Sejarah Penerbangan Militer dalam Hukum Internasional

peperangan dan segera setelah itu dunia penerbangan memegang peranan selaku pengawal, observasi artileri, taktik tempur, pengeboman, angkutan dan sebagainya semasa PD I. Inggris dan Perancis merupakan negara2 yang mengukuhkan peran penerbangan militer dengan membentuk The Aviation Militaire Perancis, 1910 dan The Royal Flying Corps RFC, Inggris, 1912. Tahun 1914 Angkatan Laut Inggris Royal Naval membentuk The Royal Naval Air Service RNAS sebagai divisi udara AL Inggris. Pada 1 April 1918, RFC dan RNAS dilebur menjadi satu kedalam Royal Air Force RAF. Memasuki pra PD II, teknologi penerbangan militer semakin berkembang dengan penemuan dan penggunaan bahan-bahan baru yang dapat membuat pesawat terbang semakin modern pada jamannya. Teknologi mesin, senjata, radio, metalurgi dan lain-lain menempatkan pesawat terbang sebagai senjata perang yang lebih potensial, sejajar dengan “teman-teman”-nya di darat dan laut. Pesawat terbang mulai dibangun dengan fungsi-fungsi yang spesifik, seperti pesawat tempur jarak dekat, pesawat tempur jarak jauh, pesawat pembom, pesawat angkut dan masih banyak lagi. Battle of Britain dan Pearl Harbour merupakan contoh nyata dimana pilot dan pesawat tempur angkatan udara Inggris, Jerman dan Jepang memegang peranan penting dalam kedua pertempuran tersebut. Selain itu peran pesawat angkut juga tidak kalah penting manakala pihak angkatan darat membutuhkan sejumlah besar pasukan yang dapat di terjunkan di suatu daerah musuh dalam waktu singkat ketimbang menggunakan infanteri dan kapal laut. Akhir PD II teknologi radar, mesin jet, roket dan komputer semakin mengukuhkan peran dunia penerbangan dalam kancah militer. Teknologi tersebut adalah teknologi yang tercipta semasa PD II dan masih memegang peranan hingga saat ini. Ketika blok Negara-negara terpecah menjadi blok barat dan blok timur non blok ada diantaranya, teknologi dunia penerbangan pun terpecah antara Amerika dan Uni Soviet. Kejar mengejar penemuan baru dengan kontra spionase menjadi hal yang “biasa” pada jaman itu. Selain pesawat terbang umum, dunia penerbangan memasuki babak baru dengan dilibatkannya helikopter sebagai bagian penting dari angkatan udara. Helikopter yang muncul di akhir PD II ternyata memiliki kemampuan yang tidak dapat dicapai oleh pesawat biasa, umumnya yaitu kemampuan untuk tinggal landas dan mendarat secara vertikal. Helikopter memasuki era keemasannya ketika Amerika terlibat dalam perang Vietnam. Suara khas baling2 UH-1ABell-Huey yang hanya memiliki 2 bilah panjang, menjadi hal yang sangat ditunggu oleh pasukan Amerika ketika harus secepatnya meninggalkan daerah bahaya. Tahun 1980 sampai dengan saat ini, teknologi dirgantara sarat dimuati oleh peralatan elektronik dan mikrokomputer, teknologi stealth dan sistem pertahanan yang rumit. Saat ini penerbangan militer seringakali menjadi hal pertama perihal pertahanan keamanan suatu negara dalam menghadapi serangan dari luar atau pula menjadi pihak pertama yang ditugaskan untuk melakukan serangan terhadap pihak musuh dalam menghadapi suatu konflik, contohnya adalah peranan militer AS dalam Perang Teluk. Kategori pesawat militer: 1. Pesawat tempur fighters seperti MiG-29Fulcrum atau F-22Raptor, 2. ketika PD II pesawat yang digunakan seperti Bf-109Messerschimdt atau P-51Mustang. 3. Pesawat serang attack seperti A-7Corsair atau A-6Intruders. Umum digunakan oleh Angkatan laut AS. 4. Pesawat pembom bombers seperti B-2Spirit atau B-52 Stratofortress, ketika PD II pesawat yang digunakan adalah B-17Flying Fortress. 5. Pesawat pengamat reconnaissance, digunakan dalam tugas-tugas intelijen seperti SR-71, Blackbird. Namun seriring dengan berkembangnya teknologi satelit, jenis pesawat intai ini lambat lain semakin ditinggalkan. 5. Pesawat angkut logistics, penggunaan untuk angkutan personel, barang, bahan bakar, mesin tempur dll. Seperti C-17Globemaster atau KC-135Stratotanker 6. Helikopter, seperti UH-60Black Hawk. 7. Pesawat eksperimental, seperti XB-71Valkyrie 8. Pesawat multifungsi multirole, umumnya diterapkan pada pesawat fixed wing, digunakan dalam tugas2 yang menuntut peran ganda seperti menjadi pesawat tempur dan atau menjadi pesawat pembom, seperti FA-18Hornet atau ketika PD II digunakan P-38Lightning.

E. Tanggungjawab terhadap penumpang akibat kecelakaan dalam pesawat

Militer Dalam menyelenggarakan penerbangan, keamanan dan keselamatan menjadi tujuan yang penting dan strategis. W.J.S Poerwadarminta memberikan arti keselamatan penerbangan sebagai berikut, Penerbangan adalah perihal menjaga selamat. 55 55 W. J. S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1986,hal 363 ,Penerbangan : perbuatan terbang; perjalanan dengan pesawat terbang; segala sesuatu yang berkaitan dengan lalu lintas udara., dan Sipil adalah bukan militer. Bila dibandingkan dengan modal transportasi lainnya baik darat maupun air ketentuan dalam model tansportasi udara jelas jauh lebih rumit karenanya segala pertimbangan serta pelayanan terkait erat dengan keselamatan penerbangan harus benar-benar dipikirkan dalam satu dekade lebih Pemerintah Indonesia sendiri cukup fokus terhadap masalah dunia penerbangan, terlebih jasa penerbangan komersial. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya sejumlah kebijakan pemerintah yang mengatur tentang keamanan dan keselamatan penerbangan, misalnya Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 Tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan serta Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan. Disusul dengan sejumlah Keputusan Menteri Nomor 5 Tahun 2006 tentang premajaan Armada Pesawat Udara Kategori Transport untuk Angkutan Udara Penumpang. Dalam sejumlah kebijakan tersebut dipaparkan mengenai ketentuan keamanan dan keselamatan yang harus dipatuhi selama dalam melakukan penerbangan. Dari bagian-bagian yang tersebut diatas maka kerugian-kerugian yang dapat ditimbulkan akibat suatu kecelakaan pesawat udara, dapat dibagi dalam dua bentuk, yaitu: