waktu Setahun Okt 08- Okt09 Biaya Variabel Pada Usaha Ternak Sapi Potong Per Peternak Di JatiKesuma Tahun Okt 08-Okt09 Total Biaya P

DAFTAR LAMPIRAN NO JUDUL

1. Karakteristik Peternak Sampel Sapi Potong di Desa Jati Kesuma Tahun Okt 08-Okt09

2. Perubahan Ternak Sapi Potong Dalam Kurung Waktu Setahun Okt 08- Okt09

3. Curahan Tenaga Kerja Pada Pemeliharaan Ternak Sapi Potong Per Peternak di Desa Jati Kesuma per Tahun HKPTahun 4. Biaya Kandang, Perlengkapan dan Peralatan Pada Usaha Ternak Sapi Potong Peternak di Desa Jati Kesuma Tahun Okt 08-Okt09

5. Biaya Variabel Pada Usaha Ternak Sapi Potong Per Peternak Di JatiKesuma Tahun Okt 08-Okt09

6. Total Biaya Produksi Usaha Ternak Sapi Potong Peternak Tahun Di Jati Kesuma Tahun Okt 08-Okt09

7. Total Penerimaan Dari Usaha Ternak Sapi Potong Peternak Tahun di Jati Kesuma Tahun Okt 08-Okt09

8. Total Pendapatan Bersih Usaha Ternak Sapi Potong PeternakTahun di Jati Kesuma Pada Tahun Okt 08-Okt09 9. Penggunaan Sumber Informasi Oleh Peternak Potong Peternak di Jati Kesuma Tahun Okt 08-Okt09 10. Kemampuan Manajerial Peternak Sapi Potong Peterna di Jati Kesuma Tahun Okt 08-Okt09 11. Korelasi Rank Spearman Antara Jumlah Ternak Dengan Kemampuan Manajerial Usahaternak 12. Korelasi Rank Spearman Antara Umur Peternak Dengan Kemampuan Manajerial Usahaternak 13. Korelasi Rank Spearman Antara Tingkat Pendidikan Peternak Dengan Kemampuan Manajerial Usahaternak 14. Korelasi Rank Spearman Antara Pengalamaan Peternak Dengan Kemampuan Manajerial Usahaternak 15. Korelasi Uji CHI SQUARE antara Sumber Informasi Dengan Kemampuan Manajerial 16. Korelasi Rank Spearman Antara Pendapatan Peternak Dengan Kemampuan Manajerial Usahaternak

17. Pengolahan data dengan SPSS

Universitas Sumatera Utara DAFTAR GAMBAR NO JUDUL HAL 1. Gambar Skema Pemikiran Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Peternak Sapi Potong Dengan Kemampuan Manajerial Usahaternak............................................................... 22 Universitas Sumatera Utara Abstrak Jhon Riaman Purba, 2010 ” Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Peternak Sapi Potong dengan Kemampuan Manajerial Usahaternak”. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Jati Kesuma Kecamatan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang, yang dimulai dari bulan Nopember 2009 sampai Desember 2009. di bawah bimbingan Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu Emalisa, SP, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing. Metode penentuan daerah penelitian secara purposive dan penarikan sampel digunakan Metode simple Random samping diambil secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi sehingga diperoleh 33 sampel dari 50 populasi yaitu peternak yang memiliki sapi sendiri dan untuk melihat hubungan mengunakan analisis Rank Spearmen dan Uji Chi Suquare. Kajian penelitian ini adalah karakteristik sosial ekonomi peternak jumlah ternak, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalamaan beternak, sumber informasi dan pendapatan usahaternak, kemampuan manajerial, hubungan faktor sosial ekonomi dengan kemampuan manajerial usahaternak serta masalah dan upaya yang dihadapi peternak di Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namorambe, Kabupaten Deliserdang. Hasil penelitian di peroleh faktor sosial ekonomi peternak sapi potong yaitu jumlah ternak sapi potong yang dipelihara peternak rata-rata 4 ekor, umur peternak sapi potong berkisar rata-rata 42 tahun , tingkat pendidikan peternak sapi potong rata-rata 9 tahun atau setingkat SLTP, pengalamaan beternak sapi potong berkisar rata-rata 13 tahun, sumber informasi yang digunakan yaitu tetangga, PLL dan majalah pertanian, pendapatan bersih yang diterima peternak dari usaha ternak sapi potong rataa-rata Rp.2,786,361peternaktahun atau 21,628 peternakhari dan kemampuan manajerial usahaternak di Desa Jati Kesuma baik. Dari uji statistik diperoleh t hitung t tabel yang berarti pengalamaan beternak berhubungan nyata dengan kemampuan manajerial usaha ternak sedangkan sedangkan umur peternak, tingkat pendidikan, jumlah ternak, sumber informasi dan pendapatan berdasarkan uji statistik diperoleh t hitung t tabel sehingga tidak berhubungan dengan nyata dengan kemampuan manajerial usaha ternak. Masalah-masalah yang dihadapi peternak sapi potong adalah kekurangan dana, tidak adanya pasar tetap menjual ternak dan ketersedian kegiatan penyuluhan peternakan dan upaya yang dilakukan peternak adalah menyisihkan sebagian pendapatan, bertanya kepada peternak lain mengenai harga ternak yang akan dijual dan berdiskusi atau lebih banyak berbagi dengan peternak lain yang sudah berhasil. Kata kunci: Faktor Sosial ekonomi, Kemampuan Manajerial, Usahaternak Sapi potong Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai stategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang semakin meningkat, sebagai konsekuensi atas pertambahan penduduk Indonesia Perkembangan pola konsumsi menyebabkan arah kebijakan pembangunan sektor pertanian berubah. Pada awalnya kemerdekaan, pembangunan lebih diarahkan untuk mencukupi kebutuhan karbohidrat. Saat ini, ketika pendapatan per kapita rakyat Indonesia semakin meningkat, kebijakan mulai bergeser untuk memenuhi kebutuhan protein Indonesia saat ini masih mengalami kekurangan pasokan sapi bakalan karena pertambahan populasi tidak seimbang dengan kebutuhan nasional. Usaha peternakan rakyat di Indonesia umumya bersifat tradisional dan metode pengelolaannya masih mengunakan teknologi seadanya dan masih bersifat sambilan. Karena itu, hasil yang dicapai tidak maksimal. Menurut Soprapto dan Abidin, 2006 masalah utama yang terjadi pada hampir semua peternak di Indonesia adalah rendahnya pengetahuan tengtang cara beternak yang benar. Seringkali ditemui di lapangan, seorang peternak tidak mengetahui waktu yang tepat untuk mengawinkan sapi potongnya. Selain itu, pemberian pakan umumnya dilakukan secara trial and error, tanpa tahu kandungan gizi bahan pakan yang cukup. Pemilihan teknologi juga harus didasarkan pada kemampuan para peternak. Penggunaan teknologi yang terlalu maju justru menyebabkan para peternak mengalami kesulitan karena culture shock. Penggunaan teknologi secara tepat guna mungkin diterapkan secara Universitas Sumatera Utara bertahap, misalnya penerapan seleksi bibit pada sapi lokal, kontrol perkawinan, serta pengolahan dan penggunaan bahan pakan murah berkualitas. Keterbatasan-keterbatasan peternak, antara lain dalam bentuk permodalan, penguasaan lahan, keterampilan, pengetahuan, aksesibilitas pasar, dan bargaining position akan berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan dalam penentuan komoditas yang akan diusahakan dan teknologi usahatani yang akan diterapkan peternak. Rendahnya tingkat kosmopolitan atau kemampuan peternak untuk membuka diri terhadap suatu pembaharuan atau informasi yang berkaitan dengan unsur pembaharuan juga semakin memperburuk kondisi peternak dalam membuat keputusan untuk menolak atau menerima inovasi. Hal ini akan bermuara pada rendahnya pendapatan dan keadaan usahaternak yang sulit berkembang Permasalahan diatas tidak lepas dari bagaimana peternak mampu mengelola usahaternaknya sehingga menjadi sumber penghasilan yang mensejahterakan peternak. Perannya disini keberhasilan usahaternak tergantung bagaimana upaya dan kemampuan manajer. Keberhasilan usahaternaknya dimulai dari awal yaitu penentuan tujuan dan harapan yang diinginkan karena segala kegiatan harus mengarah pada tujuan-tujuan tersebut. Namun demikian, sering kali peternak karena kesibukan tidak mengganggap mengelola usahaternak adalah kewajiban dan pekerjaan sehari-hari yang dari dulu hingga saat ini hanya begitu-begitu saja, tidak berubah dan tanpa tujuan yang pasti. Dengan demikian, untuk mengukur keberhasilan di kemudian hari akan mengalami kesulitan. Padahal, jika tujuannya jelas maka dapat mengarahkan dan mengambil keputusan dengan segala kegiatan usahaternaknya. Universitas Sumatera Utara Usaha peternakan di Indonesia di laksanakan sebagai usaha sambilan, disamping usaha pertanian lainya seperti menanam padi di sawah. Akibatnya, alokasi tenaga dan pikiran lebih banyak pada usaha pokok dari pada usaha sampingan. Sapi-sapi tersebut umumnya dipelihara sebagai tabungan yang akan dijual sewaktu-waktu ketika peternak membutuhkan uang secara mendadak. Akibatnya sapi dijual dengan harga rendah karena waktu penjualannya tidak direncanakan terlebih dahulu Soprapto dan Rendahnya populasi ternak sapi merupakan akibat dari rendahnya produktivitas sapi tersebut. Ini berhubungan erat dengan peran peternak dalam mengelola usahaternak. Perkembangan populasi ternak di daerah penelitian sudah Abidin, 2006 Keadaan ini sangat berhubungan dengan managerial skill atau human capitals yang rendah sehingga sering kali peternak dikatakan ketinggalan. Dengan kata lain, untuk keberhasilan usahaternak sangat ditentukan oleh pengambilan keputusan yang berdasarkan pada tujuan-tujuan usahaternak, permasalahan serta kondisi yang jelas, fakta dan data yang aktual, serta analisis yang tepat dan akurat. Kemampuan, pengetahuan ketrampilan, dan pengalamaan peternak yang memadai sangat diperlukan dan sangat menentukan keberhasilan usahaternaknya. Menurut A.T.Mosher 1984 mengatakan petanipeternak berperan sebagai manajer. Petani sebagai manajer akan berhadapan dengan berbagai alternatif yang harus diputuskan mana yang harus dipilih untuk diusahakan. Petani harus menentukan cara-cara berproduksi, menentukan cara-cara pembelian sarana produksi, menghadapi persoalan tentang biaya, mengusahakan permodalan dan sebagainya. Untuk itu, diperlukan keterampilan, pendidikan, dan pengalamaan yang akan berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan. Universitas Sumatera Utara begitu banyak tetapi belum memberikan kontibusi bagi pendapatan keluarga peternak mensejahterakan kehidupan peternak. Tabel 1. Perkembangan Populasi Ternak Sapi Potong Per KabupatenKota Di Sumatera Utara Tahun 2002-2007 Ekor. No Kabupaten Kota 2002 2003 2004 2005 2006 2007 1 Nias 2,531 2,748 2,751 2,754 2,695 1,689 2 Nias Selatan 326 326 3 Mandailing Natal 2,801 3,004 3,067 3,281 3,456 3,714 4 Tapanuli Selatan 35,069 35,111 35,153 35,176 37,242 17,026 5 Tapanuli Tengah 1227 1,310 1,312 1,308 1,457 1,280 6 Tapanuli Utara 4,550 2,678 2,681 1,991 2,039 2,613 7 Humbahas 1,322 1,324 378 402 450 8 Toba Samosir 5,325 5,331 5,337 755 946 757 9 Samosir 2,140 2,143 2,145 2,469 4279 10 Labuhan Batu 13,765 14,498 14,515 16,350 14,413 17,575 11 Asahan 23718 23,746 23,774 30,996 31,296 52,225 12 Simalungun 28839 28,804 28,838 30,044 30,131 52,956 13 Dairi 1783 1,102 1,103 2,346 2,473 206 14 Pakpak Bharat 115 115 116 118 52,956 15 Karo 28,191 31,131 31,138 32,392 32,522 23,188 16 Deli Serdang 62,312 34,154 34,194 26,581 25,287 23,977 17 Serdang Bedagai 8,234 8,244 8,344 9,276 88,838 18 Langkat 35,613 44,802 44,856 46,550 48,879 31,457 19 Sibolga 20 Tanjung Balai 28 28 29 30 21 Pematang Siantar 154 155 155 122 133 22 Tebing Tinggi 353 385 385 386 415 36 23 Medan 569 1,293 1,294 1,758 1,462 373 24 Binjai 1,575 2,382 2,329 2,454 2,424 1,183 25 Padang Sidempuan 4,200 41,205 4,209 1,594 3,205 Jumlah 248375 248673 248971 250465 251488 111,414 Sumber: Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Utara, 2008 Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa populasi ternak sapi potong di Sumatera Utara mengalami peningkatan dari tahun 2002 ke tahun 2007, dimana rata-rata setiap tahun meningkat sebesar 0,06 itu dapat dilihat dari peningkatan jumlah ternak sapi potong setiap tahunnya. Di Kabupaten Deli Serdang jumlah populasi ternak sapi potong mengalami penurunan, meskipun tidak signifikan dimana pada tahun 2002 berjumlah 62.312 ekor, tetapi untuk tahun 2003 berjumlah 34.154 ekor atau sebesar 15,42. Pada tahun 2003 dan tahun 2004 jumlah tidak mengalami perubahan yang besar, tetapi untuk tahun 2005 Universitas Sumatera Utara mengalami penurunan dimana jumlah tinggal 26.581 ekor atau turun sebesar 7,61 dan tahun selanjutnya mengalami penurunan juga yakni 25.287 ekor atau sebesar 1,29. Tabel 2. Populasi Ternak Sapi Potong Kecamatan Namo Rambe Per Desa Tahun 2008 ekor No Desa Populasi Ekor 1 SM Hilir 39 2 SM.Hulu 42 3 Sudi Rejo 161 4 Lau Mulgap 45 5 Batu Gemuk 55 6 Timbang Lawan 30 7 Batu Mbelin 24 8 Ujung Labuhan 86 9 Batu Penjemuran 92 10 Sialang Tungir 46 11 Namo Mbaru 31 12 Namo Pakam 31 13 Bekululu 33 14 Jati Kesuma 1142 15 Namo Rambe 75 16 Gunung Barita - 17 Kuta Tengah 54 18 Cinta Rakyat - 19 Rumah Mbacang - 20 Tanjung Selamat - 21 Rimo Mungkur 28 22 Namo Mbaru 23 23 Namo Pinang 21 24 Namo Ladur 57 25 Uruk Gedang 20 26 Tangkahan 19 27 Rumah Kaben 37 28 Lubang Ido 48 29 Silue-Lue 27 30 Batu Rejo 69 31 Jaba 58 32 Kwala Simeme 21 33 Naom Mbelin 25 34 Kuta Kuala 35 35 Gunung Kelawas 42 36 Deli Tua 63 Jumlah 2582 Sumber: Penyuluh Peternakan Kecamatan Namorambe Tahun 2009 Berdasarkan Tabel 2, di Kecamatan Namorambe merupakan salah satu daerah penyebaran populasi ternak di Kabupaten Deli Serdang yang berpotensial untuk dikembangkan. Populasi sapi potong pada tahun 2009 di Kecamatan Namo Universitas Sumatera Utara Rambe sebanyak 2582 ekor dan diantara 36 desa di Kecamatan Namorambe, maka Desa Jati Kesuma yang terbanyak yaitu 1142 ekor pada tahun 2009. Dengan jumlah populasi sebanyak 1142 ekor di Desa Jati Kesuma pada tahun 2009 sebenarnya ini sudah cukup banyak dibanding dengan desa yang lain, tetapi dilapangan tidak sesuai dengan harapan peternak, dimana usahaternak belum begitu meningkatkan pendapatan peternak, karena kompleksnya permasalahan yang dihadapi peternak baik metode perkawinan, metode pemberian pakan, tujuan pemeliharaan, sistem perkandangan dan pemasaran ternak, permodalan, peran sumber informasi dan pengetahuan teknologi tentang usahaternak rendah. Dimana semua ini menyangkut dengan peran peternak sebagai manajer dalam usahaternak sehingga semua usaha dimanajemen dengan begitu baik. Kemampuan manajerial peternak tidak lepas bagaimana peran peternak mengakses sumber informasi dalam memutuskan segala bentuk input dan kebutuhan usaha. Ini pun sangat berhubungan dengan faktor sosial ekonomi peternak, bagaimana pendidikannya dan pengalamaan dalam usahaternaknya, sehingga memacu untuk beternak lebih baik. Mencermati permasalahan di atas maka peneliti tertarik melakukan pengkajian, dimana peternak sebagai manajer untuk usahaternaknya, karena itu peternak yang memutuskan segala sesuatu terhadap usahaternaknya, bagaimana faktor sosial ekonomi jumlah ternak, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalamaan beternak, sumber informasi dan pendapatan, bagaimana kemampuan manajerial peternak sapi potong, serta bagaimana hubungan faktor sosial ekonomi jumlah ternak, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalamaan beternak, sumber informasi dan pendapatan peternak dengan dengan kemampuan Universitas Sumatera Utara manajerial usahaternak di Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Indentifikasi Masalah: Berdasarkan kondisi diatas peneliti merumuskan masalah yang akan dikaji adalah: 1. Bagaimana faktor sosial ekonomi jumlah ternak, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalamaan beternak, sumber informasi dan pendapatan peternak sapi potong di daerah penelitian? 2. Bagaimana kemampuan manajerial peternak sapi potong dalam mengelola usahaternaknya di daerah penelitian? 3. Bagaimana hubungan faktor sosial ekonomi jumlah ternak, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalamaan beternak, sumber informasi dan pendapatan peternak sapi potong dengan kemampuan manajerial usahaternak di daerah penelitian? 4. Apa saja masalah yang dihadapi peternak sapi potong mengelola usahaternaknya di daerah penelitian? 5. Apa saja upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi peternak sapi potong dalam mengelola usahaternaknya di daerah penelitian? Universitas Sumatera Utara Tujuan Penelitian : Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis faktor sosial ekonomi jumlah ternak, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalamaan beternak, sumber informasi dan pendapatan peternak sapi potong di daerah penelitian. 2. Menganalisis kemampuan manajerial peternak sapi potong dalam mengelola usahaternaknya di daerah penelitian. 3. Menganalisis hubungan faktor sosial ekonomi jumlah ternak, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalamaan beternak, sumber informasi dan pendapatan peternak sapi potong dengan kemampuan manajerial usahaternak di daerah penelitian. 4. Menganalisis masalah yang dihadapi peternak sapi potong mengelola usahternaknya di daerah penelitian. 5. Menganalisis upaya yang dilakukan peternak dalam mengatasi masalah yang dihadapi peternak sapi potong dalam mengelola usahternaknya di daerah penelitian. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah: 1. Dari segi praktis informasi penelitian ini diharapkan dapat membantu peternak untuk memperbaiki kelemahan dan kekurangan selama beternak 2. Dari aspek informasi diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi instansi pemerintah terkait untuk membuat kebijakan dalam usaha meningkatkan pendapatan peternak. Universitas Sumatera Utara TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN HIPOTESIS Tinjauan Pustaka Sapi adalah ternak terpenting dari jenis-jenis hewan ternak yang dipelihara manusia sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja, dan kebutuhan manusia lainya. Ternak sapi menghasilkan 50 kebutuhan daging di dunia, 95 kebutuhan susu, dan kulitnya menghasilkan sekitara 85 kebutuhan kulit untuk sepatu. Sapi adalah salah satu genus dari famili Bovidae. Ternak atau hewan- hewan lainya yang termasuk famili ini ialah Bison, banteng Bibos, kerbau Bubalus, kerbau Afrika Syncherus, dan Anoa. Oleh karena itu satu genus dengan Eropa dan Bos Taurus dan sapi-sapi tropis atau Bos indicus. Pane,1993 Usahaternak merupakan suatu proses mengkombinasikan faktor- faktor produksi berupa lahan, ternak, tenaga kerja, dan modal untuk menghasilkan produk peternakan. Keberhasilan usahaternak sapi bergantung pada tiga unsur, yaitu bibit, pakan, dan manajemen atau pengelolaan. Manajemen mencakup pengelolaan perkawinan, pemberian pakan, perkandangan, dan kesehatan ternak. Manajemen juga mencakup penanganan hasil ternak, pemasaran, dan pengaturan tenaga kerja Abidin, 2002 Peranan ternak sapi dalam pembangunan peternakan cukup besar terutama dalam pengembangan misi peternakan yaitu sebagai: 1. Sumber pangan hewani asal ternak, berupa daging dan susu 2. Sumber pendapatan masyarakat terutama petani ternak 3. Penghasil devisa yang sangat diperlukan untuk membiayai pembangunan nasional Universitas Sumatera Utara 4. Menciptakan angkatan kerja 5. Sasaran konservasi lingkungan terutama lahan melalui daur ulang pupuk kandang 6. Pemenuhan sosial budaya masyarakat dalam ritus adatkebudayaan. Phindini dkk, 2005 Menurut Soeharto 1990 dalam Surayatiyah 2009 usahaternak dapat digolongkan dalam 4 jenis: 1. Usaha yang bersifat tradisional yaitu petanipeternak kecil yang mempunyai 1- 2 ekor ternak ternak ruminansia besar, kecil bahkan ayam kampung. Usaha ini hanya bersifat sambilan dan untuk saving saja. 2. Usaha backyard, yaitu petanipeternakan ayam ras, sapi perah, ikan. Tujuan usaha selain memenuhi kebutuhan juga untuk dijual oleh karena itu memakai input teknologi, manajemen, dan pakan yang rasional, dalam perkembangannya ditunjang dengan sistim PIR 3. Usaha komersial, yaitu petanipeternak yang telah benar-benar menerapkan prinsip-prinsip ekonomi, profit oriented, dan efesiensi. Usaha ini meliputi usaha pembibitan, usaha pakan ternak, usaha penggemukan dan lain-lain. Secara garis besar ada dua bentuk usahatani yang telah dikenal yaitu usahatani keluarga family farming dan perusahaan pertanian plantation, estate, enterprise. Pada umumnya yang dimaksud usahatani adalah usaha keluarga sedangkan yang lain adalah perusahaan pertanian. Informasi teknologi pertanian memegang peranan penting dalam proses pembangunan pertanian. Tersedianya berbagai informasi yang akan menyebarkan Universitas Sumatera Utara atau menyampaikan informasi teknologi pertanian dapat mempercepat kemajuan usaha pertanian di pedesaan Suryantini, 2004. Pesatnya perkembangan iptek bidang pertanian menyebabkan penyebaran informasi melalui media cetak dan elektronik semakin meningkat. Bagi penyuluh petani, media tersebut merupakan sumber untuk mendapatkan informasi tentang teknologi pertanian. Namun, tersedianya sumber informasi menjamin digunakannya sumber informasi oleh penyuluh. Pemilihan dan penggunaan berbagai sumber informasi oleh petani akan berbeda tergantung pada kebutuhan informasi dan motivasi tertentu Suryantini, 2003. Landasan Teori Menurut Mosher 1984 petani bertindak sebagai manajer juru tani dan anggota masyarakat biasa. Petani diharapkan pada beberapa alternatif, harus memutuskan alternatif yang akan dipilih, melaksanakan pilihannya dan bertanggung jawab terhadap hasil kerjanya yang diperoleh. Manajemen adalah pengelolaan suatu pekerjaan untuk memporoleh hasil dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan dengan cara menggerakan orang-orang lain untuk bekerja. Menurut George R.Terry 1997 dalam Herijito 2001 manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari planning, organizing, actuating dan controlling yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditentukan dengan menggunakan manusia dan sumber daya yang lainnya. Jika manajemen sebagai suatu pekerjaan maka petani harus dapat menjabarkan dan menrealisasikan ide atau buah pikirannya dalam mengelola usahataninya sehingga berhasil seperti yang dia inginkan. Untuk itu, petani harus melalui fungsi-fungsi manajemen sebagai proses yang meliputi perencanaan, Universitas Sumatera Utara pengorganisasisan, pengawasan, komunikasi dan sebagainya. Dengan demikian, segala kegiatan dalam usahataninya terarah pada satu tujuan yang menguntungkan bagi petani Suratiyah, 2009 Pemahamaan prosedur manajemen sangat penting bagi petani terutama dalam pemecahan masalah. Petani sebagai manajer harus benar-benar menguasai masalah yang timbul dalam usahataninya. Untuk mengetahui dan memecahkan masalah tersebut, ada beberapa tahapan yang harus benar-benar tahu apa akar masalahnya dan bukan gejala atau kenampakan sesaat saja. Kedua, petani harus mengumpulkan data dan fakta yang ada. Ketiga, petani harus mampu mengevaluasi dan menemukan alternatif pemecahan masalah. Keempat, sebagai manajer, seorang petani harus mampu mengambil keputusan untuk bertindak mengatasi permasalahan yang timbul tersebut. Suratiyah, 2009 Fungsi-fungsi manajemen menurut George R. Terry dalam Herijito 2001 yang membentuk manajemen sebagai salah satu proses sebagai berikut 1. Planning Kegiatan yang menentukan berbagai tujuan dan penyebab tindakan- tindakan selanjutnya. 2. Organizing Kegiatan membagi pekerjaan di antara anggota kelompok dan membuat ketentuan dalam hubungan-hubungan yang diperlukan 3. Actuating Kegiatan menggerakkan anggota-anggota kelompok untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas-tugas masing Universitas Sumatera Utara 4. Controlling Kegiatan untuk menyesuaikan antara pelaksanaan dan rencana-rencana yang telah ditentukan. Perencanaan Planning 1. Menjelaskan memantapkan dan memastikan tujuan yang dicapai 2. Meramalkan peristiwa atau keadaan pada waktu yang datang 3. Memperkirakan kondisi-kondisi pekerjaan yang dilakukan 4. Memilih tugas yang sesuai untuk pencapaian tujuan 5. Membuat rencana secara menyeluruh dengan menekankan kreativitas agar diperoleh sesuatu yang baru dan lebih baik 6. Membuat kebijaksanaan, prosedur, standar dan metode-metode untuk pelaksanaan kerja 7. Memikirkan peristiwa dan kemungkinan akan terjadi 8. Mengubah rencana sesuai dengan petunjuk hasil pengawasaan Pengorganisasian organizing 1. Membagi pekerjaan ke dalam tugas-tugas operasional 2. Mengelompokkan tugas-tugas ke dalam posisi-posisi secara operasional 3. Menggabungkan jabatan-jabatan operasional ke dalam unit-unit yang saling berkaitan 4. Memilih dan menempatkan orang untuk pekerjaan yang sesuai 5. Menjelaskan persyaratan dari setiap jabatan 6. Menyesuaikan wewenang dan tanggung jawab bagi setiap anggota 7. Menyediakan berbagai fasilitas untuk pegawai 8. Menyeleraskan organisasi sesuai dengan petunjuk hasil pengawasaan Universitas Sumatera Utara Penggerakkan Actuating 1. Melakukan kegiatan partisipasi dengan senang hati terhadap semua keputusan, tindakan atau perbuatan 2. Mengarahkan dan menantang orang lain agar bekerja sebaik-baiknya 3. Memotivasi anggota 4. Berkomunikasi secara efektif 5. Meningkatkan anggota agar memahami potensinya secara penuh 6. Memberi imbalan penghargaan terhadap pekerja yang melakukan pekerjaan yang baik 7. Mencukupi keperluan pegawai sesuai dengan kegiatan pekerjaannya 8. Berupaya memperbaiki pengarahaan sesuai dengan petunjuk pengawasan Pengendalian Controlling 1. Membandingkan hasil-hasil pekerjaan dengan rencana secara keseluruhan 2. Menilai hasil pekerjaan dengan standar hasil kerja 3. Membuat media pelaksanaan secara tepat 4. Memberitahukan media pengukur pekerjaan 5. Memindahkan data secara terperinci agar dapat dilihat perbandingan dan penyimpangan -penyimpangannya 6. Membuat saran tindakan-tindakan perbaikan jika dirasa oleh anggota 7. Memberitahu anggota-anggota yang bertanggung jawab terhadap pemberian penjelasaan 8. Melaksanakan pengawasan sesuai dengan petunjuk hasil pengawasaan Dalam Suratiyah 2009 petani sebagai manajer atau peran sebagai manajer meliputi 4 aktivitas: Universitas Sumatera Utara 1. Aktivitas teknis • Memutuskan akan memproduksi apa dan bagaimana caranya • Memanfaatkan lahan • Membuat gambaran tentang teknologi dan peralatan yang akan digunakan serta implikasinya pada penggunaan tenaga kerja • Menentukan skala usaha 2. Aktivitas komersial • Menghitung berapa dan apa saja input yang dibutuhkan baik yang dipunya maupun yang akan dicari • Menentukan kapan, darimana, dan jumlah input yang diperoleh • Meramalkan penggunaan input dan produksi yang akan diperoleh • Meramalkan pemasaran hasil, kepada siapa, dimana, kapan dan kualitas produksi atau hasil 3. Aktivitas finansial • Mendapatkan dana dari sendiri, dari pinjaman kredit bank atau kredit yang lain • Menggunakan dana untuk memporoleh pendapatan dan keuntungan jangka panjang • Meramalkan kebutuhan dana jangka panjang yang akan datang investasi untuk penggantian alat-alat atau perluasaan usaha 4. Aktivitas akutansi • Membuat catatan tentang semua transaksi baik bisnis maupun pajak • Membuat laporan Universitas Sumatera Utara • Menyimpang data tentang usahanya Berdasarkan aktivitas tersebut, jelas petani sebagai manajer dituntut mempunyai pengetahuan, pengalamaan dan ketrampilan yang memadai, agar dapat menyiapkan dan memilih alternatif usaha yang terbaik. Manajemen yang melekat pada tenaga kerja akan sangat menentukan bagaimana kinerjanya dalam menjalankan usahatani. Dengan manajemen yang berbeda meskipun segala input sama akan diperoleh hasil yang berbeda. Dengan kata lain, keberhasilan usahatani sangat tergantung pada upaya dan kemampuan manajer. Oleh karena manajemen adalah suatu seni maka sulit mengkuantifikasi atau mengukurnya. Ketersedian dalam memilih sumber informasi yang dibutuhkan peternak mengenai permasalahan yang diatas, akan berhubungan dengan karakteristik pembacanya, antara lain pendidikan, pekerjaan, penghasilan, partisipasi dalam organisasi, kefanatikan dan kekosmopolitan Mulyani dkk 2006 dalam Stehans 1972 dan juga sumber informasi diperoleh berpengaruh terhadap pendapatan dan informasi-informasi apa saja yang dibutuhkan oleh peternak dalam usaha ternak sapi potong sistem intensif. Menurut Soekartawi 1984 sumber informasi berasal media massa, tetangga, teman, petugas penyuluh pertanian, pedagang, pejabat desa atau dari informan lain. Maka akan sangat bermanfaat untuk menganalisis bagaimana sumber-sumber informasi ini saling melengkapi dan mendukung satu sama lain, atau mungkin macam-macam konflik yang ada di antara sumber-sumber informasi tersebut Ban dan Informasi masa mendatang cukup penting dan diperlukan dalam rangka memperlancar pembangunan pertanian. Meliputi: produksi, permintaan pasar dan Hawkins, 1999. Universitas Sumatera Utara tempat serta sistimnya berikut harga, perubahan kebijakan di tingkat regional dan nasional maupun international, perkembangan industri pengolah hasil pertanian, Perubahan peta pertanian di tingkat regional dan nasional dan ekonomi serta kebudayaan ditingkat regional dan nasional maupun international, ketersediaan sarana dan prasarana produksi pertanian, perubahan teknologi, cuaca dan iklim, dan efidemi hama dan penyakit Silitonga, 1994 Mengenai informasi masa kini, baiknya ekstern maupun intern yang penting dan diperlukan: produksi, permintaan pasar, tempat dan sistemnya berikut harganya, ketersedian sarana dan prasarana produksi pertanian. Kebijakan dan kelembagaan yang ada, cuaca dan iklim, epidemi hama dan peyakit, teknologi yang digunakan, pengusaan sumber daya, baik modal, tenaga kerja, lahan maupun enterprenur, cara pengelolaan atas sumber daya yang dikuasa dan pembiayaan keuangan Silitonga, 1994 Petani memamfaatkan berbagai sumber untuk mendapatkan pengetahuan dan informasi yang mereka perlukan untuk mengelola usaha tani mereka dengan baik, diantaranya adalah:  Petani-petani lain  Organisasi penyuluhan milik pemerintah  Perusahaan swasta yang menjual input, menawarkan kredit, dan membeli hasil pertanian.  Agen pemerintah yang lain, lembaga pemasaran dan politisi  Organisasi petani dan organisasi swasta beserta stafnya  Jurnal usaha tani, radio, televise dan media massa lainya  Konsultan swasta, pengacara dan dokter hewan Universitas Sumatera Utara Ban dan 1. Media perorangan PLL, petugas lain, teman dan sebagainya Hawkins, 1999 Berdasarkan jenisnya, maka media komunikasi dalam penyuluhan dibagi menjadi: 2. Media forum ceramahdiskusi, saresahan, demonstrasi. 3. Media cetak folder, koran masuk desa, leaflet dan sebagianya 4. Media dengan pandang terproyeksi, Film dan sebagainya Levis,1996 Pendapatan peternak dari usaha pemeliharaan sapi masih rendah karena pola usahanya belum komersial dan pemeliharaannya masih tradisional. Padahal menurut Yasin dan Dilaga 1993 usahaternak yang dikelola secara komersil dapat memberikan pendapatan lebih atau dengan kata lain mengubah pola pemeliharaan yang bersifat tradinasional kepada sistem bisnis. Meningkatnya kemitraan antara pengusaha dan peternak merupakan salah satu upaya meningkatkan pendapatan, memasukkan paket inovasi teknologi, dan merubah pola usaha Gunawan dkk, 1998. Besar kecilnya pendapatan usahaternak sapi dipengaruhi oleh bagaimana petani-peternak menentukan tujuan usahanya. Dalam menentukan tujuan usaha tersebut petani-peternak sangat memerlukan informasi yang seharusnya diperoleh dari penyuluh Yasin dan Dilega, 1993 Tingkat pengetahuan dan pendidikan petani peternak masih sangat rendah sekali dan sering di jumpai adanya petani-peternak yang masih buta huruf. Faktor pendidikan dan pengetahuan ini sangat berpengaruh sekali terhadap tingkat kesadaran. Peternak yang berpendidikan dan berpengetahuan tinggi cepat dan tepat dalam menerima serta melaksanakn inovasi baru Yasin dan Dilega, 1993 Universitas Sumatera Utara Beberapa faktor yang perlu diperhatikan adalah sistem usahatani tenaga kerja, manajemen pemiliharaan dan pakan sapi. Faktor-faktor produksi yang diperkirakan berpengaruh dalam menentukan pendapatan dalam pemeliharaan sapi jantan adalah jumlah kepemilikan sapi, lama pemeliharaan, biaya pakan, biaya obat-obatan dan biaya tenaga kerja. Penggunaan sumber daya yang dimiliki oleh peternak secara efesien kedalam alokasi usaha yang optimal mampu menghasilkan peningkatan pendapatan Gunawan dkk,1998 Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Jadi dapat dirumuskan: Pd= TR –TC Dimana: Pd = Pendapatan usahatani TR = Total penerimaan TC = Total biaya Penerimaan usahatani Total Reveme-TR adalah perkalian antara produksi yang diporoleh Y dengan harga jual P y . Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut: TR=Y x P y Dimana: TR = Penerimaan total Y = Produksi yang diperoleh Py = Harga jual Soekartawi, 1995 Sehubungan dengan perhitungan atau analisa rugilaba usahaternak sapi potong ini, maka catatan penting yang perlu dibuat bisa dikelompokkan manjadi 2 bagian yakni faktor-faktor yang mempengaruhi biaya produksi meliputi penyedian bibitsapi bakalan, ransom, ongkos, tenaga kerja, penyusutan penggunaan bangunan kandang dan peralatan, lain-lain obat-obatan, perjalanan, dan sebagainya, serta hasil ikutan berupa pupuk Sugeng, 2000 Universitas Sumatera Utara Belajar dari dengan mengamati pengalamaan petani sangat penting karena merupakan cara yang jauh lebih baik untuk mengambil keputusan daripada dengan cara mengolah sendiri informasi yang ada Ban dan Hawkins, 1998. Peternak yang memiliki pengalamaan yang memadai namun masih menggelola usaha tersebut dengan kebiasan-kebiasaan yang lama yang sama dengan waktu mereka mengawali usahanya sampai sekarang. Menurut Abidin dan Simanjuntak 1977, faktor penghambat berkembangnya peternakan pada suatu daerah dapat berasal dari faktor-faktor topografi, iklim, keadaan sosial, tersedianya bahan-bahan makanan rerumputan atau penguat. Di samping itu, faktor pengetahuan yang dimiliki masyarakat sangat, menentukan pula perkembangan peternakan di daerah ini Saleh dan Sapi potong adalah jenis ternak yang sudah lama dikenal dan mempunyai prospek yang baik dikembangkan karena keuntungan yang diperoleh dari beternak sapi potong tidak sedikit. Namun besar kecilnya keuntungan yang diperoleh tergantung pemeliharaan yang dilakukan peternak. Pemeliharaan Yunilas, 2006 Menurut Siregar 2005 dalam Jurnal Agribisnis Peternakan Agripet 2006 mengatakan jumlah sapi yang akan digemukkan periode penggemukan tidak ada batasannya, tetapi tergantung pada modal usaha yang dimiliki dan fasilitas-fasilitas penunjang yang dikuasai seperti lahan, kandang, pakan, dan kemampuan peternak dalam mengelola dan mengatur pemasarannya. Apabila tertanggulangi maka lebih baik mengelola dengan jumlah yang banyak mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Kerangka Pemikiran Universitas Sumatera Utara usahaternak sapi potong menyangkut kemampuan peternak sabagai manajer dalam usahaternaknya. Peternak sebagai manajer pengelola dalam usahaternaknya harus mampu menjabarkan dan merealisasikan ide atau buah pikiranya dalam mengelola usahaternakya sehingga berhasil seperti yang diinginkan. Untuk itu, peternak harus melalui semua fungsi-fungsi manajemen yang prosesnya meliputi Perencanaan Planning, Penggorganisasian Organizing, Penggerakan Actuating dan pengendalian Controlling. Dengan demikian, segala kegiatan dalam usahaternakya terarah pada satu tujuan yang paling menguntungkan. Peternak sebagai manajer dituntut mempunyai pengetahuan, pengalamaan dan ketrampilan yang memadai, agar dapat menyiapkan dan memilih alernatif usaha yang terbaik. Kemampuan peternak dalam mengelola usahternaknya juga berhubungan dengan bagaimana faktor sosial- ekonomi peternak tersebut seperti jumlah ternak, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalamaan beternak, sumber informasi dan pendapatan. Universitas Sumatera Utara Keterangan: : Menyatakan hubungan Gambar.1. Skema Kerangka Pemikiran Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Peternak Sapi Potong Dengan Kemampuan Manajerial Usahaternak. Kemampuan Manajerial: 1.Perencanaan Planning 2.Penggorganisasian Organizing 3.Penggerakan Actuating 4.Pengendalian Controling Peternak Sapi Potong Faktor sosial-ekonomi: • Jumlah ternak skala usaha • Umur peternak • Tingkat pendidikan • Pengalamaan beternak • Sumber informasi • Pendapatan usahaternak Usahaternak Sapi potong Masalah Upaya Universitas Sumatera Utara Hipotesis Penelitian 1. Kemampuan manajerial peternak sapi potong di daerah penelitian baik. 2. Ada hubungan faktor sosial ekonomi ternak, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalamaan beternak, sumber informasi dan pendapatan peternak sapi potong dengan kemampuan manajerial usahaternak sapi potong Universitas Sumatera Utara METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Penentuan ini dilakukan secara purposive dengan jumlah ternaknya sebanyak 1142 ekor dan pemilik ternak sebanyak 170 KK. Daerah ini masih layak dikembangkan kepada arah usahaternak unggulan atau bisnis karena masih tersedia lahan pertanian sebagai sumber pakan. Metode Penentuan Sampel Menurut Sugiyono 2006, Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objeksubjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jumlah populasi pemilik ternak sapi potong di Desa Jati Kesuma sebanyak 170 Kepala Keluarga KK dengan penjabaran bahwa peternak milik sendiri sebanyak 50 KK dan bagai hasilgaduh sebanyak 120 KK. Peternak sampel adalah peternak yang mengusahakan ternak sapi potong milik sendiri. Metode penentuan sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode simple random sampling dimana sampel diambil secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Jadi jumlah sampel sebanyak 33 KK n : Sampel

N: Populasi D: Tingkat kepercayaan 90 atau tingkat kesalahan 10

Nanawi,1991 1 . 2 + = d N N n 3 , 33 1 1 . . 50 50 2 = + = n Universitas Sumatera Utara Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari primer dan data sekunder. Data primer sosial ekonomi peternak berbentuk interval dan rasio diporoleh dengan wawancara dengan para peternak sapi dengan menggunakan daftar pertanyaan kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahalu. Data sekunder diporoleh dari instansi-instansi yang terkait dengan penelitian ini seperti Biro Pusat Stastik Sumatera Utara, Dinas Peternakan Tingkat II Deli Serdang, serta literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian. Metode Analasis Data Adapun metode analisis yang dipergunakan untuk setiap tujuan adalah: Untuk Tujuan 1 digunakan analisis deskriptif dengan mengambarkan dan menjelaskan yaitu faktor sosial ekonomi peternak. Tabel 3. Indikator Faktor Sosial Ekonomi Peternak Sapi Potong Kode Var. Nama Variabel Sub Variabel Indikator X Faktor Sosial Ekonomi X.1 Jumlah Ternak Banyak ternak sapi yang dipelihara oleh peternak X.2 Umur Peternak Lamanya tahun usia peternak sejak dari lahir sampai menjadi responden penelitian X.3 Tingkat pendidikan Lamanya peternak duduk di pendidikan formal X.4 Pengalamaan Beternak Lamanya waktu sejak peternak memulai usahaternaknya dan diukur dalam satuan tahun. X.5 Sumber Informasi Jumlah media yang dimanfaatkan peternak dalam mendapatkan informasi mengenai usahaternak 1. PPL 2. Kontak taniteladan 3. Pedagang 4. Tetanggakeluarga 5. LSM 6. TVCD 7. Internet 8. Radio 9. Majalah Pertanian koran 10. LeafletFolderselebaran 11. Diskusi Penyuluhan 12. Demonstrasi X.6 Pendapatan Keseluruhan pendapatan dari usahaternak sapi potong • Untuk Tujuan 2 digunakan Skala Peringkat rating scale yaitu data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian diubah dalam bentuk Universitas Sumatera Utara kualitatif yaitu dengan menjumlahkan seluruh nilai yang diperoleh dari hasil jawaban peternak sampel atas kemampuan manajerial melalui dimensi fungsi-fungsi manajemen yaitu perencanaan Planning, pengorganisasian Organizing, penggerakan Actuating dan pengendalian Controlling. Tabel 4. Indikator Kemampuan Manajerial Usahaternak Kode Var. Nama Variabel Sub Variabel Item Pertanyaan Y Kemampuan Manajerial Fungsi-fungsi manajemen Perencanaan Planning 1. Perencanaan kelayakaan usaha penghitungan pendapatan 2. Perencanaan lokasi usaha dan penempatan fasilitas 3. Perencanaan besarnya usaha jumlah yang dipelihara dan tipe kandang. 4. Perencanaan besarnya usaha jenis sapi yang dipelihara 5. Perencanaan sumber pendanaan dana sendiri, kredit bank dan kredit dll 6. Perencanaan penyedian pakan menanam rumput jenis yang lain 7. Perencanaan pembelian peralatan dan perlengkapan 8. Perencanaan jumlah, tempat dan harga penjualan ternak 9. Perencanaan pembuatan buku traksaksi baik pengeluaran dan pemasukan 10. Perencanaan kebutuhan tenaga kerja keluarga dan diluar keluarga 11. Perencanaan orang yang bisa kita minta keterangan untuk suntik IBsakit 12. Perencanaan pengembangan usaha Pengorganisasian Organizing 1.Mengorganisir input usaha tenaga kerja Penggerakan Actuating 1. Pendapatan dari usahaternak dapat memenuhi kebutuhan keluarga 2. Pelaksanaan lokasi kandang tidak mengganggu lingkungan sekitar 3. Melaksanakan model kandang sesuai dengan jumlah ternak 4. Melaksanakan Jenis sapi yang dipelihara dengan kondisi daerah 5. Kebutuhan modal untuk melanjutkan usahaternak 6. Menanam rumput kebutuhan ternak 7. Memberi pakan sesuai dengan kebutuhan ternak 8. Jumlah peralatan dan perlengkapan sesuai dengan kebutuhan 9. Menjual ternak tepat harga 10. Melakukan pencatatan transaksi 11. Pemberian obatsakit ditangani penyuluhmantri Pengendalian Controlling 1. Mengontrol kebersihan kandang 2. Mengontrol tanda-tanda perkawinan 3. Mengontrol kesehatan ternak 4. Mengontrol kebutuhan pakan ternak 5. Mengontrol kondisi sarana produksi 6. Mengontrol pemasukan dan pengeluaran Universitas Sumatera Utara Penilaian tersebut meliputi: • Pertanyaan yang dijawab A Nilai : 1 • Pertanyaan yang dijawab B Nilai 2 • Pertanyaan yang dijawab C Nilai 3 Tabel 5. Skor Kemampuan Manajerial Usahaternak Peternak Sapi Potong No Fungsi-fungsi manajemen Item Pertanyaan Skor nilai Jumlah Penilaian 1 Perencanaan Planning 12 1-3 12-36 2 Pengorganisasian Organizining 1 1-3 1-3 3 Penggerakan Actauting 11 1-3 11-33 4 Pengendalian Controlling 6 1-3 6-18 Total 30 1-3 990-2930 Keterangan: Skor penilaian untuk masing-masing peternak: Nilai tertinggi : Nilai tertinggi item pertanyaan X Jumlah item pertanyaan Nilai terendah : Nilai terendah item pertanyaan X Jumlah item pertanyaan Skor 70-90 : Kemampuan manajerial baik Skor 50-69 : Kemampuan manajerial kurang baik Skor 30-49 : Kemampuan manajerial tidak baik Skor untuk keseluruhan: Nilai tertinggi : Jumlah Sampel X Nilai tertinggi item pertanyaan X Jumlah item pertanyaan Nilai terendah :Jumlah Sampel X Nilai terendah item pertanyaan X Jumlah item pertanyaan Tidak Baik Kurang Baik Baik 990 1980 2930 Sugiyono, 2008 Universitas Sumatera Utara Untuk Tujuan 3 yaitu hubungan faktor sosial ekonomi peternak sapi potong dengan kemampuan manajerial usahaternak dianalisis Korelasi Rank Spearman dan Uji Chi Square Uji X 2 a.Untuk Hubungan umur, pengalamaan beternak, jumlah ternak, tingkat pendidikan dan pendapatan dengan kemampuan manajerial usahaternak dengan Korelasi Rank Spearman Untuk menghitung nilai t sampel digunakan rumus: : Keterangan: rs = Koefisien korelasi Rank Spearman di =selisih antar rank n =jumlah peternak sampel α =Derajat nyata db =Derajat bebas Kriteria uji hipotesis adalah: Jika th ≤ tα2 berarti terima Ho atau tolak H1 Jika th t α2 berarti terima Hi atau tolak Ho Ho = Tidak ada hubungan faktor sosial ekonomi peternak sapi potong dengan kemampuan manajerial usahaternak H1 = ada hubungan faktor sosial ekonomi peternak sapi potong dengan kemampuan manajerial usahaternak. Sugiyono , 2006 b.Untuk Hubungan sumber informasi dengan kemampuan manajerial usahaternak menggunakan Uji Chi Square Uji X 2 . n n di rs n i − − = ∑ = 3 1 2 6 1 2 ; 2 1 2 2 − = − − = n db t rs n rs th α α Universitas Sumatera Utara Fe = l JumlahTota fbaris fkolom ∑ ∑ X 2 = fe fe f 2 − ∑ Derajat bebas d.b = baris-1 kolom- Kriteria uji : Ho di terima apabila : X 2 ≤ X 2 α; derajat bebas tertentu Ho diterima apabila : X 2 ≥ X 2 α; deraja bebas tertentu Djarwanto,2003. Untuk Tujuan 4 dan 5 digunakan analisis deskriptif dengan mengambarkan dan menjelaskan yaitu masalah dan upaya yang dilakukan peternak sapi potong Universitas Sumatera Utara Definisi dan Batasan Operasional Definisi a. Faktor sosial-ekonomi peternak adalah faktor yang ada didalam dan diluar peternak sebagai responden yang dapat berhubungan dengan kemampuan manajerial usahaternak sapi potong. Seperti sumber informasi, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalamaan beternak, jumlah ternakskala usaha dan pendapatan peternak dari usahaternaknya b. Kemampuan manajerial Y adalah kemampuan peternak dalam mengelola usahaternaknya sesuai fungsi manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan. c. Perencanaan Planning adalah upaya penyusunan rencana aktivitas usahaternak baik jangka panjang maupun jangka pendek. d. Pengorganisasian Organizing adalah mengorganisir sumber daya berupa input-input dan sarana produksi yang digunakan dalam usahaternak sapi potong sehingga terjadi efesien usahaternak sapi potong. e. Penggerakkan Actuating adalah kegiatan mendorong atau menggerakkan kegiatan usahaternak berjalan sesuai kegiatan f. Pengendalian Controlling adalah kegiatan mengendalikanmengawasi setiap usahaternak agar berjalan sesuai apa yang direncanakan sebelumnya dan mengarahkan kepada pencapaian tujuan hasil usaha. g. Jumlah ternak X1 ekor adalah banyak sapi yang dipelihara pada periode penelitian h. Umur peternak X2 adalah lamanya tahun usianya peternak sejak dari lahir sampai menjadi responden tahun i. Tingkat pendidikan X3 tahun adalah lamanya peternak dalam pendidikan formal j. Pengalaman beternak X4 tahun adalah lamanya dalam mengusahakan ternak sapi potong k. Sumber informasi X5 adalah media yang digunakan peternak dalam mendapatkan informasi mengenai usahaternak meliputi: PPL, Kontak taniteladan, Pedagang, Tetanggakeluarga, LSM, TVCD,Internet, Radio, Majalah Pertanian koran, LeafletFolderselebaran, Diskusi Penyuluhan, Demonstrasi Universitas Sumatera Utara l. Pendapatan usahaternak X3 adalah selisih antara jumlah penerimaan dengan jumlah biaya produksi yang berasal dari usahaternak sapi potong Rupiah dalam 1 tahun Batasan Operasional 1. Peternak sampel adalah peternak yang mengusahakan ternak sapi potong milik sendiri. 2. Kemampuan manajerial peternak yaitu perencanaan Planning, pengorganisasian Organizing, penggerakan Actuating dan pengendalian Controlling. 3. Faktor sosial ekonomi meliputi sumber informasi, jumlah ternak, pendapatan, tingkat pendidikan, pengalamaan beternak dan umur. 4. Daerah penelitian adalah Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. 5. Waktu Penelitian adalah Tahun 2009. Universitas Sumatera Utara DESKRIPSI DESA PENELITIAN DAN SISTIM PEMILIHARAAN TERNAK SAPI POTONG Deskripsi Desa Luas dan Topografi Desa Desa Jati Kesuma berada di kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 2,76 Km2. jumlah penduduk desa Jati Kesuma sebanyak 3337 Jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 800 KK. Daerah ini terletak pada ketinggian 51 meter diatas permukaan laut dengan iklim sedang yang terdiri dari musim hujan dan musim kemarau yang rata-rata dipengaruhi oleh angin gunung. Curah hujan yang menonjol adalah pada bulan Agustus sampai dengan Desember, sedangkan musim kemarau adalah pada bulan Mei sampai dengan Juli. Adapun batas wilayah Desa jati kesuma adalah sebagai berikut: • Sebelah Utara berbatasan dengan Batu penjemuran • Sebelah Selatan berbatasan dengan Kuta Tengah • Sebelah Barat berbatasan dengan Jaba • Sebelah Timur berbatasan dengan Pancur Batu Keadaan Penduduk Desa Jati Kesuma memiliki penduduk sebanyak 3337 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 800 KK. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1632 jiwa 48,90 dan perempuan sebanyak 1705 jiwa 51,1. Berdasarkan golongan umur dapat dilihat pada Tabel 4.1 Universitas Sumatera Utara Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Golongan Umur di Desa Jati Kesuma Kecamatan Namorambe Tahun 2008 No Umur Jumlah KK Persentase 1 0-4 260 7,79 2 5-9 362 10,84 3 10-14 359 10,75 4 15-19 306 9,16 5 20-24 280 8,39 6 25-29 263 7,88 7 30-34 288 8,63 8 35-39 257 7,70 9 40-44 228 6,83 10 45-49 223 6,68 11 50-54 173 11,86 12 55-59 175 5,24 13 ≥60 162 4,85 Jumlah 3337 100 Sumber: Kantor Kepala Desa Jati Kesuma, 2009 Berdasarkan Tabel 6. dapat diketahui bahwa persentase penduduk kelompok umur 10 tahun terdapat 18,63 dan kelompok umur ≥ 10 tahun terdapat 81,37 . Dengan demikian di daerah penelitian kelompok umur produktif tersedia cukup besar. Selanjutnya keadaan penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Jati Kesuma Kecamatan Namorambe Tahun 2008 No Jenis Mata Pencaharian Jumlah Jiwa Persentase 1 Petani 2071 62,06 2 Wiraswasta 192 5,75 3 Pegawai Negeri 173 5,18 4 ABRI 30 0,89 5 Buruh 872 26,13 Jumlah 3337 100 Sumber: Kantor Kepala Desa Jati Kesuma, 2009 Berdasarkan Tabel 7. dapat diketahui bahwa sebahagian besar penduduk di desa penelitian adalah bermata pencaharian sebagai petani yaitu sebanyak 2071 jiwa 62,06, kemudian penduduk bermata pencaharian sebagai buruh yaitu Universitas Sumatera Utara sebanyak 872 jiwa 26,13, selebihnya adalah penduduk yang bermata pencaharian sebagai Wiraswasta, Pegawai Negeridan ABRI. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa daerah ini merupakan daerah yang potensial sebagai tempat penelitian. Sarana dan Prasarana Sarana dan Prasarana desa akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat desa hal ini dapat dilihat bila mana semakin baik sarana dan prasarana yang ada maka, semakin mudah desa tersebut dijangkau sehingga mempercepat laju perkembangan desa tersebut. Sarana dan prasarana dapat dikatakan baik apabila dilihat dari ketersediaan dan pemanfaatannya yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat sehingga dapat mempermudah masyarakat dalam memenuhi kebutuhan mereka. Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di desa tersebut dapat dilihat pada Tabel 8 Tabel 8. Distribusi Menurut Sarana dan Prasarana di Desa Jati Kesuma Kecamatan Namorambe Tahun 2008 No Sarana dan Prasarana Jumlah 1 Sarana Pendidikan SD. SLTP, SLTAUnit 3 2 Balai Desa Unit 1 3 Kantor Kepala Desa Unit 1 4 Puskesmas Pembantu 2 5 Sarana Transportasi 20 6 Sarana Jalan Dusun 8 7 Prasarana Telepon dan Komunikasi 1 8 Mesjid 6 9 Gereja 1 10 Irigasi • Jumlah Bendungan Unit • Panjang Saluran Primer Km • Panjang Saluran Sekunder Km 1 8 5,5 S umber: Kantor Kepala Desa Jati Kesuma, 2009 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Tabel 8. maka dapat dikatakan bahwa sarana dan prasarana di daerah penelitian adalah baik. Untuk melihat kelengkapan pendukung pengembangan ternak sapi potong dapat kita lihat Tabel 9. Tabel 9. Kelengkapan Pendukung Pengbangan Usaha Ternak Sapi Potong di Jati Kesuma Kecamatan Namo Rambe Tahun 2008 No Kelengkapan Kondisi Jumlah Keterangan 1 Kandang ternak massal Tidak ada Hanya kandang patungan 2-3 pemilik ternak 2 Kandang penampungan Tidak ada - 3 Pedagang besar Ada 2 orang Menampung ternak sekitar 50 ekor 4 Usaha kompos Tidak ada - 5 Ladang penggembalaan Tidak ada - 6 KoperasiKUD Tidak ada 7 Kelompok Ternak Ada 2 KK Tidak aktif 8 Penyuluh Ternak Ada 1 orang Untuk kecamatan Namorambe 9 Mantri ternak Ada 1 orang 10 Mesin pencacah pakan Tidak ada Sumber: Hasil pengamatan di lapangan dan Kantor Kepala Desa Tahun 2009 Berdasarkan Tabel 9. bahwa Desa Jati Kesuma belum memadai kelengkapan pendukung untuk pengembangan usahaternak sapi potong. Terutama kelompok ternak yang perlu diaktifkan kembali dalam rangka menunjang kegiatan pengembangan ternak. Sistim Pemeliharaan Pada Usaha Ternak Sapi Potong Sistim pemeliharaan ternak yang dilakukan di Desa Jati Kesuma merupakan sistem intensif. Sistim intensif maksudnya sapi-sapi yang akan digemukkan atau di pelihara dalam kandang yang sederhana dan kebutuhan akan pakan dan minum disediakan oleh peternak. Kepemilikan ternak di daerah penelitian ada yang sistim belahgaduh, dimana peternak memberikan ternaknya kepada orang lain untuk dipelihara. Universitas Sumatera Utara Untuk anak pertama lahir diserahkan kepada pemilik ternak, tetapi untuk kedua langsung dimiliki oleh peternak yang memilihara ternak sapi potong dan apabila induk tersebut dijual maka dibagi dua antara pemilihara dan pemberi ternak.

1. Pemberian Pakan dan Minum

Ketersediaan pakan yang cukup akan menghasilkan ternak yang sehat dan produktif. Jenis pakan sapi ada dua macam yaitu pakan pokok yang terdiri dari hijauan seperti rumput, kacang-kacangan, limbah pertanian batang jagung, daun ubi dan pakan tambahan suplemen dan konsentrat. Peternak di daerah penelitian paling banyak menggunakan pakan dari batang jagung dan rumput hijau. Pemberian pakan batang jagung harus terlebih dahalu dipotong-potong. Dan beberapa peternak menambahkan pakan kosentrat berupa dedak, bungkil, bekatul, ampas tahu. Peternak memberi makan ternaknya 3 kali sehari yang dikerjakan oleh wanita dan anak-anak. Pemberian pakan di daerah penelitian dilakukan oleh peternak sendiri yang dibantu oleh anggota keluarganya seperti ibu dan anak-anaknya. Umumnya peternak memberikan air minum disaat bersamaan dengan pemberian makan, dimana air dibuat dalam ember dan dicampur dengan garam, karena garam juga dapat menyimpan air dan sebagai sumber mineral di dalam tubuh serta mempermudah proses pencernaan dan penyerapan zat-zat makanan. Peternak memberi minum ternaknya 2 kali sehari yaitu pagi dan sore, air yang digunakan air sumur dan air Perusahan Dagang Air Minum PDAM.

2. Pembersihan kandang